"Mulai hari ini tempat ini adalah rumahmu, kau boleh melakukan apa pun sesukamu, tapi kau tidak boleh pergi dari sini. Hanya satu hal yang tidak dapat kau lakukan disini yaitu kau tidak dapat melanggar apa yang aku katakan."
Lelaki itu terus menatap tepat di bola mata Sheva seakan mengunci pergerakan mata hitam kalam milik gadis tersebut. Lebih tepatnya mengintimidasi gadis yang di ambil alih olehnya.
"Singkat kata aku adalah tuanmu dan kau milikku." Tegasnya.
Kalimat tersebut mampu membuat Sheva terkejut.
"Apa ? Bagaimana bisa anda mengatakan bahwa anda adalah pemilik dari saya, saya bahkan tidak meng .... "
"Kau tidak perlu tau siapa aku, dan aku pun tidak peduli apa yang kau katakan, karena aku akan melakukan apa yang aku inginkan, termasuk dirimu."
Setelah berkata seperti itu lelaki tampan tersebut keluar dari dalam kamar itu meninggalkan Sheva sendirian. Dengan wajah bingung dan pikiran yang penuh dengan banyak pertanyaan di dalam benaknya.
Ia menatap ke arah luar jendela yang terdapat halaman luas nan indah. Terlihat sangat sunyi dan tenang yang hanya di terangi lampu taman.
Yah, mungkin ini adalah salah satu cara agar ia bisa tenangkan pikirannya, yang sedari tadi terus bergulat didalam sana mengingat perkataan lelaki tampan tadi.
Tok..tok..tok... suara ketukan pintu membuat Sheva tersadar dari lamuannya. Saat pintu terbuka muncullah seorang perempuan yang menatapnya takut - takut.
"No..nona ingin makan apa ? sudah waktunya untuk makan malam."
Sheva tidak menjawab, ia terus menatap perempuan itu yang tampak takut padanya.
"Siapa namamu ?" Tanya Sheva.
"Yu..yuji nona , maafkan saya jika saya melakukan kesalahan nona tolong jangan laporkan saya pada tuan." Perempuan yang bernama Yuji itu menatap Sheva dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Tuan? siapa yang dia maksud tuan, apa pria bermata tampan itu ?" Katanya dalam hati.
"Aku tidak akan melaporkanmu Yuji, kau tidak perlu khawatir."
Yuji gadis itu bernapas lega setelah mendengar penuturan Sheva.
"Dan aku juga tidak ingin makan, aku ingin menemui tuanmu."
Saat Sheva ingin membuka pintu di depannya, Yuji si pelayan muda itu menahan tangannya sambil menggelengkan kepala.
" Ja..jangan nona, tu...tuan ti..tidak suka di ganggu saat bekerja, tuan akan marah." Katanya dengan wajah ketakutan.
"Tidak apa Yuji aku hanya ingin berbicara dengannya, kau kembalilah bekerja."
Dan Sheva membuka pintu itu meninggalkan Yuji sendirian di luar sana yang menatapnya khawatir sebelum berbalik pergi.
"Aku tidak peduli apa masalahmu sekarang, dan aku tidak mau tau barang itu harus antarkan padaku secepatnya."
Hal pertama yang ia lihat adalah lelaki bermata indah itu membelakanginya dan terus berbicara melalui ponselnya.
"Sebaiknya kau segera selesaikan masalahmu dan dapatkan segera barang itu, atau aku akan kehilangan kepalamu."
Dan sepertinya ucapan itu adalah akhir dari perbincangan mereka melalui telefon itu. Lelaki tampan itu berbalik dan menemukan Sheva yang sudah berdiri menatapnya.
"Sejak kapan kau di sana." Suara dingin dan datar itu membuat Sheva kaget.
"Sheva menatap lelaki itu, lelaki yang belum di ketahui namanya sama sekali "A.. Aku ingin berbicara denganmu."
"Dan aku tidak punya waktu untuk itu." Kata lelaki itu membuka berkas yang berada di meja kerjanya.
"Apa alasan kau menahanku di sini."
Lelaki tampan itu tersenyum meremehkan mendengar pertanyaan yang di berikan Sheva untuknya, dengan mata yang masih menatap berkas yang berada di meja kerjanya.
"Apa aku harus menjawab pertanyaan itu."
