"Aya... boleh saya mengenal lebih dekat dengan kamu?" tanya Panji pelan.
Aya hanya tersenyum menanggapi ucapan Panji. Lalu kembali lagi dengan aktivitasnya. Aya tidak ingin memberikan jawaban. Kalau ingin berteman, silahkan saja. Asal tahu batas sopan santun saja.
"Kok diem sih Aya?" tanya Panji pelan.
"Mas Panji, maaf ya. Aya lagi sibuk." ucap Ay pelan dan fokus kembali pada aktivitasnya kembali.
Panji hanya terdiam menatap Aya, dan kemudian ke luar dari tenda angkringan menuju tikar lesehannya.
"Kenapa Mas Bro.... hemmm gagal ya." ucap Wibisono menebak.
Wibisono pun membuka plastik berisikan Sego Kucing dan melahapnya dengan cepat, menyeruput Es Teh Manisnya dan menguyah sate usus bakar yang menggoyang lidah.
"Laper apa doyan?" ucap Panji ketus melihat Wibisono yang terlihat makan dengan kalap.
"Laper Mas Bro... Tahu kan seharian kita ngukur jalan Yogyakarta sama Pak Kepala." ucap Wibisono cuek.
Panji hanya menatap kosong ke arah dua pohon di tengah-tengah Alkid. Banyak orang yang mencoba berjalan melewati diantara kedua pohon tersebut dengan menutup mata.
"Gimana? sudah kenalan?" tanya Wibisono pelan, mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Sudah, namanya Aya. Tadinya aku hanya iseng mau kenalan, tapi.... " ucapan Panji pun terhenti sejenak.
"Friska mau dikemanakan Panji." ucap Wibisono dengan keras.
"Ssttt.... pelan dikit Wib... !!" ucap Panji ketus.
"Yaelah... Mas bro... Friska itu tajir, masa depanmu pasti terjamin. Anak tunggal dan memiliki perusahaan mebeul besar di kota Solo." ucap Wibisono mengingatkan.
Panji pun menghela napas panjang. Sudah satu bulan ini, Panji sengaja tidak menghubungi Friska. Sahabat Panji bernama Fernando akrab dipanggil Ando, sedang magang di Kotanya sendiri dan bertugas untuk menyelidiki keseharian Friska. Pernah Suatu hari Friska berjalan dengan seorang pria setelah membatalkan janjinya kepada Panji.
"Dia sudah selingkuh dan tidak setia Wib... " ucap Panji pelan.
"Yang penting kaya Panji. Itu urusan dia." ucap Wibisono dengan enteng.
"Gundulmu... urusan dia ya jadi urusanku. Kalau Friska tidak bisa aku atur, lalu rumah tanggaku mau dikemanakan? Kamu tahu kan? Ibu dan Bapakku hanya orang biasa saja." ucap Panji pelan.
"Tapi Panji. Friska itu cinta mati sama kamu." ucap Wibisono pelan.
"Kalau cinta tidak akan mengkhianati Wib.... " ucap Panji pelan.
Satu per satu lauk di piring pun habis tak bersisa. Empat bungkus Sego Kucing pun dihabiskan oleh Wibisono.
"Terus sekarang penasaran sama Aya.... Penjual Angkringan." ucap Wibisono.
"Entahlah... aku hanya kagum, dia gadis baik dan cantik. Hanya itu.... jangan gosip... mulut kamu itu ember Wib... " ucap Panji mengingatkan.
"Iya Panji. Aku diam." ucap Wibisono terkekeh.
Panji dan Wibisono pun merebahkan diri di tikar lesehan itu dan menikmati bintang yang bertaburan di langit dengan cantik.
Sudah beberapa jam berlalu, Fathur pun telah datang dan mencicipi jajanan angkringan khas Yogya. Fathur tidak sendiri bersama dua sahabatnya Yadi dan Dedi.
"Mbak Aya? Mas Firman sudah pulang?" tanya Fathur sambil membuat Es Teh Manis sendiri untuk kedua temannya.
"Iya, tadi ada telepon dari rumah, harus pulang. Tungguin Mbak Aya ya. Ini udah pada habis mau tutup juga." ucap Aya menyeduh dua gelas kopi hitam untuk Wibisono dan Panji.
Entah ini gelas ke berapa mereka sudah memesan minuman. Panji hanya ingin tahu kemana Aya pulang.
"Yakin mau nungguin?" tanya Wibisono pelan.
"Yakinlah, kamu kalau ngantuk pulang duluan aja." ucap Panji pelan.
"Permisi Mas... tadi pesan kopi hitam? ini kopinya." ucap Fathur dengan sopan sambil meletakkan dua gelas kopi itu di atas tikar.
"Iya... Kamu adiknya Aya?" tanya Panji pelan.
"Eh... kenal sama Mbak Aya? iya saya adiknya." ucap Fathur pelan.
"Hemmm.. saya baru kenalan tadi kok." ucap Panji dengan jujur.
"Ohhh.... Iya Mas... saya permisi." ucap Fathur pelan.
"Ohh... iya silahkan." ucap Panji pelan.
