Suasana ramai di ruang keluarga terlihat jelas. Tiga sepupu laki-laki Eric, Jack, Nino, dan Ical duduk melingkar bersama sepupu perempuannya Sarah dan Laras. Lolita juga ikut nimbrung dalam lingkaran tersebut tanpa canggung. Mereka bermain truth or dare dengan menggunakan sebuah pensil yang entah mereka dapat dari mana. Mereka memutarkan pensil menunggu giliran untuk dipilih. Pensil berputar dan berhenti ke arah Jack, sepupu dari anak ketiga. Jack dan Laras adalah saudara kandung. Usia mereka selisih dua tahun. Jack sedang menyelesaikan kuliah akhirnya dan Laras sudah kuliah semeter empat.
"truth or dare?" Suara Sarah dengan semangatnya.
"truth, sebagai pemanasan."
"Cupu, Lo." Ical sebagai sepupu dari anak yang tertua.
"Sudah-sudah. Gue mau kasih pertanyaan ke Lo, Kak." Semua hening saat Laras akan memberikan sebuah pertanyaan ke Jack, kakaknya sendiri.
"Siapa first kiss, Lo? Kapan Lo lakuin itu?" Sebuah pertanyaan menjebak bagi Jack. Laras memang suka sekali mengerjai kakanya sendiri.
"Sialan, Lo. Lo mau mengadukan ke Bunda kan?"
"Brengs*k, kekana-kanakan banget si Jack. Ini cuma permainan woy, Laras enggak mungkin ngadulah." Laras mendapat pembelaan dari Ical.
Ical memang lebih dewasa dari mereka karena Ical merupakan sepupu tertua kalau berdasarkan silsilah keluarga, kalau masalah umur cucu tertua adalah Eric. Usia Ical dan Eric selisih satu tahun, dia sudah bekerja dan sudah bertunangan.
"Oke Gue jawab. First kiss Gue Dinda pacar di kampus Gue. Puas Lo!" jawab Jack jujur.
"Seris Lo? Masa Lo anak kota ciuman pertama pas kuliah sih." Nino tidak percaya dengan jawaban Jack.
"Emang Lo, No. Kalau pacaran sudah melebihi batas teritorial." Nino melemparkan bantal kursi yang tengah ia kempit ke arah Jack.
"Anj*r, Gue saja baru pacaran kemarin, mana berani macam-macam."
Nino adalah sepupu paling muda di antara mereka. Nino masih duduk di kelas dua SMA. Rata-rata dari mereka adalah anak tunggal, hanya Jack yang memiliki adik. Orangtua Nino juga menikah diusia yang terbilang terlambat. Sarah mencoba melerai Nino dan Jack. Sarah mengambil bantal yang tadi mengenai Jack.
"Tenang, No. Gue percaya sama Jack, Dia kan anak Bunda. Masa iya mau nakal." Sarah memeluk bantalnya.
"Masih mending Jack ciumannya pas kuliah, lah gimana dengan Eric si kulkas berjalan itu. Gue yakin Dia belum pernah tuh Ciuman." Pernyataan Ical membuat Lolita tersedak salivanya sendiri. Seluruh mata tertuju pada Lolita yang sedari tadi hanya diam saat ikut permainan itu.
"Are you oke, Kak?" tanya Laras. Lolita mencoba mentralkan dirinya.
"Aku baik-baik saja." Lolita mengangguk.
"Emang beneran, Kak. Kalau Kak Eric belum pernah cium Kakak?" tanya Laras dengan wajah sok polosnya. Lolita hanya menampilkan senyuman terpaksa sebagai jawabannya.
"Fiks, Eric belum pernah ciuman," simpul Ical. Lolita hanya diam mendengar kesimpulan dari Ical. Dia tidak mungkin membeberkan perilaku mesum sepupunya itu dihadapan mereka.
Suara tante Nia, mama Eric memanggil anak-anak yang ada di ruang keluarga untuk lekas bergabung ke meja makan yang sudah dipenuhi hidangan. Satu persatu dari mereka beranjak dari tempat duduknya menuju ke ruang makan.
"Sial, Gue dikerjain. Masa bubar begitu saja permainannya," umpat Jack.
Mereka sudah sampai di meja makan yang sudah berjejer kursi-kursi yang mengahadap ke arah meja. Mereka duduk di kursi pilihan mereka masing-masing. Di samping nenek sudah ada Eric yang duduk rapih di atas kursinya. Ia tidak pernah ikut nimbrung dengan sepupu-sepupunya yang lain. Bagi Eric mereka terlalu kekanak-kanakan, apalagi Ical. Padahal Ical sudah tunangan dan harusnya ia fokus untuk bekerja keras. Namun, bagi Ical sepupunya adalah obat dari kejenuhan. Dasarnya Eric saja yang kaku. Jadi, dia memilih menyendiri dari pada bergabung dan seru-seruan dengan yang lainnya.
