" Sial...kau benar - benar wanita yang merepotkan."
-
Setelah urusannya selesai dengan Sheva, Aron segera bergegas ke markasnya.
Aron berjalan keluar dari mobil dengan wajah datar dan aura dingin yang keluar dari tubuhnya, membuat semua anak buahnya takut sekedar melihatnya.
Aron memasuki ruangan kebesarannya saat tangan kanannya Oskar, membukakan pintu untuknya.
Ia berjalan dengan santai mendekat ke arah kursi kebesaran yang sudah ia duduki selama lebih dari berapa tahun terakhir.
"Apa kau sudah menemukannya ?" Tanyanya singkat pada Oskar.
"Dia sangat ilahi untuk bersembunyi tuan. Jadi cukup sulit untuk menemukan keberadaannya." Jawab Oskar.
Aron mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras menahan emosi. Ia berdecak lalu membanting dokumen yang berisikan data diri serta jejak terakhir dari orang yang mereka bicarakan tersebut ke lantai.
Oskar hanya menatap datar pada dokumen yang menjadi pelampiasan tuannya itu.
"Shit, kenapa dia begitu sulit untuk di temukan!" Ucap Aron kesal dan memukul meja di hadapannya, hingga membuat suara terdengar nyaring ditelinga. Untungnya ruangan itu kedap suara, jadi sekeras apapun bunyinya tidak akan terdengar hingga keluar.
"Bagaimanapun caranya dia harus segera di temukan!" Ucap Aron dengan rahang yang mengeras karena marah.
Oskar menganggukan kepalanya lalu segera berbalik dan keluar dari ruangan bosnya.
"Kau bermain-main dengan orang yang salah ! Jangan panggil aku Aron jika aku tidak dapat menemukanmu." Ucap Aron.
-
Ke esokkan paginya, Sheva membuka kedua kelopak matanya, berkedip lemah beberapa kali, memegang kepalanya yang terasa berat dan sakit. Lalu turun dari ranjang yang empuk dengan mata yang teler dan langkah yang sempoyongan. Sheva berjalan mendekati kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah pertemuannya terakhir dengan Aron tadi malam Sheva tidak melihat lagi lelaki bermata coklat itu. Bahkan untuk sarapan bersama pagi ini.
Sheva yang sedang duduk di meja makan untuk menikmati sarapannya itu terusik saat mendengar suara teriakan seseorang.
Sheva meletakan sendoknya, lalu menatap Yuji yang berdiri di sampingnya. "Suara apa itu?" Tanya Sheva.
"Saya akan pergi mengeceknya nona."
"Tidak perlu." Ucap Sheva lalu meminum air putih di hadapannya.
"Aku akan pergi mengeceknya." Sheva melangkah keluar dari ruang makan dengan Yuji yang mengikutinya dari belakang.
Disaat tiba di ruang tamu, tampak sudah ada Aron dan beberapa pengawalnya yang sedang menatap wanita cantik tersebut. Lebih tepatnya mengawasi wanita tersebut.
Tiba-tiba manik coklat milik wanita itu menatap Sheva. Membuat Sheva tersentak kaget saat dirinya
bisa melihat kemarahan yang bercampur kesedihan dalam mata coklat itu.
Aron sedikit tersentak kaget sebelum mengernyit tidak suka saat melihat Sheva berdiri di ujung sana sedang menatap wanita yang berhasil masuk ke dalam mansionnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Pertanyaan itu mampu membuat Sheva memutuskan kontak matanya lalu menatap Aron yang masih mengernyit tidak suka.
"Apa dia pe*acurmu?" Kali ini suara wanita seksi itu kembali menarik perhatian Sheva.
Sheva yang mendengar wanita itu menyebutnya seorang pe*acur pun mengernyit tidak suka.
Dari caranya berpakaiannya dan cara bicaranya yang terus-menerus cegukan, Sheva yakin jika wanita tersebut sedang mabuk.
Saat wanita tersebut melangkah dengan sempoyongan ke arah Sheva, dengan segera Aron memberi perintah kepada pengawalnya untuk menghentikan langkah wanita itu.
Wanita tersebut tertawa dengan cegukannya yang tidak berhenti saat melihat dua orang pengawal berdiri menghadangnya.
"Masuk ke kamarmu Sheva." Perintah Aron dengan terus memijat pangkal hidungnya.
