"Heiiii.... kenapa motornya?" ucap salah seorang laki-laki.
Aya dan Fathur pun menoleh ke arah asal suara yang tengah berteriak dari lorong gang yang gelap.
"Fathur itu siapa?" tanya Aya pelan.
"Aku juga tidak tahu Mbak Aya." ucap Fathur pelan.
Satu orang pria, dengan tubuh tegap dan agak besar hanya menggunakan kaus singlet putih dan celana jeans biru. Lengannya penuh dengan tato, berjalan mendekati Aya dan Fathur.
"Motornya kenapa?" sentak pria itu kepada Fathur.
"Bannya bocor om." ucap Aya dengan tenang.
Pria itu hanya tersenyum smirk, tidak lama ada dua pria yang menghampiri Fathur dan Aya. Tubuhnya tidak besar hanya saja lebih tinggi dan rambutnya terlihat gimbal. Hanya menggunakan kaos oblong bertuliskan I 💚 YOGYA.
"Mau kita apakan Bos?" ucap Si Ceking berkumis tipis.
Si Preman Bos pun tertawa lepas, dan tersenyum kepada Aya.
"Pulang malam, tandanya bukan wanita baik baik. Kalian urus yang tengil. Saya urus yang cantik dulu, nanti gantian kalian." ucapnya dengan memegang pergelangan tangan Aya dengan erat.
Aya pun langsung menjerit, Aya tersadar bahwa ketiga pria ini bukan pria baik baik.
"Tolong...... " teriakan Aya pun sukses membuat ketiganya saling pandang.
Dengan cekatan kedua pria ceking itu pun memegang lengan Fathur dan menariknya.
"Lihat, sekali lagi berteriak, lihat anak kecil itu dengan mudah akan ku habisi. Bermain mainlah sebentar dengan Abang.. Kita pelan pelan saja ikuti alur gadis cantik.." ucap Pria besar itu sambil menarik paksa tangan Aya menuju lorong gang gelap itu.
Bugh.....
Satu pukulan telak tepat pada rahang si pria besar itu. Tubuhnya langsung terhuyung, genggaman tangannya pun terlepas.
"Aya lari... " teriak Panji keras.
Aya pun segera berlari ke arah Panji dan memukul kembali Pria besar itu dengan tangan kosong. Sama halnya dengan Wibisono yang menghajar habis dua pria ceking itu dengan mudahnya, dua kali cukup untuk membuat keduanya tumbang seketika.
"Terima kasih Mas Panji." ucap Aya pelan. Aya pun memeluk Fathur yang masih terlihat syok dengan kejadian baru saja.
Entah apa yang akan terjadi bila tidak ada Panji.
"Ban Motornya bocor?" tanya Panji dengan lembut.
"Iya Mas, mana rumah saya masih cukup jauh, mana ada tambal ban dekat sini kalau sudah malam." ucap Aya pelan.
"Pakai motor ku saja. Motornya tinggal disini biar aku bawa ke kos. Kost aku dekat sini." ucap Panji menawarkan bantuan.
Aya dan Fathur pun saling pandang dan mencari jawaban.
"Baiklah Mas Panji." ucap Aya pelan. Hari sudah semakin malam, lagi pula mereka bertukar motor, jadi apa yang perlu ditakutkan.
"Ini kunci motornya." ucap Panji memberikan kunci motor kepada Aya.
"Kita temani saja. Biar motor ini kita bawa ke kos sebentar Panji. Kasihan mereka." ucap Wibisono yang melihat bibir Fathur sedikit pucat karena kejadian tadi.
Panji pun mengganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Aku antar Aya. Kalian bawa motor ku saja. Aku akan mengikuti kalian dari belakang. Sampai di pertigaan berhenti dulu, aku masukkan motor kalian di kost aku." ucap Panji menjelaskan.
Sebenarnya Aya pun tidak langsung mudah percaya dengan orang yang baru di kenalnya apalagi laki laki, tentu harus tetap bersikap waspada.
Panji dan Wibisono pun saling menyetep motor. Motor Aya pun di parkiran di garasi kost Panji. Kemudian mereka mengantarkan kakak beradik itu sampai di rumahnya.
"Ini rumah kami Aya?" tanya Panji pelan ke arah Aya.
Rumah sederhana di daerah Janti dekat dengan jembatan layang. Di depannya pemandangan Rel Kereta Api yang masih sangat aktif dipergunakan untuk perjalanan ke Surakarta ataupun Surabaya.
"Iya, maaf ini sudah malam, Aya tidak bisa mempersilahkan kalian masuk ke rumah." ucap Aya menolak secara halus.
"Iya Aya, tidak apa-apa. Kami berdua hanya ingin memastikan kamu selamat sampai di rumah. Besok aku antarkan motornya." ucap Panji pelan.
"Tidak perlu Mas Panji, biar Aya ambil, sekalian mau ada pemotretan di studio." ucap Aya kemudian.
