"Panji........ Panji....... Iki ono bojomu....!!!!" ucap anak kost itu.
Sontak kedua bola mata Aya pun mendelik mendengarnya.
"Maaf Mas, saya bukan pacar Mas Panji, cuma teman biasa." ucap Aya dengan tersenyum keki.
Pria itu pun tersenyum manis dan menyuapkan satu sendok nasi gudeg ke dalam mulutnya.
"Bener bukan pacarnya? atau akan jadi pacarnya? namaku Nugroho panggil saja Nunu." ucap Nunu penuh semangat.
Cewek cantik dianggurin. Mumpung belum ada yang punya, boleh lah pepet terus nih, gumam Nunu dalam hati.
Wibisono pun terlihat terengah-engah dan terburu-buru sambil berlari.
"Mana Nu? Bojone Panji?" tanya Wibisono yang terlihat panik dan gugup.
Nunu pun hanya memberikan kode dengan dagunya mengarahkan kepada wanita cantik yang tengah berdiri di dekat motor Panji.
Wibisono pun langsung tersenyum lega, kepanikannya sementara hilang dan berubah kelegaan mendapati Aya yang datang.
"Mas, temennya Mas Panji kan? Ini mau ngembaliin motor, lalu ada perlu sebentar dengan Mas Panji, ada Mas Panjinya?" tanya Aya pelan.
"Ada Aya, ayok masuk saja." ucap Wibisono mengajak Aya masuk ke dalam Kost.
"Aya disini aja Mas." ucap Aya pelan.
Jangan sampai masuk kandang singa jantan, gumam Aya dalam hati.
"Baiklah. Tunggu sebentar ya. Panji lagi mandi. Duduk sini Aya, makan gudeg mau?" tanya Wibisono menawarkan kembali.
"Gak Mas. Terima kasih." ucap Aya dengan sopan.
Aya pun duduk di kursi panjang di teras depan rumah kost itu. Penjual gudeg itu pun tersenyum dan menawarkan kembali dagangannya kepada Aya.
"Monggo Mbak, di cobian sekul gudeg sayur krecek. Rempeyek nggih wonten." ucap Ibu tua itu dengan senyuman yang tulus dan berharap dagangannya dibeli.
Aya membalas senyuman itu dan menganggukkan kepalanya. Rasanya ingin makan nasi gudeg itu, sungguh menggugah selera makan Aya, yang memang belum sarapan. Apalagi lihat rempeyek kacang kedelai, terlihat renyah dan gurih. Aya pun menelan air liurnya kembali, tatapannya masih tertuju pada bakul sego gudeg.
"Sekul gudeg setunggal kaleh rempeyek setunggal." ucap Aya memberanikan diri untuk memesan. Aya bersikap cuek layaknya pembeli, dari pada perutnya berbunyi pasti akan lebih memalukan.
Ibu tua penjual gudeg itu pun mengangguk dan tersenyum bahagia.
"Baru lihat ada cewek gak jaim lihat makanan?" ucap Nunu nyeletuk.
Aya pun tersentak dan tersenyum tipis.
"Mas Nunu, Aya belum sarapan, setelah ini ada keperluan." ucap Aya pelan.
"Ihhhh namanya Aya tho. Hai Aya, sering main ya, biar ketemu aku." ucap Nunu dengan pede.
Nunu adalah mahasiswa semester akhir yang tidak lulus lulus. Sudah empat semester mengambil mata kuliah skripsi tapi belum juga selesai. Jangankan selesai, Bab 1 aja belum ACC, revisi terus, lama lama rasa malasnya membuncah, bisa jadi mahasiswa abadi nih.
"Niki Mbak Sekule." ucap Ibu tua itu dengan menyerahkan satu porsi nasi gudeg yang di pincuk menggunakan daun pisang.
Sungguh nikmat nasi gudeg ini, rasa gurih dan manisnya bercampur menjadi satu. Rempeyek yang renyah dan empuk pun menambah rasa nikmat tak terkira. Aya pun sangat menikmati makanan itu, hingga melupakan tujuannya ke rumah kost itu.
"Aya?" panggil Panji pelan.
Aya pun menoleh ke arah suara lembut yang sangat dia kenal.
"Mas Panji? maaf Mas, Aya sarapan dulu, habis Anter ibu ke Pasar Beringharjo." ucap Aya pelan dan segera mengabiskan makanannya.
