Sebelum keberangkatannya, Firman menyempatkan diri bertemu dengan Ibu Aya di Pasar Beringharjo. Firman mengatakan semuanya dengan jujur, semua Firman ungkapkan tanpa sedikitpun kebohongan. Ibu Aya menyimak dengan baik semua ucapan Firman.
"Terus... Nak Firman kapan akan kembali lagi? Apa ibu harus menunggu Nak Firman? atau bagaimana?" tanya Ibu Aya pelan dan lembut.
Jiwa keibuan dan kedewasaan Ibu Aya, terlihat bijaksana penuh kasih sayang dan ketulusan.
"Bagaimana Ibu saja, Firman nurut kata Ibu." ucap Firman pelan.
"Pergilah Nak Firman, kembalilah saat Aya lulus nanti. Tapi Ibu tidak bisa memberikan harapan untukmu. Ini semua keputusan Aya, bukan Ibu. Kotak Cincin ini akan Ibu simpan hingga waktunya nanti tiba." ucap Ibu Aya pelan dan menenangkan.
"Ibu atur saja semuanya dengan baik. Firman pamit dulu Ibu. Assalamualaikum... " ucap Firman dengan sopan dan mencium punggung tangan Ibu Aya dengan hormat.
Hari ini adalah hari terakhir bagi Firman berada di Yogyakarta. Entah kapan lagi Firman bisa mengunjungi kota indah sejuta kenangan ini untuk menemui cinta pertamanya.
'Aya.. Jaga dirimu baik-baik.. aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Mungkin waktu yang akan mempertemukan kita kembali di waktu yang tepat.' ucap Firman dalam hatinya.
Aya pun kembali ke rumahnya dengan jati yang penuh kekecewaan. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia untuk Aya karena akan melakukan pemotretan, tapi ternyata gagal total. Di tambah lagi Firman meninggalkan Aya tanpa informasi yang jelas. Mbak Tuti asisten Firman pun diam seribu bahasa.
'Aku jadi tidak memiliki tempat bersandar dan untuk berpegangan. Kekuatanku seakan sirna, dan aku kembali menjadi wanita yang lemah.' ucap Aya lirih. Tatapannya kosong menatap cermin di kamarnya.
Tak terasa sudah pukul tiga sore, itu tandanya Aya harus segera menuju tempat jualannya di Alkid.
"Mbak Aya? mau Fathur antar apa gimana?" tanya Fathur pelan.
Aya seperti tampak berpikir dan mengangguk dengan pasrah. Hatinya benar-benar sedang galau dan tiada arah tujuan.
"Jemputnya jangan kemalaman ya. Itu motor Mas Panji." ucap Aya mengingatkan.
Mereka berdua pun segera berangkat menuju Alkid ke tempat Angkringan Aya bekerja. Seperti biasa Mas Budi sudah membereskan gerobak dan membuka lapaknya. Aya hanya tinggal berjualan saja. Dengan gaya khasnya menggunakan celemek berwarna pink dan mulai tersenyum ramah kepada pelanggannya yang sejak tadi sudah menunggu lapak Angkringan Aya di buka. Fathur hanya menurunkan kakaknya dan kembali pulang untuk menjemput Ibu di Pasar Beringharjo.
"Aya, Mas tinggal dulu ya." ucap Mas Budi pelan, sambil memberikan kotak makan berwarna pink.
"Iya Mas Budi. Ini apa Mas?" tanya Aya pelan, membuka kotak makan itu, berisi irisan buah mangga yang matang. Wangi buahnya sudah bisa ditebak ini adalah mangga manalagi.
"Kamu suka?" tanya Mas Budi pelan.
"Suka Mas. Terima kasih ya." ucap Aya pelan. Kotak makan itu di letakkan di kolong gerobak. Nanti kalau sudah agak senggang Aya pasti menikmati buah mangga itu.
Aya sudah paham dengan pekerjaannya dan mengimani pekerjaan barunya ini dengan baik dan penuh ketulusan. Sudah beberapa hari berjualan angkringan, membuat Aya pun semakin betah dan nyaman. Selain mempunyai banyak teman, angkringan ini adalah satu-satunya tempat nongkrong terenak tanpa harus mengeluarkan kocek besar. Tak perlu jaga image, mau kaya atau miskin, mau pintar atau bodoh, mau Single atau duda atau janda, semua disini sama, makannya Sego Kucing minumnya pun hanya kopi atau es teh manis, tapi nikmatnya LUAR BIASA.
Hari sudah gelap dan semakin gelap, taburan bintang di langit membuat langit itu semakin cantik dan enak di pandang. Udara pun semakin dingin, angin malam pun berhembus dengan sangat menusuk kulit. Malam itu tidak seramai malam weekend, karena malam Senin banyak orang hanya menongkrong tapi tidak sampai malam.
Satu mobil berwarna merah pun berhenti dan terparkir cantik di pinggir jalan. Satu, dua, tiga orang laki-laki pun turun dari mobil itu dan berjalan menuju angkringan Aya. Satu lagi, seorang perempuan cantik yang ikut turun dari pintu depan penumpang.
Wanita itu hanya tersenyum sinis melihat Aya yang sedang asyik membakar tempe pesanan Ireng dan tidak menggubris kedatangan empat orang tersebut.
"Assalamualaikum... mau pesen Mbak Aya." ucap satu laki-laki dengan senyum lebar dan takjub.
"Waalaikumsalam... pesen apa?" tanya Aya lembut menatap si pemesan.
"Pesan hatimu untuk selalu setia sama aku, bisa gak?" ucapnya dengan senyum yang menggoda.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Friska Petra
2 like mendarat thor..
2021-01-28
1
Machan
10 like di sini.masih nyicil kak
2020-11-28
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
aku boom like 5 episod dulu ya thor, semangat terus nulisnya
ditunggu feedbacknya 😍
2020-11-27
1