"Dek... salam sayang dari Panji. Ini orangnya malu malu kucing." ucap Wibisono dengan keras dan asal.
Fathur pun kembali ke tenda dan membantu Aya untuk mengantarkan pesanan minuman atau makanan.
"Dari tadi ramai begini Mbak Aya?" tanya Fathur.
"Iya Alhamdulillah Fathur... Capek, tapi Mbak Aya senang. Hari Rabu Mbak kan harus bayar SPP dan acara seminar di Hotel Horison. Mbak harus berusaha." ucap Aya pelan.
Fathur melihat Mbak Aya pun ikut terharu, demi cita-cita Mbak Aya rela berjuang untuk masa depannya.
"Mbak Aya kenal Mas Panji? yang tadi pesan kopi hitam?" tanya Fathur pelan.
"Ohh yang itu. Kenal, baru tadi kenalan. Kenapa?" tanya Aya pelan.
"Ada Salam Sayang katanya." ucap Fathur mengulum senyum.
"Hemmm... Iya. Makasih Fathur." ucap Aya pelan.
"Kok cuma hemmm... di balas gak?" tanya Fathur pelan.
"Mbak itu mau cari uang, bukan cari cowok, lagian Mbak Aya juga kan gak kenal. Emang ganteng sih, tapi kita harus waspada." ucap Aya mengingatkan.
"Mbak.... ? gimana perasaan Mbak Aya sama Mas Firman. Banyak orang menyangka kalian kan pacaran. Ingat Mas Dimas temen Kak Fadil aja sampai mundur karena Mas Firman." tanya Fathur pelan.
"Kok nanyanya gitu? Mbak Aya sama Mas Firman kan cuma sahabat, gak lebih Fathur. Lagi pula Mas Firman sudah punya pacar." ucap Aya pelan.
"Jadi kalau Mas Firman gak punya pacar, Mbak Aya mau jadi pacar Mas Firman?" tanya Fathur pelan.
"Enggak... Mbak Aya rasanya biasa aja. Apa keseringan ketemu ya. Dulu sempet kagum sama Firman, tapi sekarang biasa aja. Cuma sayang kayak Kakak aja." ucap Aya pelan.
Tangannya membereskan baki baki yang sudah kosong dan mencuci gelas gelas kotor.
"Assalamualaikum... Aya..?" panggil Mas Budi
"Waalaikumsalam... Mas Budi, ini sudah beres. Ini pendapatan malam ini." ucap Aya pelan.
Fathur kembali bersama kedua temannya dan menghabiskan makanannya. Mas Budi sibuk menghitung pendapatan malam itu yang luar biasa banyak.
"Kamu pasti capek Aya?" tanya Mas Budi pelan.
"Orang kerja itu pasti capek Mas Budi. Tapi kalau mengerjakannya dengan hati maka, rasa capeknya pun hilang." ucap Aya tersenyum.
"Besok sama lagi jamnya ya. Setelah ashar kamu sudah standby disini. Dan ini, bagi hasil untuk kamu. Dan ini bonus buat kamu." ucap Mas Budi memberikan empat lembar uang merah kepada Aya.
"Alhamdulillah... Mas ini bener buat Aya?" tanya Aya pelan, rasanya masih belum percaya, dalam semalam bisa mendapatkan uang segitu banyak.
"Iya. Biar kamu betah disini. Sepertinya kamu bakal punya langganan dan fans disini." ucap Mas Budi pelan.
"Mas Budi, Aya pulang dulu ya. Sudah tengah malam, kasihan Ibu dirumah sendiri." ucap Aya pelan dan berpamitan.
"Iya Aya, hati hati ya. Itu adik kamu?" tanya Mas Budi pelan.
"Iya Mas, ini Fathur adik Aya." ucap Aya mengenalkan Fathur pada Mas Budi.
"Ini untuk kamu Fathur. Terima kasih sudah membantu." ucap Mas Budi dengan memberikan uang lima puluh ribuan satu lembar.
"Makasih ya Mas." ucap Fathur dengan sopan.
"Iya... belajar yang rajin Fathur." ucap Mas Budi kembali.
"Permisi dulu ya Mas Budi." Ucap Aya dan Fathur bersamaan berpamitan.
Aya pun membonceng Fathur. Jalanan yang begitu sepi membuat angin malam yang dingin begitu terasa menyentuh tulang.
"Lho... kok goyang goyang Fathur?" tanya Aya pelan.
"Gak tahu Mbak.... ini bannya betus kayaknya." ucap Fathur meminggirkan motor maticnya.
"Iya ini sih bocor. Gimana dong ya." ucap Aya pelan.
Walaupun berdua dengan adiknya tetap saja Aya takut.
"Heiiii.... kenapa motornya?" ucap salah seorang laki-laki.
Aya dan Fathur pun menoleh ke arah asal suara......
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anggina AMS
Like ❤❤❤
2020-11-08
1
OFF
like egen
2020-11-05
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjut kasih like buat kakak
mampir juga yuk ke
Asisten Dadakan
🙏😊
2020-11-01
1