"Kirain senyum kenapa? Aku kan jadi curiga." ucap Panji mengulum senyum.
"Mas Panji!!!!!" panggil seseorang dengan suara keras dan lantang.
Aya dan Panji pun menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya.
"Mas Panji.... " ucap seseorang itu mengulang panggilannya.
Orang tersebut berjalan menuju arah Aya dan Panji duduk.
"Friska?? sama siapa kesini?" tanya Panji pelan.
"Sama temen, tapi temen pulang dulu mau ketemu ibunya." ucap Friska pelan.
"Kenalin ini Aya, obyek untuk fotografi aku." ucap Panji pelan.
"Aku Friska, tunangannya Panji." ucap Friska dengan sombong.
"Friska!!! dia tamuku, kamu tidak boleh bersikap seperti itu." ucap Panji dengan tegas.
"Aya, dia Friska. Di pacar aku." ucap Panji dengan by lembut dan jujur.
"Aku Aya. Hanya penjual Angkringan di alun alun." ucap Aya pelan dan merendah.
"Ihhhh pantas, lihat saja merek bajunya pun enggak banget. Gak mungkin juga Panji mau sama kamu!!" ucap Friska kasar.
"Cukup Friska. Masuk, ada Wibisono di dalam." ucap Panji menitah.
"Aku ingin disini!!! kenapa?" ucap Friska ketus.
"Mas Panji, Aya pulang aja dulu. Ini kunci motornya. Tadi Aya kena tilang, tolong minggu depan pinjam motornya lagi dan STNK-nya buat ambil SIM Aya." ucap Aya pelan.
"Baiklah Aya. Pakai saja motorku saja dulu. Motormu sepertinya belum selesai di tambal." ucap Panji pelan.
Aya hanya mengganggukkan kepalanya tanda setuju. Tubuhnya seakan ingin segera pergi meninggalkan Rumah Kost Panji. Aya tidak ingin ada kesalahpahaman antar dia dan Panji. Biar bagaimana pun Panji sudah memiliki pacar yaitu Friska.
Betul banget tuh cewek dapet bodyguard ganteng gitu, gumam Aya dalam hati.
"Aya pulang dulu Mas Panji dan Mbak Friska. Permisi." ucap Aya dengan sopan.
Aya pun menyalakan motor Panji dan pergi meninggalkan Kost Panji. Rencananya saat ini adalah ke rumah Firman sahabatnya.
Rumah yang cukup besar dan mewah, terasa sepi dan kosong. Setiap hari penampakannya memang seperti ini. Sepi dan sunyi, ini yang membuat Aya setiap kali menolak di bermain ke rumah Firman.
"Assalamualaikum.... " ucap Aya dari pagar depan rumah Firman.
"Waalaikumsalam.... " ucap salah seorang perempuan asisten rumah tangga Firman.
"Mbak Tutik... Firman kemana?" sapa Aya pelan kepada Mbak Tutik.
"Astaghfirullah... Mbak Aya. Kok cantik pake banget sih. Masuk dulu Mbak Aya, ada pesan dari Mas Firman." ucap Mbak Tuti pelan dan membuka pintu pagar yang terkunci.
"Kok sepi Mbak Tuti pada kemana?" tanya Aya pelan.
Mbak Tuti hanya terdiam dan membukakan pintu rumah Firman, lalu mempersilahkan Aya masuk ke dalam rumah besar itu.
Di samping ruang tamu ada ruang studio Foto, biasanya Aya melakukan pemotretan disana bersama Papanya Firman. Di ruang bagian depan ada salon milik mamanya Firman. Lebih tepatnya tempat untuk menyimpan barang-barang dan baju untuk disewakan, karena Salonnya ada di Pusat Kota, dan di kelola oleh asisten kepercayaannya.
"Kok sepi banget Mbak?" tanya Aya pelan.
"Ini ada surat dari Mas Firman, dan ini kunci kamar Mas Firman. Mbak Aya di suruh masuk ke dalam kamar Mas Firman." ucap Mbak Tutik pelan.
"Terima kasih Mbak Tutik, Aya ke kamar Firman dulu." ucap Aya pelan.
"Mbak Aya mau minum apa?" tanya Mbak Tuti pelan.
