Hari menuju lamaran semakin dekat saja. Apalagi Eric sudah membelikan ia cincin beberapa hari yang lalu, perasaan ragu selalu muncul di benak Lolita. Namun, Lolita tidak pernah bercerita terus terang dengan ibunya. Ia hanya ingin mengikuti kemauan ibunya untuk cepat-cepat menikah, ia berpikir kalau cinta akan datang dengan sendirinya. Perlakuan manis Eric ternyata belum bisa membuka pintu cinta miliknya, ia masih terkukung oleh rasa takut, ia juga masih terjebak akan masa lalunya.
Luka itu masih membekas di dalam hatinya tanpa pernah merasa terobati sedikitpun. Pilu itu masih membekas begitu pekat diingatannya, biarlah kenangan pahit itu sebagai obat dalam hidupnya.
Belajar mencintai cinta yang sesungguhnya adalah hal sulit bagi Lolita. Ia masih ragu akan adanya cinta sejati, apakah itu artinya ragu dengan ketulusan Eric? Bisa jadi, ia belum sepenuhnya membuka hatinya untuk Eric.
"Besok yang datang banyak?" tanya ibu setelah menyerahkan bingkisan gaun ke pelanggan. Iya mereka sedang berada di butik miliknya.
"belum tahu juga, Bu. Kemungkinan cuma keluarga Eric." Lolita duduk di meja kasir.
"Keluarga besar?"
Lolita menggeleng sambil berkata, "Eric anak tunggal, keluarga besarnya di Bandung."
"Coba tanya ke Eric, siapa saja yang mau datang."
"Sudah Bu, tapi belum dibalas."
Sore sudah tiba, kini saatnya mereka untuk menutup butiknya. Butik itu tutup jam lima sore seperti biasanya, pelanggan juga sudah mulai ramai lagi berkat Pipit yang mempromosikan lewat akun instagramnya.
"Pipit enggak kasih kabar Aku, kalau Dia sudah ke sini."
"Minggu kemarin Dia ke sini, Dia memang enggak kabarin Kamu dulu kalau mau ke sini. Pas sudah ke sini Ibu ngomong kalau Kamu lagi di Bandung," ujar sang ibu.
"terus... Ibu ngomong kalau Aku lagi sama Eric?" tanya Lolita panik.
Sang ibu menggeleng dan berkata, "Ibu paham kalau hubungan kalian belum diumbar keteman-teman kalian. Pipit saja enggak tahu bukan?" Lolita menghela napas lega. Lolita sengaja tidak memberi tahukan hubungan dia dan Eric keteman-teman kelasnya dulu karena dia tidak mau membuat heboh di grub chatt-nya.
"kenapa enggak dikasih tahu keteman-temanmu dulu?" tanya ibu yang sudah menutup pintu butik.
"Maunya sekalian pas sebar undangan, takut gagal Bu kalau diumbar-umbar."
"Gagal gimana? Eric besok kan mau lamar Kamu." Wajah ibu keheranan.
"Bu sebenarnya ada yang Lita dan Eric rahasiakan sama Ibu," ujar Lolita. Ucapan Lolita membuat ibunya panik kelimpungan.
"apa? Eric enggak jadi ke rumah?" tanya ibu panik, Lolita segera menepis perkataan ibunya.
"bu... bu... bukan masalah itu, Bu." Lolita gugup dan mengajak ibunya duduk di kursi panjang yang berada di depan butik milik ibunya.
"Lalu?"
Dengan rasa was-was dan takut Lolita menjawab, "Bu, Aku ingin..."
"KAK!" teriak Angga dari jauh. Angga menghampiri ibu dan Lolita dengan napas tergesa-gesa akibat lari.
"Tante Rima sudah nunggu di rumah dari tadi," lapor Angga.
Aku dan ibu saling berpandangan dan memutuskan untuk pulang berjalan kaki dari butik ke rumah yang jaraknya memang sangat dekat, hanya selisih dua rumah saja. Tante Rima adalah adik dari ibu Lolita yang bekerja sebagai juru masak, dia juga membuka rumah makan yang selalu ramai karena masakannya yang enak. Tante Rima dipercaya sebagai juru masak untuk acara lamaran Eric dan Lolita. Dia memang sangat diandalkan kalau soal masak.
Sampai di rumah mereka bertemu dengan Tante Rima dan membahas masakan apa saja yang akan dimasak besok. Dia juga bertanya soal porsi yang akan dimasak, "berapa orang yang ke sini?"
Lolita mengecek ponselnya barangkali Eric sudah membalas pesannya. Benar saja, Eric sudah membalas pesannya beberapa menit lalu. Ia memberitahukan kalau keluarganya akan datang bersama keluarga Ical dan neneknya. Berati ada tujuh orang yang akan datang dari pihak Eric. Sedangkan, pihak Lolita yang datang hanya keluarga Lolita, tante Rima dan suaminya.
