Nikah Yuk!

Lolita sudah mengganti pakaiannya sepulang kerja. Ia kini tengah menunggu Eric menjemputnya. Eric memberi tahu dirinya bahwa akan segera sampai. Lolita menunggu Eric di depan rumahnya sambil duduk dan melihat beberapa foto keponakannya di ponsel miliknya yang dikirim oleh Angga sore tadi.

Cahaya lampu mobil Eric sudah terpancar di sisi halaman Lolita. Lolita beranjak dari kursi dan ia berdiri menunggu mobil Eric berhenti di hadapannya. Lolita masuk ke dalam mobil yang dibukakan oleh Eric. Eric sebelumnya tidak pernah bersikap seperti itu kepada wanita lain. Eric melajukan mobilnya untuk pergi ke toko perlengkapan bayi sesuai permintaan Lolita. Setelah mereka menemukan toko tersebut, mereka membeli beberapa barang perlengkapan bayi untuk hadiah keponakannya. Eric juga memberikan beberapa setelan baju untuk keponakan Lolita. Tidak hanya pakaian untuk bayi, Erik juga membelikan perlengkapan mandi dan lainnya.

"Eric, keponakan Aku masih Bayi belum ngerti soal mainan. Sudah belinya nanti saja." Lolita mengomel saat Eric menaruh beberapa mainan anak ke keranjang belanjaannya.

"Keponakan Kamu juga kan nanti berkembang. Beli sajalah, ya untuk nanti." Eric merengek ke Lolita.

"No! Eric. Belinya nanti saja. Lagipula, bayinya masih umur satu hari." Lolita mengambil mainan yang ada di keranjang untuk dikembalikan lagi ke tempat semula. Eric hanya bisa pasrah melihat Lolita mengembalikan mainannya ke rak.

"Ta, satu saja. Masa tidak boleh." Eric kembali membujuk Lolita agar membelikan mainan untuk keponakannya. Lolita terus menggelang sambil mengatakan, "no, Eric. Bayi belum ngerti main mobil-mobilan."

Keributan mereka di toko perlengkapan disaksikan oleh beberapa pelanggan yang ada di sana. Mereka melihat adegan tersebut sambil berbisik-bisik dan senyum-senyum ke arah Eric dan Lolita.

"Bener, Bu. Masa bayi dikasih mobil-mobilan. Mending duitnya buat beli yang lain saja." Celetuk salah satu ibu-ibu yang sedikit medengarkan keributan mereka.

"Ha! Ibu? Sejak kapan, Aaakuu...," ucapan Lolita terhenti karena Eric menariknya cepat untuk menuju ke kasir.

"lepasin, Eric. Sakit" Lolita menghempaskan tangan Erick saat mereka sudah sampai di depan kasir.

"Berapa, Mba?" Eric menanyakan total belanjaan mereka dan mengeluarkan kartu kreditnya.

Eric tidak mendengarkan ocehan Lolita, ia kembali menggandeng tangan Lolita saat akan keluar dari pintu toko sampai di depan mobilnya. Eric membukakan pintu untuk Lolita dan menyuruh Lolita masuk ke dalam mobil. Eric menaruh belanjaannya di kursi bagian belakang. Eric sudah berada di dalam mobil dan menyalakan mesin mobil. Eric melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.

"Emang muka Aku kaya Ibu-ibu apa? Seenaknya saja orang itu ngatain Aku Ibu-ibu." Lolita kembali mengomel sendirian di dalam mobil.

"Ibu itu tidak salah, ngapain kamu ngomel-ngomel," ujar Eric yang masih menyetir.

"Kamu masih sempat belain Ibu-ibu itu?" sewot Lolita.

"Bukannya belain, tapi emang se-usia kamu seharusnya sudah menikah dan menimang anak. Lagian kita tadi di sana membahas soal bayi, jelas saja Ibu itu berpikir kalau kita ini suami-istri." Lolita seketika membatu dengan ucapan Eric. Lolita tidak menyangka kalau Eric akan mengucapkan hal seperti itu. Ada benarnya juga omongan Eric.

"Ta, Nikah yuk!" Lolita masih bengong sehingga ia tidak mendengarkan ucapan Eric.

Eric menjalankan mobilnya pelan, ia mendekatkan tubuhnya ke arah Lolita. Ia menghadapkan wajahnya tepat di depan wajah Lolita. Bibirnya semakin mendekat ke arah bibir Lolita, sedangkan Lolita masih diam saja tanpa berkutik atas perlakuan Eric yang sering membuat dirinya mendadak memacukan jantungnya lebih cepat dari biasanya. Lolita memejamkan mata dan cup. Bibir Eric mengecup pelan bibir mungilnya yang merah delima. Setelah itu, Eric mengusap ujung bibir Lolita lembut dan sekali lagi Eric mengajukan ajakannya lagi, "nikah yuk, Ta." Lolita membelalakkan matanya lebar. Ia masih tidak percaya akan perlakuan Eric malam ini.

Eric kembali membenarkan posisi duduknya seperti semula. Ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Di dalam mobil ini terasa panas bagi mereka, padahal Eric sudah menyalakan AC mobilnya lumayan besar. Eric mengendurkan dasinya dengan tangan kirinya. Eric masih mengenakan baju kantor karena ia belum sempat pulang untuk sekadar berganti pakaian. Mereka melewati perjalanan ini dengan keheningan sampai di depan rumah sakit. Eric sudah melenggangkan tubuhnya sambil membawa bingkisan yang tadi dibeli di salah satu toko perlengkapan bayi. Ia berjalan untuk masuk ke ruangan adik ipar Lolita. Sebelum Eric membuka pintu, Lolita memegang pergelangan tangan Eric.

