episode 8

Sambungan telefon terputus. Sheva mendengar jelas semuanya, dengan tangan kanan yang gemetar memegang ponselnya.

-

Setelah membayar sewa taksi dengan buru - buru Sheva berlari masuk ke dalam rumah sederhana nan indah itu.

Saat ia melangkah ke dalam halaman rumah itu, Sheva langsung terlonjak kaget saat melihat ada tiga orang lelaki berseragam yang menunggunya di depan.

Dan saat sheva tepat berada si depannya, lelaki tersebut membuka pintu rumah itu dan mempersilahkan sheva untuk masuk.

"Tuan Aron sudah menunggu anda didalam."

"Apa mereka baik baik saja ?" Tanya sheva sebelum melangkah masuk.

Tetapi, lelaki yang di tanyainya hanya menatap Sheva sebelum kembali menunduk.

"Silahkan masuk." Hanya itu yang keluar dari dalam mulut yang di tanyainya.

Saat Sheva melangkah masuk ke dalam rumah yang semalam ia nginap itu, dengan pencahayaan yang remang - remang membuat Sheva terlonjak kaget dan menoleh ke belakang saat pintu yang di jaga tiga orang pengawal itu tertutup.

Semakin dekat dengan ruang keluarga, semakin jelas pula rintihan tertahan oleh sepasang suami istri itu.

Di depannya Sheva melihat sepasang suami istri yang sangat baik padanya menahan rasa sakit di seluruh tubuh nya.

"Kau terlambat 15 menit."

Dan di pojok sana terlihat Aron yang sedang duduk di atas sofa dengan kaki yang menyilang di dampingi dua orang pria yang berada di samping kiri dan juga kanannya.

Tidak mendengarkan perkataan Aron, Sheva melangkah mendekat ke arah sepasang suami istri itu yang masih meringis kesakitan.

Sheva benar benar kaget saat melihat keadaan sepasang suami istri yang tidak bersalah itu sudah terluka parah.

"Per..gi..la..h." Ucap wanita paru baya itu sambil mengeluarkan air matanya. langsung batuk dan mengeluarkan darah sari mulutnya.

Membuat sheva yang melihat semakin menangis.

"Aku minta maaf. Ini salahku tidak seharusnya aku datang kemari." Ucap Sheva dengan menggelengkan kepalanya.

Dan seandainya dirinya datang lebih cepat, mungkin sepasang suami istri ini akan baik - baik saja.

Terdengar langkah kaki sepatu yang berjalan ke arahnya, Sheva tau itu pasti langkah sepatu Aron yang datang menghampiri dirinya.

Tetapi rasa marah yang berada dalam dirinya membuat Sheva mengabaikan langkah sepatu tersebut.

Aron berjongkok di samping sheva, perempuan yang membuatnya kalut dua hari ini. Menarik dagu Sheva agar menatap manik coklat miliknya.

Dengan bulir air mata yang masih mengalir dari kedua mata hitam miliknya, Sheva mencoba melepaskan cengkraman tangan Aron di dagunya. Tidak sudi berlama lama menatap manik coklat tersebut. Membuatnya benar - benar merasa jijik.

Semakin berusaha Sheva melepaskan tangan Aron dari dagunya, semakin kuat cengkraman tangan tersebut.

"Apa yang kau tangisi ? aku sudah memperingatkanmu." Desis Aron yang membuat Sheva berhenti berontak dan menatap benci kepadanya.

"Iblis." Gumam Sheva dengan suara kecil tetapi terdengar jelas oleh Aron. Aron membentuk senyum licik.

"Kau tau kau sedang bermain dengan seorang iblis. lalu kenapa kau tidak lebih berhati - hati ?"

Hingga sebuah senyuman itu pudar dari wajahnya, di gantikan dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kau seharusnya sudah memperhitungkan semuanya. Aku sudah memperingatkanmu."

Dengan kasar Aron melepaskan dagu Sheva, membuat wajah gadis itu menoleh ke samping.

Aron berdiri menatap kedua suami istri itu lalu mengeluarkan pistol dari dalam jasnya.

"Kau terlambat datang dari waktu yang aku tentukan Sheva."

Sheva berbalik dan mendapati Aron sedang mengarahkan pistol kepada sepasang suami istri itu.

"Jangan, aku mohon." Ucap Sheva dengan suara yang tercekal.

