Rumah Nenek

Keluarga Eric sudah sampai di rumah neneknya di Bandung. Suasana pedesaan Bandung yang masih asri membuat siapapun yang menginjakan kakinya di sini langsung betah. Lolita yang sudah lama tidak menginjakan kakinya di pedesaan sampai dibuatnya nyaman, meski baru beberapa menit sampai di sini.

Mereka memasuki rumah nenek Eric dengan sambutan hangat. Di sana sudah ada nenek Eric yang duduk di kursi roda dan beberapa sepupu dan tante Eric yang selalu mengunjungi neneknya setiap hari minggu. Lolita menyalami dan mengenalkan dirinya keanggota keluarga Eric yang berada di ruang keluarga. Ruangan itu sengaja dibangun secara luas untuk tempat berkumpul keluarga besarnya. Nenek Eric memiliki lima anak, ibu Eric adalah anak yang kedua. Nenek Eric hanya memiliki anak laki-laki satu sebagai anak sulung.

"Ini calonnya Eric ya, teh?" tanya salah satu adik kandung mama Eric.

"tanya atuh sama orangnya langsung."

"Sama Eric? Kalau tanya Eric mah mending ngomong sama kambing, bisa balas embeee." Tante Eric menirukan suara kembing dan diikuti gelak tawa oleh penghuni rumah itu.

"Jangan gitu atuh, Bunda. Eric kan emang tipe-tipe cowok sok cool. Saking dinginnya ngalahin udara yang ada di rumah Nenek." Ini sepupu Eric yang bernama Laras yang menimpali.

"Sudah jangan ngeledek Eric terus, bagaimanapun dia juga sepupu kalian." Nenek mencoba melerai mereka. Eric memang terbilang cucu kesayangannya. Di keluarga besarnya Eric adalah cucu pertama yang dimiliki oleh sang nenek, pasalnya Kakak pertama mama Eric telat diberi karunia anak oleh Tuhan.

Nenek Eric menghampiri Lolita dengan kursi roda yang di dorong oleh papa Eric. Ia mengusap bahu Lolita, kemudian Lolita duduk bertumpu dengan kedua lututnya.

"Kamu teh geulis pisan. Kenapa pilih Eric?" tanya nenek Eric sambil membelai rambut Lolita.

Kalau bisa bicara jujur sih, Lolita akan menjawab bahwa Eric yang memintanya untuk menikah dengannya karena terkejar umur. Di sini ia tidak akan mungkin mengatakan yang sebenarnya. "Lolita tidak tahu alasannya Nek," jawab Lolita.

"Kok bisa?"

"Bagi Lolita, mencintai itu tidak harus memiliki alasan. Orang yang mencintai tanpa alasan tidak akan pergi karena ia juga tidak memiliki alasan untuk pergi." Nenek Eric tersipu mendengarkan jawaban cinta dari Lolita.

Nenek Eric memberi intruksi supaya Eric mendekat ke arahnya. Eric berjongkok di depan neneknya sambil memegang lutut kiri sang nenek. "Terus Eric kenapa pilih, Lolita?" tanya nenek Eric.

Sebelum Eric menjawab, ia melirik ragu ke arah Lolita. Eric menggenggam tangan kiri sang nenek lembut sambil menjawab pertanyaan darinya, "Karena Eric yakin kalau Lolita adalah wanita pilihan Eric."

Lolita mengangkat wajahnya menatap sang nenek dan Eric melirik lagi ke arah Lolita. Lolita berharap kalau sang nenek puas dengan jawabannya dan Eric berharap kalau Lolita puas terhadap jawaban yang diajukan oleh neneknya. Nenek Eric mengelus kepala mereka berdua secara bersamaan. Sepertinya introgasi tentang cintanya sudah cukup. Kini saatnya mereka bersantai sambil menunggu hidangan siap di meja makan.

Lolita berjalan ke teman belakang yang ada di rumah nenek Eric. Pemandangan di taman ini sangat indah. Bukit-bukit indah yang bisa dilihat mata telanjang dan udara yang masih sejuk membuat Lolita terpesona. Ada beberapa bunga yang sudah merekah di pot-pot yang berjejer. Lolita berdiri membelakangi rumah dan menikmati pemandangan yang sudah disediakan oleh Tuhan untuk hambanya. Lolita membayangkan kalau suati saat nanti, dia memiliki rumah yang suasananya seperti ini pasti akan lebih menyejukkan pikirannya.

Eric datang dari arah belakang Lolita. Dia berdiri di samping kanan Lolita sambil mengikuti pandangan Lolita. Ia melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Sedang apa sendirian di sini?" Eric mulai membuka percakapan.

Lolita sedikit terperanjat karena ada suara Eric yang tiba-tiba muncul. Dia tidak menyadari kedatangan Eric sedari tadi. "Lagi lihat pemandangan." Lolita masih menatap hamparan rerumputan hijau yang ada di depannya.