"Aku belum siap menikah." Setelah Lolita berkata seperti itu, ia membuka kenop pintu rumah sakit dan masuk menemui keluarganya. Sedangkan, Eric masih membatu di depan pintu. Ibu Lolita menyuruh Eric untuk bergabung dengannya. Lolita membuang wajahnya dari Eric.

Lolita menghampiri Wanda yang masih terbaring di ranjang. Ia melihat bayi mungil yang dibedong di sisi kanan Wanda. Lolita mengelus pipi lembut sang Bayi yang masih terlelap.

"Nda, bayinya lucu," kata Lolita.

"kalau lucu buat dong," celetuk Angga yang ada di sebelah kiri Lolita. lolita menyikut perut Angga supaya tidak berbicara ngawur.

"Lo pikir bikin kue apa?" Lolita kembali mengelus pipi sang bayi dan mencium pelan pipi bayi milik Wanda.

"Selamat buat kalian ya, semoga jadi orangtua yang bertanggung jawab." Setelahnya, Lolita menghampiri ibunya yang masih duduk di sofa bersama Eric, entah mereka mengobrolkan tentang masalah apa, ia tidak tahu.

Lolita sedari tadi berusaha mengindari tatapan Eric, kalau ia melihat wajah Eric ia akan selalu terbayang oleh ciuman sialan tadi. Eric beranjak dari sofa untuk menghampiri Angga dan Wanda untuk sekadar memberi selamat karena dia sangat irit berbicara kepada siapapun, kecuali ia berani merengek ke Lolita dan orangtuanya saja.

"Eric masih lajang, katanya. Kamu enggak mau sama Dia?" Ibu Lolita tiba-tiba saja membahas status Eric di depan Lolita. Padahal Lolita masih kesel dengannya karena perlakuannya di mobil tadi. Lolita tidak mungkin bercerita ke ibunya tentang Eric yang sudah mencuri ciumannya yang tidak bisa dihindari olehnya.

"Eric orangnya irit ngomong, Lolita tidak suka. Kalau Lolita lebih tertarik sama orang yang suka mengobrol biar ramai terus." Lolita bergelayut ditangan ibunya dan menyenderkan kepalanya dibahu ibunya.

"Bagus dong kalau Dia pendiam, saling melengkapi. Kalau sama-sama suka ngomong nanti kalau ada masalah tidak ada yang mau ngalah. Malah tambah ribut nantinya."

"Tadi katanya Eric, Dia ngelamar kamu di mobil." Lolita tersentak kaget dengan ucapan ibunya. Lolita semakin dibuatnya naik darah dengan perlakuan Eric yang seenaknya saja. "Kamu terima lamarannya?" tanya ibu.

"Dia tidak melamar Lita, Bu. Dia ngajak Aku nikah," jawab Lolita sambil menegakkan tubuhnya.

"terus, Kamu terima?"

Lolita mengelengkan kepala pelan. "Ibu, Lolita ben..," ucapan Lolita terpotong oleh kedatangan Eric yang mendaratkan dirinya duduk di sofa di sisi kiri ibunya.

"Nak, Kamu kan tahu kalau Ibumu ini sudah tidak muda lagi. Ibu sudah tua, cita-cita Ibu sekarang hanya satu." Lolita mengangkat kedua alisnya penuh tanya.

"Ibu mau lihat kamu, menikah dengan lelaki yang baik. Turuti permintaan Ibu sekali saja." Kini ibu Lolita tengah menyeka air matanya dengan tangan kananya, sedangkan tangan kirinya sudah menggenggam tangan Lolita sedari tadi. Lolita tidak pernah melihat ibunya memohon kepadanya, selain hari ini. Ia tidak tega melihat ibunya menangis di depannya.

"Lita akan pikirkan dulu, Bu." Lolita menyerah. Eric terlalu berani.

Eric dan Lolita berpamitan kepada ibu dan adiknya. Lolita memutuskan untuk pulang karena ia takut kalau ibunya akan terus memaksa Lolita menikah dengan Eric. Lolita semakin kesal dengan Eric. Di dalam mobil mereka saling membisu. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Erik juga merasa bersalah membuat Lolita mendadak diam terhadapnya.

Tiba-tiba Lolita berucap, "Ric, Aku butuh waktu untuk menjawab permintaan Kamu ke Ibu." Eric memandang Lolita sekilas dengan hati sedikit lega.

"Kamu berhak marah atas sikap Aku yang seenaknya saja." Setelah itu tidak ada lagi obrolan di antara mereka sampai mobil Eric berhenti di depan rumah Lolita. Lolita pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Eric masih di dalam mobilnya, ia memandangi punggung Lolita dari belakang sampai Lolita benar-benar hilang masuk ke rumahnya.

Eric akan menunggu jawaban dari Lolita kapanpun. Eric punya alasan untuk meminta Lolita menikah dengannya, ia dan Lolita sama-sama terjebak dalam usia yang sudah matang untuk menikah. Kedua orangtua Eric selalu memaksa Eric untuk segera menikahi wanita pilihannya.

untuk kalian yang terjebak situasi seperti Lolita dan Eric. Ingat! Menikah itu bukan karena tuntutan umur saja.

Terima kasih sudah mau baca cerita absurd ini.

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

gercep ya ric, langsung lamar

2024-10-24

0

Ulfa Riady

Ulfa Riady

duuuh jangan salah Loli...orang diem itu beuuuuh romantis banget aslinya...baik banyak ngalah juga( kayak suami aku hehehe)✌✌✌✌

2021-11-03

1

Hesti Sulistianingrum

Hesti Sulistianingrum

buat mereka bersatu y thor

2021-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!