Dengan cepat Sheva berlari tidak ada waktu baginya untuk berhenti. Jika tidak kesempatannya untuk kabur mungkin tidak ada lagi.
Melihat jalan keluarnya sudah ada di depan mata. dengan cepat Sheva menaikkan kecepatan berlarinya, tidak peduli suara langkah kaki di belakangnya terdengar semakin banyak. Tidak peduli apapun dirinya harus keluar dari sini.
Sheva berlari dengan menyeret kedua kakinya yang terluka karena terekspos langsung dengan aspal. Keringat yang sudah mengalir membasahi wajahnya juga rambut hitam lebatnya, membuat Sheva terus berusaha berlari di tengah gelapnya gulita malam seperti perempuan yang berusaha melarikan diri dari para perampok.
Ia sudah berlari cukup jauh, hingga rasa lelahnya sudah mencapai batas maksimum tubuhnya.
Saat tak terdengar lagi suara jejak sepatu yang mengikutinya membuat Sheva berhenti sejenak untuk memulihkan tubuhnya dari rasa lelah.
Dan sekarang dirinya tidak tau berada di mana ia tidak menemukan apa apa. Tidak ada rumah, kendaraan, atau pun cahaya. Hanya ada pepohonan yang lebat dan jalanan yang panjang dan beraspal.
Sheva tidak dapat memungkiri bahwa dirinya benar - benar ketakutan saat ini.
Seorang perempuan di tengah gelapnya gulita yang tak memiliki uang dan tenaga yang sudah terkuras habis. Mangsa yang sangat cocok menjadi korban kriminal.
Sheva mengusap lengannya saat pikiran pikiran itu datang. Ingin rasanya ia kembali ke dalam mansion milik lelaki tampan bermata coklat itu.
Sheva terus berlari hingga ke ujung jalan dan perasaanya terasa lega setelah menemukan sebuah rumah sederhana di ujung jalan itu.
-
Aron yang sedang meminum kopi miliknya di tengah malam dengan mata yang tak pernah lepas dari laptop di hadapannya, merasa terganggu saat ponselnya berdering.
Tidak menunggu lama Aron mengambil dan melihat layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang menelefon di tengah malam begini.
Dan itu adalah nomor Oskar, salah satu orang kepercayaannya.
"Tuan nona Sheva melarikan diri. " Itu adalah kalimat pertama yang di dengarnya dari orang kepercayaannya.
Membuat Aron menutup kedua matanya, meredam kemarahannya. "Temukan dia." Dan panggilan diputuskan.
Hingga laptop juga gelas berisi kopi tersebut jatuh dan pecah akibat dorongan tangan dari Aron.
"Kau. Aku sudah memperingatkan mu dan kau melanggarnya." Geram Aron dengan kedua tangan yang mengepal kuat.
"Nick.. Nick.. !!! teriak Aron memanggil salah satu nama pelayannya, hingga ia melihat lelaki bertubuh tinggi itu gemetar di hadapannya.
"Y..ya tuan. " Sahut nick dengan susah payah.
"Aku akan pulang malam ini siapkan semuanya." Perintah Aron pada nick. Sang pelayan itu mengangguk patuh lalu berjalan pergi setengah berlari dari hadapan tuannya.
-
Di lain tempat Sheva akhirnya berada di depan rumah sederhana itu.
" Tolong..tolong.." Teriak Sheva dari luar, Ia terus mengetuk pintu berulang kali hingga akhirnya pintu rumah itu terbuka.
"Astaga, apa anda baik baik saja nona ? " Tanpa seorang pria paru baya itu beserta istrinya.
Sheva menatap wajah pria paru baya itu beserta istrinya dan ia yakin mereka adalah orang baik.
"Tolong..tolong aku." Uap Sheva dengan suara yang sangat lemah.
"Apa anda perlu di antar ke kantor polisi? " Tanya wanita paru baya di hadapannya itu cemas. Dengan cepat Sheva menggelengkan kepalanya.
Wanita paru baya itu, langsung mempersilahkan Sheva masuk dan beristirahat.
Berulang kali wanita paru baya itu bertanya tentang masalahnya tapi sheva mengunci mulutnya ia tidak ingin bercerita masalah ini pada siapapun.
" Minumlah dulu." Ucap pria paru baya itu memberikan segelas air putih pada Sheva.
Setelah beberapa jam akhirnya ia dapat menenangkan dirinya dan beristirahat. Sepasang suami istri itu mengijinkannya untuk bermalam lalu besoknya sheva akan pergi. Mereka pun setuju karena itulah permintaan Sheva.