"Suka?" tanya Eric. Lolita hanya mengangguk tanpa berpaling sedikitpun. "Kalau minggu depan lamaran bisa?" Lolita menatap Eric bingung.

"Aku kan belum jawab ajakan Kamu."

"Kalau Kamu menolak, Kamu pasti tidak akan sampai di sini, Ta." Eric memutarkan tubuh Lolita supaya mereka saling berhadapan.

"Kata siapa? Kalau sudah kenal atau akrab sudah pasti menjawab iya?" Lolita menaikan alisnya.

"Maksud Kamu?"

"Ric, di luaran sana banyak banget pasangan yang sudah akrab dengan keluarganya, tapi tidak berjodoh. Apalagi Aku yang baru sekadar kenal sama keluarga Kamu." Lolita memutar tubuhnya kembali untuk menikmati pemandangan yang tidak pernah dijumpai di daerah perkotaan.

"Terus Kamu kenapa ngajak Aku ketemu?" tanya Eric.

"Ric, masih banyak hal-hal yang perlu Aku ketahui tentang Kamu. Aku tidak mau ceroboh dalam memilih jodoh."

Mendengar jawaban dari Lolita membuat Eric terdiam tidak bisa menjawab. Eric tidak bisa memaksa seseorang untuk masuk dalam kehidupannya. Eric tahu perasaannya dari dulu, ia sadar bahwa sudah lama ia memendam rasa cinta terhadap Lolita. Seorang Eric butuh waktu yang sangat lama untuk memberanikan diri mengungkapkannya, tidak! Ia belum mengungkapkan isi hatinya ke Lolita, ia hanya mengajak Lolita menikah tanpa menyatakan perasaannya.

"Ric, Kamu beneran kaku banget ya. Harusnya Kamu jangan diam saja dong." Lolita tidak lagi canggung untuk menegur Eric.

"Aku harus gimana? Aku tidak bisa memaksa cinta, Ta." Eric benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Ini nih, makanya cewek-cewek pada kabur. Kamu tidak ada usahanya untuk mempertahankan wanita." Lolita menghadapkan dirinya ke Eric.

"Ternyata gini rasanya berurusan dengan wanita yang sebenarnya," batin Eric.

Rata-rata wanita memang ingin diperjuangkan dengan caranya masing-masing. Kalau cowoknya kaya Eric sudah dipastikan para cewek akan kabur karena ketidak pekaannya. Harus diakui, wanita itu sangat sulit ditebak.

"Jadi kesimpulannya gimana?" Lolita memanyunkan bibirnya. Lolita benar-benar pasrah akan kelempengan otak pria yang ada di depannya ini.

"emang ya, Kamu tidak bisa basa-basi sama sekali. Harusnya Kamu yakinin diri, bahwa Kamu bisa menjadi pendamping Aku." Lolita berniat beranjak pergi, tapi tangannya sudah dicegah oleh Eric. Ia sedikit menarik tangan Lolita sampai-sampai Lolita jatuh kepelukan Eric.

"Aku tidak terbiasa narsis. Jadi Kamu mau sama Aku?" tanyanya sekali lagi. Tubuh Lolita masih ada di dekapan Eric. Lolita berusaha melepaskan pelukan maksa Eric. Ia takut kalau salah satu dari sepupunya akan melihat adegan ini.

"Lepasin Eric!" Lolita meronta minta untuk dilepaskan.

"Tidak ada yang melihat di sini." Eric masih mendekap tubuh Lolita.

"Gila! Cowok mesum. Lepasin enggak atau Aku teriak." Ancam Lolita.

Eric melepaskan pelukannya karena merasa cukup untuk mengerjai Lolita. Eric sekarang tahu akan kelemahan Lolita. Anak super supel akan malu jika diperlakukan mesra dihadapan umum. Setelah melepaskan pelukannya Eric terkekeh melihat Lolita kabur dari hadapannya.

Lolita pergi meninggalkan Eric di taman belakang sambil misuh-misuh sendiri, "dasar cowok mesum. Bisa-bisa jantungan kalau ada di dekat Dia terus."

Lolita memilih bergabung di ruang keluarga bersama tante dan sepupu Eric yang lagi duduk-duduk di sofa. Lolita orangnya mudah sekali untuk akrab dengan orang yang baru dikenal. Ramah tamahnya membuat ia mudah sekali untuk diterima.

Terpopuler

Comments

Eka Naura

Eka Naura

ya ampun jawaban Lolita kok bisa sama kaya kata2 misua qu dlu ya?🤔 tiap di tanya kok bisa sayang/cinta.. jawab nya kaya gitu..😄

2021-06-30

0

Hesti Sulistianingrum

Hesti Sulistianingrum

buat Lolita suka sm Eric thor

2021-03-20

2

luluk

luluk

lanjut

2020-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!