"Pemotretan? kamu? foto model?" tanya Panji penuh semangat.
"Ikut lomba aja. Lumayan hadiahnya kalau menang Mas Panji, buat nambah untuk biaya hidup." ucap Aya pelan.
"Baiklah Aya, kami permisi dulu. Assalamualaikum.." ucap Panji berpamitan dan mengucap salam dengan sopan.
"Iya hati hati Mas Panji. Waalaikumsalam..." Jawab Aya dengan lembut.
Aya dan Fathur pun segera masuk ke dalam rumah dan memasukkan motor Panji ke dalam rumah, dan mengunci pintu rumah itu. Ibunya biasanya menunggu, mungkin terlalu lelah jadi tidak bisa menunggu.
Aya dan Fathur pun mencuci kaki kemudian masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Aya masih mengingat kejadian yang baru saja dia alami. Mungkin bila tidak ada Panji, nasibnya tentu akan berbeda.
Aya pun mulai tertidur pulas dan nyenyak hingga mimpi indah pun menghampiri pikirannya. Bayangan Panji sebagai penyelamat pun menjadi pusat mimpinya kali ini.
"Aya ... bangun sudah shubuh. Kamu Ndak sholat Nduk?" tanya Ibu Aya pelan.
"Ibu... Aya sedang ada tamu. Ini Bu, ada sedikit rejeki dari hasil jualan tadi malam. Aya kebagian Empat Ratus ribu. Ini yang dua ratus untuk Ibu, sisanya Aya simpan untuk membayar SPP dan seminar." ucap Aya pelan.
"Alhamdulillah... bersyukur Nak. Allah SWT masih memberikan rejeki yang banyak dan halal kepada keluarga kita." ucap Ibu Aya penuh ketulusan.
"Aamiin Bu. Ibu sibuk, buatkan kue bolu bisa Bu? Tadi malam motor Aya bocor ban nya. Ada yang membantu Aya. Mau Aya beri kue sebagai ucapan terima kasih." ucap Aya pelan.
"Oh... Ya sudah Ibu buatkan dulu, sepertinya bahan bahannya juga masih lengkap. Kamu mandi dulu." ucap Ibu Aya pelan.
Dengan bergegas, Aya pun mandi dan bersiap diri. Wangi kue bolu buatan Ibu memang tidak ada tandingannya.
"Ibu, Aya antar saja. Nanti Aya sekalian ambil motor kemudian ke rumah Firman mau pemotretan." ucap Aya pelan.
"Iya Nduk. Yang penting jaga diri kamu dan jaga kesehatan kamu. Ojo ngoyo, Kabeh mau wes diatur ku Gusti Allah." ucap Ibu Aya selalu menasehati dan mengingatkan.
Ibu Aya pun bersiap diri untuk kembali berjualan di Pasar. Karena ini hari Minggu, maka lapak akan di buka lebih awal, banyak pengunjung yang berbelanja pada hari libur. Baik orang lokal Yogya sendiri, dari luar kota ataupun turis dari negara lain.
Aya memasukkan kue bolu itu ke dalam kotak mika besar se-ukuran kue bolu itu. Dan mengeluarkan motornya dan mulai memanaskan motornya di teras rumah.
Pagi ini, terasa sepi sekali, langit seperti mendung walaupun bukan pertanda hujan. Ponsel Aya berbunyi dengan sangat nyaring.
📱Firman...
"Assalamualaikum... Firman. Gimana? aku nanti ke rumahmu, aku antar ibu dulu ya." ucap Aya pelan.
"Waalaikumsalam... Aya .... Maafkan aku ya, Bunda sakit, aku sudah di Jakarta untuk pengobatan Bunda. Ayah..... " ucapan Firman pun terhenti, terdengar Isak tangis dari arah seberang.
"Firman, apa yang terjadi....!!!!" ucap Aya dengan sangat keras.....
Tut..... Tut...... Sambungan telepon pun terputus dan berkali kali Aya mencoba menelepon kembali, tapi nomor Firman tidak bisa dihubungi. Tak terasa satu tetes air mata Aya pun turun ke pipinya, Aya bisa merasa kesedihan yang sedang di alami oleh Firman.
Satu satunya cara untuk mengetahui informasi adalah mendatangi rumah Firman.
"Aya, ibu sudah siap Nduk. Ayok berangkat." ucap Ibu Aya pelan.
"Iya Bu." ucap Aya pelan, tatapannya pun langsung berpindah pada motor yang akan digunakannya.
"Kamu kenapa Nduk? kok nangis?" tanya Ibu Aya dengan lembut.
JAZAKALLAH KHAIRAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-24
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Kakak Author😉
like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪
dari "Cinta Pak Bos"😍
mampir lagi yu kak 😊
2020-11-22
0
OFF
ada apa dengan mu
2020-11-05
1