"Tentu saja kau harus, kau sudah menculikku dari rumahku, lalu kau menahanku dan mengatakan aturan aturan konyol itu."
Lelaki tampan itu mengalihkan pandanganya dari berkas yang sejak tadi di bacanya, beralih menatap Sheva dengan alis yang terangkat sebelah.
" Apa kau sangat ingin mendengar alasannya ?"
Lelaki tampan itu bersandar sebentar di kursinya, menatap Sheva dengan tatapan yang sulit di artikan, sebelum berdiri dari kursinya berjalan mendekati Sheva yang kini menatapnya dengan wajah takut.
Tepat di depan Sheva lelaki tampan itu menutup jaraknya dengan Sheva, membuat jarak yang tersisa antara mereka hanya dua jengkal saja.
Saat lelaki tampan itu mengangkat tangannya dengan wajah yang sama datar. Sheva tanpa sadar menutup matanya.
Tetapi itu tidak berlangsung lama, saat ia merasa ada sentuhan halus di pipinya. Saat membuka matanya ia melihat lelaki tampan itu tersenyum mengejek padanya. Dengan ujung jari yang mengelus pipinya yang membuat Sheva merasa geli.
Hingga akhirnya lelaki tampan itu mengunci kembali jarak antara mereka tetapi mengalihkan wajahnya ke sisi kiri wajah Sheva lebih tepatnya ke arah telinga Sheva.
Dengan bibir lembabnya menempel di telinga Sheva "Kau tau aku suka sesuatu sepertimu, kau menantang dan kau menggairahkan, dan pada saat aku sudah mulai menyukaimu aku tidak akan melepaskannya, aku sedikit sensitif dengan apa yang aku miliki." Kata lelaki itu.
Dengan gugup Sheva mendorong lelaki tampan itu berusaha untuk menjauh.
"Ka..kau menjauh dariku. Kau seperti mengatakan bahwa kau adalah tuan dan aku adalah hewan peliharaanmu, yang harus mengikuti segala perintah yang kau berikan kepada hewan peliharaanmu tersebut."
Sebuah senyum miring tersungging di bibir lelaki tampan itu. Sheva dapat merasakannya.
"Benarkah aku berkata seperti itu ? apa kau lebih suka di sebut hewan peliharaanku di banding milikku ? "
Bersamaan dengan itu sebuah kecupan di rasakan sheva di sekitar telinganya yang membuatnya merasakan sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Aku tidak mengatakan bahwa kau adalah hewan peliharaanku, tapi aku tidak dapat menyangkal bahwa orang yang berada di sini memang mirip dengan yang aku katakan. Aku tuannya dan mereka hewannya. Kau lebih suka seperti itu di bandingkan pemilihan kataku yang sebelumnya bukan ?"
Kini lelaki tampan itu mendekatkan wajahnya ke wajah Sheva, tetapi tersenyum di depan bibir Sheva yang sangat dekat dengannya.
"Tenang. Kau berbeda dengan mereka kau spesial bagiku." Tepat dengan itu sebuah kecupan terasa di bibir Sheva.
Sheva terkejut dan langsung mendorong lelaki tampan itu. Berlari keluar dari ruangan tersebut.
Lelaki tampan itu hanya tersenyum melihat Sheva lari seperti di kejar hantu.
Di dalam kamar itu, Sheva terus mondar mandir memikirkan cara untuk keluar dari sana.
"Kenapa ini terjadi padaku, aku tidak mengharapkan sesuatu seperti ini sebelumnya. Tidak ini benar benar gila, dan...dan apa yang akan terjadi selanjutnya apa dia akan membunuhku dengan sangat mengenaskan atau .. atau dia akan menjualku." Pikiran buruk itu terus menghantui dirinya, hingga tanpa sadar air mata mulai menetes dipipi mulus miliknya.
Tbc ... 🌵
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa untuk komen, like dan juga vote yah biar Author semangat nulisnya. terimakasih ✌🏿🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
setiap mau like dan komen slalu balik lagi ke awal jd pusing deh🤦
2020-11-30
0
Risnawati 31
kak up-nya banyakin yah kak penasaran aku mah
tetap semangat kak aku selalu mendukung mu
2020-10-17
1
DD😇
seruuuuuu... author🤗🤗🤗
2020-10-11
1