episode 15

Mereka berpikir wanita tersebut berarti bagi tuannya tapi, sepertinya tidak saat melihat Aron melemparnya dari atas balkon tanpa gentar.

Hingga beberapa detik terjadi keheningan, hingga semua pengawal kembali tersentak kaget dan segera berlari turun saat teriakan Oskar menyadarkan mereka.

"Cepat ke bawah ! SEKARANG !"

Dan kini mereka yakin bahwa wanita tersebut berarti bagi seorang lelaki bernama Aron Jacob.

Untuk kedua kalinya terdengar suara ceburan air yang keras.

-

"Apa dia baik-baik saja ?" Tanya Aron berjalan mendekati ranjang yang di atasnya ada Sheva dan seorang dokter yang sedang memeriksanya.

Dokter pria yang umurnya tidak jauh dari Aron itu berbalik menatap Aron yang berdiri di sampingnya dengan pakaian yang basah.

"Bagaimana dia baik-baik saja ? kau baru saja melemparnya dari atas balkon kamar ! Tubuhnya shock." Ucap Leo, dokter yang menangani Sheva sekaligus dokter peribadi Aron.

Pekerjaan yang dimiliki Aron, mengharuskan dirinya untuk memiliki dokter peribadi seperti Leo, karena dirinya tidak bisa untuk selalu ke rumah sakit, jejaknya tidak boleh di temukan sekecil apapun.

Aron menggeram marah saat mendengar ucapan Leo "Aku serius."

Leo terkekeh mendengar geraman Aron sebelum kembali membuka suaranya "Dia baik- baik saja. Tapi aku tidak berbohong saat mengatakan tubuhnya shock berat. Tenang saja, dia akan segera sadar."

Aron menganggukan kepalanya mendengar kembali penjelasan Leo, lalu kembali menatap tubuh Sheva yang berbaring lemah dan terpasang selang infus di tangan kanannya.

Untuk sesaat Leo menatap Aron yang tengah memperhatikan Sheva, entah apa yang di pikirkan lelaki itu.

Leo sedikit mengetahui banyak hal tentang Aron setelah bertahun-tahun menjadi dokter peribadinya.

Tidak pernah Aron mendatangkan dirinya untuk mengobati orang lain kecuali dirinya. Dan sekarang dirinya datang untuk memeriksa keadaan seorang perempuan ? Itu aneh.

Pelacurnya ? Pikir Leo sebelum di tepisnya saat melihat Aron menatap Sheva.

Sebuah senyum muncul di bibir Leo, mengetahui dengan pasti tatapan apa yang di lontarkan Aron pada wanita tersebut.

Tatapan seorang pria pada wanitanya. Jadi, haruskah dirinya menyimpulkan bahwa lelaki yang telah menjadi penghasilan terbesarnya dengan satu kali merawatnya sedang jatuh cinta ?

Atau menyimpulkan seorang Aron kini memiliki kelemahan ?

"Kau boleh pergi." Suara berat tersebut membuat Leo tersadar dari lamuannya.

Leo berdehem sedikit menarik perhatian Aron yang sekarang menatapnya yang tengah mengemasi barangnya " Apa wanita itu berarti bagimu ?"

Aron mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Leo.

"Oskar, antar dokter Leo keluar."

"Oskar sepertinya tuanmu sudah memiliki kelemahan." Ucap Leo yang tersenyum lalu berjalan meninggalkan Aron.

Aron membuka kancing kemeja putihnya yang basah dan melemparnya kesembarangan tempat. Tampak sebuah tato naga yang berukuran cukup besar di bagian belakangnya.

Menghadap ke arah kaca lalu menyalakan rokoknya, menghisapnya dalam-dalam sebelum menghembuskan asapnya melalui mulutnya bersamaan dengan Oskar yang membuka pintu masuk.

"Apa dokter Leo sudah pergi ?" Tanya Aron tanpa membakikan badannya.

"Ya tuan, dia mengatakan bahwa dia menginginkan bayaran lain."

"Bayaran lain ? Bayaran lain seperti apa ?" Tanya Aron kembali dengan kening yang berkerut.

"Dia menginginkan kita untuk mengirim salah satu pembunuh bayaran yang berada di bawah perintah anda."

Untuk beberapa saat Aron berpikir, kenapa dia tidak melakukannya sendiri ? Leo bukan seorang yang tidak mampu membayar seorang pembunuh bayaran apalagi dengan uang yang dia miliki selama menjadi dokter gelap dari Aron.

