Panji berlari ke arah kamar dimana Ibu Aya sedang terbaring lemah di tempat tidur. Sedangkan Fathur sudah sibuk membawa tas berisikan perlengkapan yang dibutuhkan selama di rumah sakit. Aya pun sibuk dengan kondisi Ibunya yang langsung down dan drop.
"Bantu aku Aya. Kamu jangan cemas seperti itu." ucap Panji menenangkan Aya.
Panji pun mengangkat tubuh kecil Ibu Aya yang sudah terlihat lemah dan tidak berdaya. Tangannya hanya memegang dadanya yang semakin terasa sakit.
Aya dan Ibunya sudah berada dalam taksi online sedangkan Panji dan Fathur menuju Rumah Sakit menggunakan motornya.
Satu Tangan Aya mengusap lembut kepala Sang Ibu yang tertutup Jilbab sedangkan satu tangannya lagi memegang tangan Ibunya. Badannya sungguh lelah, sejak sore belum istirahat saat jualan hingga petang. Saat ini langsung dihadapkan dengan masalah keluarga yang besar berujung terlukanya hati Sang Ibu.
"Ibu mana yang sakit. Ibu tahan ya, sebentar lagi kita sampai Ibu." ucap Aya pelan dan mengecup kening Sang Ibu.
Tangan Ibu pun menuntun tangan Aya ke arah dadanya yang terasa nyeri dan ngilu. Detaknya pun terdengar sangat pelan dan lemah
"Cepet dong Pak. Tolong saya, jangan sampai Aya kehilangan Ibu." ucap Aya histeris.
Kecemasannya kembali teringat kisah dua tahun yang lalu. Saat Ayahnya terkena serangan jantung dan kemudian tidak lama meninggal, karena tidak ada yang menolongnya. Apakah hal itu akan terulang lagi? gumam Aya dalam hati.
Aya hanya bisa berserah diri kepada Sang Pemberi Hidup, walaupun hatinya tidak sanggup menerima kenyataan pahit.
Bunyi ketukan di kaca jendela taksi online pun membuyarkan pikiran Aya yang sudah menerawang kemana-mana.
"Buka jendelanya Aya?!!" ucap Panji dengan suara keras. Panji takut Aya tidak mendengar suaranya dari luar.
"Mbak ... Kita sudah sampai di rumah sakit, buka saja pintunya. Itu Masnya sudah bersiap." ucap Supir taksi online itu dengan sopan.
Dengan cepat Aya pun membuka kunci dan pintu mobil. Brankar rumah sakit pun sudah siap di samping taksi itu agar cepat di bawa ke UGD.
Para tenaga medis pun langsung membawa Ibu Aya ke dalam ruangan UGD. Di sana Ibu Aya mulai di periksa. Nafas Ibu pun terlihat semakin sulit dan tersengal walaupun sudah dibantu dengan selang oksigen.
Panji yang mengurus administrasi di ruang pelayanan depan. Hatinya hanya sedih bila kejadian ini suatu saat juga menimpa dirinya.
Urusan administrasi pun selesai, Panji segera menyusul Fathur dan Aya ke ruang UGD. Pikirannya saat ini adalah membantu Ibu Aya dan menemani Aya karena hanya itu yang bisa Panji lakukan.
Langkah kakinya begitu lebar dan panjang, hingga mendengar suara yang sangat Panji kenal, suara histeris dan tangisan yang bersahutan. Panji pun semakin cemas dan takut, pintu UGD itu dibuka dan semuanya seakan berhenti disana. Waktu yang tadi berdetak mengikuti arah jarum jam pun tiba-tiba berhenti seperti kehabisan daya.
Aya dan Fathur sudah terkulai lemas memeluk Ibunya yang sudah tertutup kain putih. Baru saja memesan kamar rawat inap terbaik agar Ibu Aya bisa beristirahat dengan nyaman, ternyata kenyamanannya adalah di liang lahat.
Akhir cerita itu terkadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, sama seperti dengan kehidupan yang selalu berputar seiring dengan berjalannya waktu, tanpa tahu apa yang menjadi harapan dan keinginan kita.
Panji datang dan memegang bahu Aya yang masih saja bergetar. Tangisannya benar-benar tidak bisa berhenti. Waktu tidak bisa di putar kembali, siapa sekarang yang harus disalahkan. Siapa yang harus bertanggung jawab dengan keadaan dan kenyataan ini.
"Aya ... Aku tahu ini berat untukmu. Tapi cobalah untuk mengikhlaskan. Semua tidak bisa di ulang, semua tidak bisa kembali seperti dulu. Hanya Allah SWT yang tahu tentang Rahasia Kehidupan kita." ucap Panji pelan.
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi Mas. Hanya Ibu yang aku punya. Hidupku harus bagaiman selanjutnya." ucap Aya menangis kencang. Suaranya serak dan terbata bata.
"Ada aku Aya. Aku akan menjagamu sesuai dengan janjiku padamu Ibumu." ucap Panji pelan.
Aya pun menatap sendu ke arah Panji. Hidupnya seakan berhenti setelah semuanya hilang dari kehidupannya. Hanya ada Fathur adiknya yang Aya miliki. Mereka akan hidup berdua selamanya hingga masing-masing dari mereka pun akan berpisah karena memiliki kehidupan yang berbeda.
"Jenasah Ibu kita bawa pakai Ambulan, besok pagi kita kebumikan. Kamu kuat Aya, ada Aku yang akan menemanimu." ucap Panji pelan.
Entah bagaimana kehidupan Aya dan Fathur setelah ini. Semua masih menjadi rahasia.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🍫Bad Mood 🍰
assalamualaikum... like mendarat kakak..
2020-11-19
1
Noejan
👍👍
2020-11-04
1
ig : skavivi_selfish
4like kak.
suamiku seorang Ningrat 💚
2020-11-03
1