Aya hanya bisa menangis menatap Firman yang semakin jauh dari hadapannya. Satu atau dua tahun itu cukup lama, perpisahan yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Aya pun mengumpul sisa tenaga yang ia miliki dan bangkit berdiri mengejar Firman yang sudah jauh berada di depan. Aya berlari mengejar Firman dengan tangisan yang histeris dan memanggil manggil nama Firman.
"Fiiiirmaaan .... Fiiirmaaann ... tunggu aku. Tunggu aku !!!!" teriak Aya keras.
Panji sempat menghalangi Aya, namun Aya lebih gesit untuk menghindari dan menabrak lengan Panji dengan sangat keras. Aya terus berlari mengejar Firman yang tak kunjung berhenti walau sudah di panggil panggil.
Hingga Aya pun mulai kesusahan berlari mencari jalan di antara batu nisan itu, hingga Aya pun tersandung dan terjatuh. Keningnya mencium salah satu batu nisan itu hingga terasa pening dan jatuh tidak sadarkan diri.
"Aya!!!!!!!!!! ..." teriak Panji yang melihat jelas Aya terjatuh dan tidak bangun lagi.
Teriakannya begitu histeris hingga Firman pun menengok ke belakang mencari tahu apa yang terjadi. Melihat Aya yang sudah tergeletak di dekat batu nisan dan bergerak pun membuat Firman ikut cemas dan bingung. Tanpa disadari Firman pun membalikkan tubuhnya dan berlari menuju tergeletaknya Aya.
Begitu pula dengan Panji yang cemas dengan keadaan Aya. Jiwanya begitu terguncang dan trauma hingga Aya tidak sadarkan diri disana. Panji lebih dulu sampai di tempat Aya terjatuh dan menepuk nepuk pipi Aya dengan pelan. Tepukan itu tidak memberikan reaksi apa-apa pada tubuh Aya. Yang jelas hembusan nafas yang begitu pelan masih terasa hangat, bisa dipastikan Aya sedang tidak sadarkan diri.
Firman berlari mendekati keduanya. Lalu ikut berjongkok mendekati Aya.
"Apakah Aya tidak apa-apa Kak Panji?" tanya Firman dengan cemas.
"Kita bawa ke rumah saja, nanti kita panggil dokter ke rumah." ucap Panji yang kemudian mengangkat tubuh Aya.
"Bawa ke mobilku Kak Panji. Ada yang ingin aku bicarakan sekalian." ucap Firman menitah.
Panji pun membopong tubuh Aya dan membaringkannya di kursi mobil. Motor Panji pun di bawa oleh Dari kekasihnya. Panji dan Firman sudah di dalam mobil. Dimanakah Firman mengungkapkan semua rahasia tentang dirinya kepada Panji. Tidak ada satu pun yang Firman tutupi dari Panji hingga rasa suka, sayang dan cintanya kepada Aya melebihi seorang sahabat.
"Alasan itu Kak Panji aku harus menjauhi Aya. Biar bagaimanapun aku ingin melihat Aya bahagia dan sukses mencapai cita citanya. Kak Panji janji jangan pernah membocorkan hal ini kepada siapa pun termasuk Aya. Aku tidak ingin dia mencemaskan kehidupanku. Biarlah ini semua menjadi takdirku sendiri. Bahagiakan Aya. Aku percaya padamu Kak Panji." ucap Firman pelan. Pandangannya terus menuju depan.
"Kamu akan terus mencintai Aya bukan?" tanya Panji pelan kepada Firman.
"Aku harus mengubur perasaanku kepada Aya. Aku tidak mungkin mencintainya lagi. Bila aku menemuinya itu karena aku rindu ... dan aku akan selalu merindukannya." ucap Firman dengan mata berkaca-kaca, satu tangannya mengusap pipi Aya dengan lembut.
Satu bulir kristal pun turun dari mata Aya, sontak hal itu membuat Firman dan Panji saling pandang. Apakah pembicaraan tadi Aya mendengarnya atau itu hanya masuk ke alam mimpi atau halusinasinya saja.
"Firman ... lihatlah seolah-olah Aya sedang ikut menyimak pembicaraan kita berdua." ucap Panji pelan.
Mobil sudah sampai di depan rumah Aya. Aya sudah di bawa ke dalam kamarnya. Ada Fathur yang menemani Aya. Firman pun berpamitan pada Panji, dan mereka bertukar nomor ponsel untuk bisa memberi info satu sama lain.
Tinggal Panji sendiri disana meratapi hidupnya saat ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?, gumam Panji dalam hatinya. Masa magangku hanya tinggal beberapa minggu lagi.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Kim Reyaa
mas firman sama reya aj yok
2020-11-30
1
miqaela_isqa
Semangat kakak 😘
2020-11-29
1
nuna_ruu
jejak lagi~
2020-11-20
1