Tetapi sepertinya lelaki itu tidak ingin jejaknya terlihat jauh. Dia ingin Aron yang memberi perintah seolah-olah Leo tidak terlibat. Karena berbisnis di dunia gelap tidak mustahil jika seorang yang kau percayai dapat menusukmu kembali, sebuah penghianatan.

Yang jelas Leo ingin orang yang di miliki Aron yang melakukannya karena pria itu tau, apa yang di jadikan Aron sebagai miliknya tidak akan berkhianat, karena seorang Aron selalu melangkah maju dengan memegang kelemahan orang tersebut.

"Benarkah, kalau begitu lakukan seperti yang dia inginkan."

Untuk sesaat terjadi keheningan, Aron menatap ke arah tempat tidur tampak Sheva yang masih berbaring di atas sana.

Melempar puntung rokoknya ke bawah lalu menginjaknya sebelum membalikkan badan sepenuhnya dan menatap Oskar yang masih berdiri di posisi yang sama.

"Saat terbangun jangan biarkan dia keluar dari kamar ini." Setelah itu ia keluar dengan mengambil kembali kemeja putih miliknya tadi.

Sheva merasa kepalanya sakit, dan melihat sebuah jarum infus yang terpasang di tangan kanannya membuat Sheva bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya.

Hingga sebuah kilasan ingatan membuat jantung Sheva berdetak kaget dan tanpa bisa di tahannya tubuhnya mendadak gemetar.

Dengan kasar Sheva mencabut jarum infus dari tangannya. Tidak mempedulikan darah yang keluar dan terasa sangat nyeri saat ia menarik jarum infus tersebut.

"Anda tidak apa-apa?" Sebuah suara berhasil mengalihkan pandangan Sheva dari punggung tangannya. Sheva tau lelaki di hadapannya adalah Oskar, orang yang selalu mengikuti Aron kemanapun bahkan Oskar juga menyaksikan saat Aron dengan teganya melempar Sheva dari atas balkon.

Saat Oskar memberikan tissue padanya untuk melap darah yang mengalir dari punggung tangannya, dengan kasar Sheva mengambilnya tanpa mengucapkan terimakasih dan sepertinya Oskar sendiri tidak keberatan.

"Saya akan pergi memberi tau tuan bahwa anda sudah sadar." Ucap Oskar yang berlalu pergi dari hadapan Sheva yang menatapnya tajam.

Sheva masih bertanya-tanya kenapa dirinya masih hidup, seharusnya ia tidak berada di sini. Bukannya Aron sudah melemparnya dari atas balkon kamar ?

Sheva turun dari ranjangnya dengan menahan sakit kepalanya, saat baru akan melewati pintu ia di tahan oleh dua orang pengawal yang menjaga pintu kamar tersebut dari luar.

"Minggir aku mau lewat." Ucap Sheva yang masih memegang kepalanya yang masih berdenyut sakit.

"Maaf nona, tuan memberitahukan untuk tidak mengijinkan nona keluar dari kamar."

"Siapa yang membutuhkan ijin ? Aku tidak membutuhkan ijin untuk keluar dari sini." Bentak Sheva dengan marah dan hanya di acuhkan oleh pengawal tersebut, sebelum mendorong sedikit untuk masuk ke dalam.

"Apa sekarang aku menjadi tawanan? bahkan saat aku menjadi korban ?"

Saat dirinya akan mendekati pintu balkon tempatnya di lempar tadi, tanpa sadar lagi- lagi tubuhnya gemetar ketakutan dengan sendirinya saat kilasan ingatan tersebut kembali muncul.

Untuk menenangkan rasa gemetarnya Sheva mencoba memutar handle pintu yang memisahkannya dari balkon luar.

Sheva rasanya sudah tidak tahan untuk tinggal bersama dengan Aron bahkan untuk menatap wajahnya. Jadi tidak ada salahnya jika dia melemparkan tubuhnya sekali lagi dari atas balkon.

"********, dia bahkan menguncinya." Setelah beberapa kali mencobanya tetap saja pintu tersebut tidak bisa terbuka. Dengan kesal Sheva menendang pintu itu beberapa kali tetapi hasilnya tetap sama.

Tbc ... 🌵

Lanjut gak nih ? 🤔

Terpopuler

Comments

Emi Purwndari

Emi Purwndari

lanjut Thor ceritanya bagus 👍

2020-10-19

1

purple💜

purple💜

tolong di lanjut thorr karyamu sangat bagus

2020-10-17

1

Ina Yulfiana

Ina Yulfiana

𝘯𝘦𝘹𝘵 𝘵𝘩𝘰𝘳

2020-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!