"Apa aja Mbak Tutik, letakkan di meja tamu aja ya." ucap Aya pelan.
Aya pun menaiki anak tangga ke lantai dua. Kamar Firman ada di lantai dua, kamarnya cukup rapi dan besar. Aya pun memutar anak kunci dan membuka pintu kamar itu.
Pemandangan yang indah dan menakjubkan, berbeda dengan terakhir kali Aya masuk ke kamar Firman untuk menumpang mengganti bajunya. Kamar Firman kini di cat berwarna Pink Muda dengan alur garis putih seperti zebra. Di dindingnya tertempel foto Aya, dari sejak SD hingga saat ini SMA. Koleksi foto yang tidak pernah di duga oleh Aya.
Satu per satu Foto itu di sentuh dan di usap. Hasil foto yang bagus dan jernih membuat foto itu semakin bagus dan hidup.
Aya pun duduk di tepi ranjang Firman, kasur yang begitu empuk dan nyaman di duduki. Berbeda dengan kasur di rumahnya, tapi itulah nikmatnya.
Di bukanya surat dari Firman. Surat berwarna Pink dan wangi harum semerbak.
*Teruntuk Fadila Tersayang....
Maafkan aku, sahabat kecilku. Mungkin mulai saat ini kita akan jarang bertemu. Gapailah mimpimu sahabatku. Aku selalu mendukungmu. Ini bukan akhir atau perpisahan. Bunda sakit keras, dan hanya di Jakarta pengobatannya lengkap, mungkin setelah ini akan dirujuk untuk pengobatan ke Rumah Sakit di Singapura. Sahabatku, jadilah wanita yang kuat dan mandiri, jangan pernah lupakan aku sahabatmu.
Dari Sahabatmu.... Firman*.
Satu tetesan air mata pun turun di pipi Aya. Baru kali ini Aya merasakan kehilangan sahabat kecilnya itu. Sebenarnya sudah beberapa kali dia pergi untuk beberapa waktu, namun kali ini berbeda seperti akan pergi lama dan tidak kembali.
Aya pun bangkit berdiri, berjalan pada satu lemari yang berbentuk Hello Kitty, Aya membuka pintu lemari itu. Kedua matanya pun membola melihat isi di dalamnya yang begitu tersusun rapi dan cantik.
Semua barang pemberian Aya tersimpan rapi di dalam lemari itu. Ada surat, jam tangan, kaos kaki, hingga botol minum sejak SD pun masih tersimpan rapat.
"Ada apa denganmu Firman, rasanya aneh, kepergianmu seperti bukan karena Bunda mu yang sakit, ada apa sebenarnya??." gumam Aya dalam hati.
Aya menutup kembali pintu lemari itu dan kembali duduk di tepi ranjang itu. Wangi parfum khas Firman masih melekat di kamar ini, sepertinya dia belum lama pergi." gumam Aya dalam hati kembali.
Aya pun melihat tumpukan buku yang asing, seperti bukan buku pelajaran. Aya pun menghampiri meja belajar Firman dan membuka buku buku itu. Di baca judul buku itu tentang pengobatan suatu penyakit. Ini buku apa, gumam Aya pelan.
"Fadila........ " panggil seseorang dari pintu kamar Firman.
Aya segera menutup kembali buku buku yang dibukanya dan melipat surat tadi kemudian menoleh ke arah suara yang tidak asing itu.
Senyumnya langsung terlihat sumringah dan sisa air matanya pun di usap sembarang dan berlari ke arah asal suara.
Pelukannya seperti memendam suatu rasa sayang teramat dalam dan memberikan kenyamanan tersendiri.
"Firman.... kenapa? jangan tinggalkan Aya." ucap Aya terisak dan menatap wajah Firman dengan sendu.
Firman hanya menggelengkan kepalanya dan memeluk Aya kembali ke dada bidangnya. Persahabatan yang dipupuk sejak dulu, berubah perasaan yang lebih mendalam seiring kedewasaan mereka.
Tanpa harus mengungkapkan, tanpa harus jujur dan tetap saling memiliki satu sama lain.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Friska Petra
likd
2021-01-21
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
lanjuuut
2020-11-27
1
OFF
yah... teman rasa pacar
2020-11-05
1