"Ical gimana, persiapan nikahnya?" tanya mama Eric.
"baru beberapa persen tante. masih tiga bulan lagi juga," jawab Ical.
"kalau Ical sudah nikah, formasinya berubah dong," celetuk Laras.
"Laras, Jack, Sarah, Nino, Ical dan Eric kan, masih tetap saudara. Meskipun, Ical sudah menikah nantinya."
"Iya sih Nek, pasti suasananya akan berubah nantinya." Sarah memanyunkan bibirnya.
"Ayo makan dulu, ngobrolnya nanti." Nenek mengajak seluruh anggota keluarga yang ada di meja makan untuk segera makan hidangan yang sudah dimasak oleh Rahma, bunda dari Laras dan Jack. Mereka menyantap makanannya dengan tenang. Nenek akan marah kalau melihat cucu-cucunya makan sambil mengobrol atau bercanda.
Nenek tinggal di rumah itu sendirian. Hanya ditemani perawat dan pembantu. Anak-anaknya sudah berkeluarga dan berpindah rumah. Hanya keluarga Ical yang masih menetap di Bandung. Namun, keluarga Ical tinggal di Bandung kota jadi, tetap jauh jarak tempuhnya. Nenek tidak mau tinggal dengan anak-anaknya, ia ingin menghabiskan masa tuanya di pedasaan yang hawanya sejuk dan menenangkan. Kakek Eric sudah meninggal sejak lama saat Nino masih bayi. Rumah ini adalah kenangan dari sang kakek.
Mereka sudah selesai makan dan melanjutkan aktivitas lainnya. Rumah akan ramai kalau hari minggu saja. Cucu-cucunya akan selalu mengunjungi rumah neneknya setiap hari minggu walaupun, hanya beberapa saja. Kebetulan hari ini, formasi lengkap. Eric adalah cucu yang paling ditunggu sang nenek karena dia sudah terlalu lama tidak berkunjung ke rumah neneknya.
Nenek Eric, Rahma, Nia, dan Tio papa Eric sudah berkumpul di ruang keluarga. Mereka menikmati tayangan televisi keluarga. Nia, mama Eric memijat kaki ibunya yang tengah duduk di sofa. Lolita dan Eric juga ikut berkumpul dengan mereka. Lolita duduk di samping Eric sambil menonton televisi.
"Eric, Lolita." Panggil nenek.
"Iya, Nek." Sahut mereka berbarengan.
"Kalian rencana nikahnya kapan?" tanya nenek.
"Mereka belum tunangan, Nek." Papa Eric yang menjawab.
"Jangan lama-lama pacarannya, sok atuh lamaran secepatnya. Nenek mau lihat Eric cepat-cepat nikah. Umur Nenek semakin hari semakin tua."
"Eric rencananya minggu depan mau melamar Lolita. Soal nikah akan Eric persiapkan setelah lamaran." Eric mengenggam tangan Lolita. Kali ini Lolita tidak bisa menepis tangan Eric.
"Setelah Ical nikah, Kamu bisa menyusul Dia," ujar nenek.
"Doakan saja mereka, Nek." Mama Eric masih memijat kaki ibunya.
Eric meminta izin untuk pamit. Eric mengajak Lolita ke taman belakang untuk membahas masa depan mereka. Lolita mengikuti langkah Eric, setelah sampai di taman, mereka duduk di kursi kayu yang memang sudah ada di sana sejak lama. Mereka duduk bersandingan sambil menikmati udara segar Bandung.
"Kamu sudah siap menikah?" Eric mulai membuka percakapan.
"Nenek bilang, kalau Kita nikahnya sesudah Ical menikah." Lolita masih menikmati terpaan angin yang memijat lembut kulitnya.
"Berarti Kamu setuju kalau Kita menikah?" Lolita mengangguk.
"Kalau sesudah Ical menikah Aku setuju."
"Ric, ada satu permintaan dari Aku kalau Kita menikah nantinya." Pandangan Lolita beralih ke Eric.
"Apa?" tanya Eric.
Like like dan like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
luluk
akhirnya mau juga
2020-12-11
0
ingrd
sejauh ini dari yang aku baca lancar2 aja sih thor :) gaada typo2 wkwk
2020-12-03
4
DeputiG_Rahma
like like...
salam kenal ya kak❤❤❤🙈🙈
2020-12-03
2