Keesokan harinya, rasa gugup menyelimuti Lolita. Ia sedang duduk di depan cermin dengan riasan natural dan kebaya nuansa modern berwarna camel. Rambutnya yang dicepol ke atas memperlihatkan leher dan bahu yang sempurna. Semua ini hasil karya Winda, adik iparnya yang memang jago dalam mendandani orang.
"Gue deg-degan, Win." Ia masih menatap dirinya yang berada di cermin.
"Itu normal kok, Kak. Semua orang juga akan merasakan hal yang sama kalau sedang dimomen spesialnya." Winda memegang bahu Lolita untuk menenangkan kakak iparnya.
Semuanya sudah siap, tinggal menunggu keluarga Eric datang. Sekitar jam satu keluarga Eric tiba di halaman rumah Lolita. Eric mengenakan setelan kemeja merah hati yang dipadukan dengan jas hitam. Aura ganteng sekaligus dinginnya muncul dengan setelan tersebut.
Keluarga yang datang sesuai dengan apa yang disebutkan Eric dipesannya. Mereka duduk di sofa yang sudah disediakan oleh keluarga Lolita. Mereka menunggu Lolita turun dari kamarnya, satu persatu Lolita menuruni anak tangga dengan rasa gugup. Mata Eric dan Lolita saling bertabrakan satu sama lain hingga membuat mereka saling terpana satu sama lain dalam beberapa detik, Lolita berjalan mendekati dua pihak keluarga yang sudah menunggunya sedari tadi. Lolita duduk di samping ibunya dengan senyum ramahnya.
"Neng, geulis pisan, nenek sampai pangling." Suara nenek membuat Lolita tersipu.
Mereka duduk di ruang keluarga yang cukup besar, setelah menyampaikan tujuan keluarga Eric datang ke rumah Lolita, pemasangan cincinpun dilakukan oleh mereka berdua. Eric menyematkan cincin di jari manis Lolita dengan rasa percaya diri. Setelah pemasangan cincin tepuk tangan mulai menggema di ruangan tersebut. Mereka resmi sebagai sepasang tunangan, kebahagian menyelimuti seluruh orang yang hadir dalam acara lamaran tersebut. Setelah sesi pemotretan acara dilanjutkan dengan makan bersama.
Semuanya menikmati hasil masakan tante Lolita. Lamaran berjalan lancar, sesuai yang diharapkan. Satu persatu dari mereka meletakkan piring setelah makanan di piringnya habis. Mereka melanjutkan obrolan sebagai metode pengakraban, keadaan mulai hening, ketika nenek menginsyaratkan akan mengobrol hal serius. Seluruh orang yang ada di sana menunggu nenek berbicara.
"Nenek ingin nikahan kalian disegerakan." Lolita tercengang setelah mendengar pernyataan dari nenek Eric.
"Kalian tidak perlu nunggu Ical untuk menikah," perkataannya menggantung. Nenek melirik Ical dan melanjutkan ucapannya, "karena Ical gagal menikah tahun ini." Lolita semakin tercengang dengan semuanya. Lolita menatap Eric penuh tanya, Eric juga paham dengan tatapan Lolita, Eric belum sempat menjelaskan hal yang sebenarnya ke Lolita karena keluarga Ical baru bercerita sehari sebelum lamaran.
"Saya nurut sama anak-anak saja," ujar ibu Lolita.
Lolita dan Eric tanpa sengaja berpamitan untuk pergi dari ruangan tersebut secara bersamaan. Mereka butuh berbicara secara empat mata, apalagi Lolita yang sangat membutuhkan penjelasan dari Eric. Mereka memilih duduk di kursi yang ada di teras rumah.
"Ric, kenapa enggak cerita tentang ini ke Aku? Kamu tahukan rencana Aku?" cercah Lolite ke Eric.
"Ta, Aku juga baru tahu kemarin. Keluarga Ical baru kasih tahu ke keluargaku saat mereka tiba di Jakarta." Eric menjelaskan ke Lolita.
"Terus ini gimana? Aku mau menikah kalau sudah bertemu dengan Ayahku." Eric terlihat frustasi setelah mendengar ucapan Lolita.
Untuk menemukan ayah Lolita tidaklah mudah, pasalnya sudah bertahun-tahun mereka tidak saling berhubungan. Mereka dilanda kebingungan mencari solusi.
"Gimana kalau tanya Ibu Kamu tentang Ayah? Biar Ayahmu cepat ketemu," saran Eric ragu.
Terima kasih sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Hesti Sulistianingrum
hmmmm H2C thor🤭
2021-03-20
2
luluk
bener juga saran erick
2020-12-11
0
Kukur Kepompong
wah kalau ayah lolita nggak ketemu.. bisa gagal nikah donk....
lanjut thor..
2020-11-04
1