Detak jantung Lolita seakan ingin copot saja karena perlakuan Eric.
"Aku sekaku itu ya, Ta?" bisik Eric tepat ditelinga Lolita. Lolita mengerjapkan mata secepat mungkin. Hal yang ditakuti tidak terjadi padanya.
"Kenapa sih, pikiran kotorku muncul," batin Lolita.
Eric manarik mundur tubuhnya lagi dan menegapkan badannya untuk kembali menyetir. Eric sudah tahu arah rumah Lolita karena tempat tinggal Lolita dari dulu tidak pernah pindah sekalipun orangtuannya bercerai. Bagi keluaraga Lolita rumah itu adalah kenangan. Ponsel Lolita bergetar dan menampilkan pesan dari Angga.
^^^Kak, aku di RS Persalinan Kasih Bunda. sorry baru bisa menghubungi. Kakak bisa pakai taxi online saja untuk pulang.^^^
^^^_Angga^^^
Lolita membaca pesan dari Angga. Ia meminta Eric untuk mengantarkan ke rumah sakit. Lolita menunjukkan arah jalannya karena ia sudah tahu, ia beberapa kali pernah mengantarkan adik iparnya cek kandungan saat Angga lembur kerja. Eric memutar balik arah untuk sampai di rumah sakit. Hampir satu jam. Akhirnya mereka sampai tujuan. Lolita dan Eric bergegas masuk menuju ke meja resepsionis guna menanyakan kamar pasien. Mereka melewati koridor-koridor dan menemukan ruangannya sesuai info dari resepsionis.
Lolita membuka pintu pelan dan Eric mengikutinya di belakang. Lolita melihat Wanda tergeletak di ranjang sambil menggenggam tangan Angga. Mereka mendekat ke arahnya. Eric bersalaman dengan ibu Lolita. Lolita memegang bahu Angga pelan dan menanyakan keadaan Wanda, "gimana, Wanda?" tanya Lolita pelan. Sedangkan Eric, bersalaman dengan ibu Lolita sambil memperkenalkan dirinya yang sudah banyak berubah.
"masih menunggu, dia baru pembukaan tiga. Kemungkinan agak lama menunggu persalinannya," jelas Angga. Lolita mengangguk pelan sambil membulatkan mulutnya berbentuk O.
"Enggak sesar saja, Ngga?" Lolita melihat Wanda iba.
"Ini kemauan Dia untuk lahiran normal." Kini Lolita bergantian memegang bahu Wanda untuk menguatkannya. Ini pertama kalinya aku melihat proses persalinan. Lolita menghampiri ibunya yang tengah duduk di sofa. "Kalau Kamu cape, balik saja ke rumah. Besok kamu kerja, nunggu Adikmu lahiran juga masih agak lama." Lolita menggeleng.
"Lita mau nunggu sampai debaynya keluar, Bu."
"Ibu tidak mau lihat kamu kecapean, pulang ya nanti," kata ibu. "Eric, nanti titip Lita. Tolong anterin Dia pulang." Ibu Lolita melirik ke Eric yang tengah berdiri di samping ibunya.
Lolita hanya pasrah tidak bisa melawan ibunya. Sudah hampir pukul sebelas malam, Lolita dan Eric berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Lolita tidak bisa izin kerja sembarangan. Peraturan perusahaannya sangat ketat, maklum perusahaan besar. Mobil Eric menembus malam kota Jakarta. Kota yang tidak pernah sepi sedetikpun.
Setelah tiba di depan rumah Lolita, Eric ikut keluar dari mobil untuk mengantarkan Lolita masuk ke rumahnya. Mereka berhenti saat tiba di depan pintu. Lolita mengucapkan terima kasih ke Eric karena sudah mau direpotkan. Mereka berpisah begitu saja malam ini.