"Kenapa? Biarkan saja ******* kecilmu itu melihatnya." Wanita tersebut mencoba memukul para pengawal yang menghadangnya dengan tas tangan mahal miliknya.
Wanita tersebut tersungkur ke bawah lantai saat salah satu pengawal mendorongnya. Seolah tidak mengetahui keadaanya wanita tersebut kembali berbicara dengan tersenyum menatap Sheva.
"Nona, kau harus tau, dengan siapa kau memberikan tubuhmu." Tangan wanita tersebut menunjuk-nunjuk ke arah Sheva lalu beralih menunjuk Aron yang berdiri di sebrang sana.
"Dia ---."
"AKU BILANG MASUK KE KAMARMU." Aron berteriak marah pada Sheva yang masih saja tinggal mendengarkan omong kosong wanita di depannya.
Tatapan tajam itu beralih ke arah Yuji yang bergetar ketakutan saat Aron menatapnya.
"Apa yang kau lakukan? kau tidak akan membawanya masuk ?" Ucap Aron dengan wajah yang merah padam.
Yuji memegang Sheva dengan tangan yang gemetar menahan ketakutannya, mencoba membawa Sheva masuk seperti yang di perintahkan Aron.
"No..nona mari sa..saya antar ke kamar." Ucap Yuji di balik bahu Sheva. Sheva yang mendengar suara ketakutan Yuji menarik napas sebelum berbalik menuju ke kamarnya. Sheva tidak ingin Yuji terkena masalah lagi karenanya.
Wanita tersebut tampak tidak suka saat melihat Sheva berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
"Jangan menyuruhnya pergi ******** aku belum selesai berbicara pada pe*acurmu."
Aron memijat pangkal hidungnya dengan mata yang tertutup saat kembali mendengar ocehan wanita itu.
"Sebaiknya kau diam, sebelum aku momotong lidahmu." Geram Aron.
Wanita yang masih tersungkur ke lantai itu dengan susah payah mencoba dirinya untuk bangkit berdiri, walaupun tetap gagal. Alhasil ia membiarkan dirinya duduk di lantai yang dingin itu.
"Kau, pria berdarah kotor sepertimu yang akan memotong lidahku ?" Ucap wanita itu yang terus memancing kemarahan Aron.
"Sebaiknya kau segera pergi selagi aku memberimu kesempatan." Ucap Aron dan berbalik melangkah ingin meninggalkan wanita itu dan menyerahkannya ke Oskar.
"Dasar pria berdarah kotor."
Aron menghentikan langkahnya saat kembali mendengar ucapan wanita tersebut. Dengan langkah tegas Aron berbalik menghampiri wanita tersebut yang masih duduk di bawah lantai. Terlihat jelas jika Aron yang tampak sudah sangat emosi.
"Kau benar-benar membangkitkan amarahku." Ucap Aron dengan seringai di wajahnya.
Seketika suara teriakan yang memenuhi mansion tersebut dengan Sheva yang menghentikan langkahnya menaiki tangga sebelum berlari menuruni tangga.
Sheva tanpa sadar menutup mulutnya dengan mata yang melebar saat melihat Aron menginjak punggung tangan wanita itu.
"Kau datang pada orang yang tepat untuk memberimu kematian yang cepat."
Suara patah tulang terdengar saat Aron semakin menginjakkan sepatu pantofel hitam miliknya tanpa belas kasihan.
Sheva tidak bisa mempertahankan kesadarannya saat Aron mengeluarkan sebuah benda yang sama saat ia gunakan untuk membunuh sepasang suami istri sebelumnya.
-
Tatapan Aron tidak lepas dari Sheva yang mengerang saat terbangun dari pingsannya. Tidak mengeluarkan suara apapun Aron kembali menghisap rokok yang ada di tangan kanannya.
Sheva bangun dari posisi baringnya sebelum bersandar di kepala ranjang itu. Pergerakannya terhenti saat melihat Aron yang duduk dengan tenang di salah satu sofa ruangan itu dengan di temani sebatang rokok.
Sheva benci rokok, mencium asapnya saja dapat membuat kepala Sheva berdenyut sakit.
"Apa yang kau lakukan di sini ?" Tanya Sheva dengan ketus saat posisi duduknya sudah di rasanya aman.
Tbc...🌵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
apa ?
Makasih Crazy Up nya thor semangat terus ya
2020-10-15
1
DD😇
IIIHHHH... BERGIDIK NGERII YAA KALAI ADA YG NYATA BEGITU😣😣😣😣
2020-10-14
2