-
Oskar, orang kepercayaannya Aron atau biasa di bilang tangan kanannya. Dengan sigap berjalan menghampiri Aron yang di ikuti dengan beberapa pengawal lain di belakang Oskar.
Aron berhenti berjalan ketika orang kepercayaan yang berada di depannya membungkuk di ikuti oleh pengawal lainnya.
"Saya senang anda kembali dengan selamat tuan." Ucap Oskar setelah selesai membungkuk.
"Di mana dia ? " Tanya Aron langsung ke intinya. tidak menghiraukan sapaan dari Oskar.
"Kami masih berusaha mencari keberadaan dari nona she.. - "
"Bugh...
Dan satu kepalan tangan keras mengenai pipi Oskar, menyisakan memar di pipinya dengan ujung bibir yang robek mengeluarkan darah.
"Kau masih mencarinya ? " Sinis Aron dengan menatap tajam Oskar yang hanya menundukan kepalanya.
Aron melangkah mendekati Oskar yang hanya berjarak tiga langkah darinya.
Aron menarik jas yang di kenakan Oskar saat tidak ada lagi jarak yang tersisa antara mereka berdua. Aron dengan mudah berbisik di telinga Oskar.
"Kau orang kepercayaanku Oskar. Jangan membuatku murka." Bisiknya sebelum kembali memberi jarak lalu menepuk pipi Oskar.
"Obati lukamu, lalu temukan dia."
"Baik tuan." Angguk Oskar dengan patuh. Kemudian Aron berjalan menuju mobil hitam yang sudah menunggunya.
-
Pagi hari , Sheva bangun dari tidurnya karena mendengar suara dari dapur. Ternyata wanita paruh baya itu sedang membuatkan sarapan.
"Kau sudah bangun ?"
"Uhm, ia."
"Panggil saja aku oma, kami berdua hanya tinggal sendiri disini, kau bisa tinggal di sini jika kau mau." Ucap wanita itu tulus.
"Ah iya, terimakasih oma, tapi aku harus pergi."
"Baiklah sebelum kau pergi makanlah sarapanmu dan bawalah ini untuk keadaan daruratmu." Ia memberikan beberapa lembar uang kertas dan juga sebuah ponsel pada sheva.
" Terimakasih." Ia langsung memeluk lelaki tua itu lalu memeluk wanita tua itu dan menangis.
"Berhentilah menangis, kau harus cepat pergi dari sini. " Pria paru baya itu mengelus kepala Sheva dengan lembut.
Sesaat kemudian ia langsung berlari ke arah jalan untuk mendapati tumpangan.
-
Di sisi lain Aron duduk dengan kaki yang tersilang. Sangat anggun namun tidak dapat di sentuh.
"Lanjutkan." Ucapnya pada Oskar setelah menutup telefon yang masuk.
"Kami sudah mencari nona sheva di rumahnya, di kampusnya dan tempatnya bekerja dulu namun kami tidak menemukan nona Sheva."
Aron berdecak saat mendengar informasi tersebut dan mulai meregangkan lehernya ke kiri dan ke kanan.
"Kau tidak dapat menemukannya ?" Sebuah pertanyaan ulang keluar dari bibir Aron dengan suara rendah.
"Tapi setelah kami memeriksa cctv jalanan di dekat mansion, nona Sheva semalam berada di salah satu rumah ujung jalan tuan yang hanya di tempati oleh sepasang suami istri."
Aron menganggukan kepalanya, lalu berdiri dari duduknya memperbaiki jas nya yang sempat kusut karena duduk terlalu lama.Lalu tersenyum sinis
"Siapkan semuanya kita akan ke sana."
-
Sheva sudah berada di dalam taxi, namun tiba - tiba ponsel yang di berikan oma tadi berdering tanpa ragu ia mengangkat telefon itu.
"Halo."
"Kau membuatku pulang cepat, Sheva." Untuk sesaat suara tajam dan rendah itu berhenti, memberikan jeda. Membuat Sheva merasakan kembali ketakutan yang luar biasa.
"Aku beri kau waktu 10 menit kemari, atau aku akan melobangi kepala sepasang suami istri yang sudah membantumu."
Sambungan telefon terputus. Sheva mendengar jelas semuanya, dengan tangan kanan yang gemetar memegang ponselnya.
Tbc ... 🌵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
sadis,,,
2020-11-30
0
Pipit Sopiah
aku suka thor 👍
2020-11-30
0