Untuk sesaat Aron menaikan alisnya lalu berbalik menatap sheva yang terus menggeleng. Dengan tersenyum licik Aron menarik pelatuknya melepaskan peluru tersebut.

" Dorrr.

" Dorrr.

Suara keras memenuhi rumah sunyi itu. Hingga perempuan itu terjatuh lemas dengan mata yang tertutup dan wajah juga pakaiannya yang terciprat oleh darah merah segar tersebut.

-

Sheva menangis di bawah pancuran air dengan pakaian yang masih lengkap melekat di tubuhnya.

Menangis dengan kuat mengeluarkan segalanya dengan air dingin yang terus mengalir dari pancuran.

Sheva duduk dengan kepala yang terlungkup diantara kedua lututnya.

Mengabaikan teriakan beberapa pelayan yang terus mengetuk di depan pintu kamar mandi yang telah di kuncinya.

Sheva semakin menangis, saat ia mengingat sepasang suami istri yang tidak bersalah sama sekali ditembak mati karena dirinya.

Semua karena lelaki brengsek itu, dasar pembunuh.

Kali ini gedoran di luar pintu berbeda dari sebelumnya dan semakin kencang. Seakan akan ingin menghancurkan pintu itu dengan tangannya.

"Buka pintunya Sheva !! jangan sampai aku masuk dan memberimu pelajaran."

Sheva tau suara itu adalah suara Aron laki - laki pembunuh itu.

Mengabaikan teriakan tersebut, Sheva semakin kencang memutar keran air hingga suara Aron teredam dengan suara air.

"SIALAN !! perempuan ini benar benar menguji kesabaranku." Erang Aron frustasi saat ucapannya di acuhkan oleh Sheva.

Dengan kesabaran yang telah habis juga emosi yang sudah sampai di ubun - ubun, Aron mendobrak pintu di depannya dengan kuat membuat beberapa pelayan tersentak kaget dan berjalan mundur.

"Kami akan mengambil kunci cadangan." Suara oskar orang kepercayaannya menghentikan kegiatan Aron.

"******** kau oskar !! dari mana saja kau !" Ucap Aron dengan emosi yang meluap namun tidak menghentikan kegiatannya yang masih mendobrak pintu.

Oskar hanya menunduk dan meminta maaf sebelum berlari keluar untuk membawakan kunci.

Saat Aron mendobrak dengan kuat kali ini pintu kamar mandi itu terbuka dengan suara yang sangat keras.

Dengan napas yang tidak beraturan, Aron berjalan masuk dengan mata nya yang tidak lepas dari tubuh Sheva yang menggigil karena kedinginan.

Sheva masih dengan posisinya mengabaikan keberadaan Aron yang berjalan menghampirinya dengan emosi yang mencapai ubun - ubun.

Dengan satu sentakan Aron menarik Sheva berdiri dengan jas dan jam tangan yang sudah basah karena terkena air yang masih mengalir dari pancuran.

"Apa yang kau lakukan ? APA YANG KAU LAKUKAN ?! HA !!" Bentak Aron kehilangan kontrol, membuat Sheva yang masih di bawah pancuran mengangkat kepalanya menatap mata coklat di depannya.

"Pembunuh." Desis Sheva yang membuat Aron mengerutkan alisnya. "PEMBUNUH!" Teriak Sheva berusaha melepaskan cekalan tangan Aron pada tubuhnya.

"LEPASKAN AKU ! JANGAN MENYENTUHKU "! MENJAULAH DARI KU SIALAN." Beberapa saat Sheva terus berusaha melepaskan tangan Aron darinya, hingga Aron benar benar melepaskannya.

Mendorong Sheva kasar. Membuat Sheva jatuh tersungkur dan air mata yang masih tidak berhenti mengalir.

Kini mata Aron berkilat dengan tajam, membuat matanya terlihat seperti serigala yang siap menyantap mangsanya.

Ia tidak melepas pandangan nya dari tubuh Sheva yang tersungkur ke bawahnya, Aron melepaskan jam tangannya lalu melepaskan jasnya dan melemparnya ke sembarangan tempat.

"Kalian semua keluar dari sini, jangan ada yang datang kecuali aku menyuruh kalian."

Tbc... 🌵

Terpopuler

Comments

DD😇

DD😇

GILEEE... AUTHORRR... TEGANG BNER BACANYA😣😣😣

2020-10-11

7

donita

donita

up thor

2020-10-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!