Panji memberikan satu gelas teh manis yang hangat kepada Aya. Panji sudah ada sejak tadi saat Aya memesan gudeg tersebut. Dengan sigap, Panji pun membuatkan minuman untuk Aya.
Aya pun tersenyum, dan membuang sampah ke keranjang sampah disamping tempat duduknya.
"Ambil Aya, buat kamu." ucap Panji pelan.
"Makasih Mas Panji." ucap Aya pelan.
"Berapa Bu, biar saya yang bayar, sekalian yang tadi." ucap Panji kepada ibu tua penjual gudeg, sambil memberikan uang pecahan lima puluh ribuan kepada ibu tua itu.
"Sama punya Mbak ini jadi tiga puluh ribu Mas Panji." ucap Ibu tua itu pelan.
Sepertinya sudah sangat akrab dan mengenal. Mungkin di karena hampir setiap hari ibu ini berjualan kesini.
"Ini kembaliannya Mas Panji. Cocok Mas Panji sama Mbak ini. Langgeng ya Mas?" ucap Ibu tua itu pelan dan tersenyum kepada keduanya secara bergantian lalu berpamitan untuk melanjutkan jualannya.
"Aamiin Bu... Doanya saja ya." ucap Panji tersenyum manis.
Aya hanya terlihat tersenyum kecut mendegar penuturan Panji yang terlalu percaya diri.
"Mas Panji, Aya gak suka Mas Panji bilang begitu." ucap Aya sedikit kecewa dan ketus.
"Maafkan Mas Panji, Aya. Bukan maksud apa-apa, jodoh kan kita gak ada yang tahu." ucap Panji pelan.
"Iya Mas. Lain kali jangan begitu. Kita juga baru kenal." ucap Aya pelan.
"Motornya masih di tambal. Tungguin ya." ucap Panji pelan.
"Ini ada Kue buatan Ibu Aya. Terima kasih katanya." ucap Aya sopan dengan memberikan bingkisan mika itu kepada Panji.
"Makasih Aya." ucap Panji tersenyum manis.
"Iya Mas Panji." ucap Aya lembut.
"Kamu jadi pemotretan? Aku juga bisa fotografi." tanya Panji kemudian. Untuk menghilangkan keheningan diantara mereka.
"Oh.. Ya Mas Panji." ucap Aya dengan takjub.
"Kalau mau lihat kamar kost aku penuh foto. Aku suka foto obyek yang cantik, keren, aneh atau kadang cari spot foto yang unik." ucap Panji pelan.
"Wah... hebat sekali kamu Mas Panji." ucap Aya dengan takjub.
"Mau lihat gak? hasil foto aku?" tanya Panji pelan.
"Gak Mas Panji. Ini Kost Pria. Aya gak mau orang menilai jelek dan buruk terhadap Aya." ucap Aya pelan.
"Assalamualaikum.... Mas Panji, hari ini kita latihan karate gak?" tanya seorang anak laki-laki pelan.
"Waalaikumsalam... Nanti sore kan? jadi donk. Sekarang Mas Panji ada tamu, nanti sore kita kumpul jam tiga sore untuk latihan karate." ucap Panji pelan.
Kedua anak itu pun pergi setelah berpamitan kepada Panji.
"Mas Panji pelatih Karate?" tanya Aya pelan.
"Iya Aya. Mengisi waktu luang untuk hal hal yang bermanfaat." ucap Panji pelan.
Aya tersenyum simpul, dari awal memang sudah merasa kagum dengan ketampanan Panji, belum lagi dengan hobinya yang sama dengan Aya, ditambah bisa karate. Pria idaman, gumam Aya dalam hati.
Pesona Panji bukanlah main main. Banyak wanita terperosok akan pesonanya.
"Kenapa senyum senyum begitu?" ucap Panji lembut.
Astaghfirullah... Ketahuan Mas Panji kan, gumam Aya dalam hatinya.
"Gak Mas Panji. Motornya masih lama?" tanya Aya pelan, menutupi rasa kekinya.
"Kirain senyum kenapa? Aku kan jadi curiga." ucap Panji mengulum senyum.
"Mas Panji!!!!!" panggil seseorang dengan suara keras dan lantang.
Aya dan Panji pun menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
mantaaaap
2020-11-27
1
OFF
pelatih karate waw😍😍😍
2020-11-05
1
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
Lanjut lagi
2020-11-01
1