Doa Eric terkabul, hari ini ia berdoa agar ia dipertemukan kembali dengan Lolita. Reuni tahun kemarin, menjadi reuni pertama bagi Eric karena ia kuliah paling jauh di antara teman-temannya yang lain. Eric memantau dari grub WA kalau Lolita tidak lagi hadir diacara reuni dalam kurun waktu empat tahun, artinya ia tidak hadir selama empat kali. Acara reuni yang selalu diadakan oleh teman kelasnya untuk menjalin hubungan baik sebagai keluarga, seperti moto mereka dulu 'teman adalah keluarga'. Eric bersyukur karena reuni kali ini bisa lengkap.
Eric melajukan mobilnya menembus malam dengan senyum-senyum sendiri. Ia sangat bahagia, bisa berbincang kembali dengan Lolita. Eric mengingat masa-masa SMA-nya dulu saat bersama Lolita. Lolita wanita yang paling tahan dengan sikap kaku dan dinginnya Eric. Meskipun, dia sekarang tahu faktanya, kalau Lolita suka mengumpat setelah mereka berdua mengobrol. Kadang, Lolita kesal dengan kekakuan Eric.
Mereka usianya berjarak tiga tahun, Eric yang usianya terlambat masuk sekolah karena ada kejadian yang tidak diinginkan dalam keluarganya.
Keluarganya terpaksa pindah dari Bandung ke Jakarta karena untuk menghilangkan kejadian tersebut. Ditambah, Eric kecil sangat membenci lingkungan baru, hingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah setahun silam. Sedangkan, Lolita usia masuk sekolah terbilang masih sangat belia. Ia tergolong murid termuda diangkatannya. Sekarang usia Lolita sudah 27 tahun, usia yang sudah cukup untuk menikah.
Lolita merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya. Ia memantau ponselnya untuk mendapatkan kabar dari ibunya. Sebelum mendapat informasi kelahiran adik iparnya, Lolita sudah menggapai mimpi terlebih dahulu alias tertiduran. Ia tertidur dengan pulas tanpa bermimpi apapun.
Di sisi lain, Eric sudah sampai di rumahnya. Ia langsung menuju ke kamarnya dan bersih-bersih diri. Setelah berganti pakaian kaos polos berwarna putih dan celana pendek selutut ia menjatuhkan dirinya di atas kasur sambil membuka grub WA yang ramai. Ia menggulirkan pesan ke bawah dan senyum-senyum sendiri. Bagaimana tidak, Eric dijodoh-jodohkan dengan Lolita oleh teman-teman SMA-nya.
Eric mencoba memejamkan matanya setelah melihat grub WA, tapi ia tidak bisa tidur karena terpikirkan terus oleh bayang-bayang wajah Lolita. Eric masih menepis tentang perasaannya ke Lolita, Eric memang begitu. Ia tidak pernah benar-benar mendengar isi hatinya. Ia selalu menolak apa yang ada dihatinya sehingga ia tidak benar-benar paham apa arti jatuh cinta.
Matahari menyelinap di antara jendela. Sinarnya yang hangat menyentuh lembut wajah Eric yang masih terlelap. Ia beranjak dari kasur setelah mendengar alarmnya berbunyi nyaring.
Ia bersiap untuk bekerja. Ia mengenakan kemeja putih yang dibalut oleh jas hitam dan celana hitam. Ia tidak lupa memakai jam tangan sebagai aksesorisnya seperti biasa. Ia melihat penampilan kerennya dipantulan kaca besar yang terletak di kamarnya. Ia menuruni anak tangga untuk bergabung di meja makan bersama kedua orangtuanya yang sudah pensiun dini. Orangtua Eric dari dulu sudah bekerja keras sampai mendirikan perusahaan dan sekarang mereka hanya bisa menyerahkan perusahaan itu kepada anak satu-satunya itu.
"Eric, Mama enggak mau tahu. Ulang tahun kamu nanti yang ke-31 nanti, Kamu harus sudah menggandeng pasangan. Teman-teman Mama sudah pada gendong cucu." Pagi-pagi gini Mamanya sudah menyuruh untuk mencari pasangan. Ulang tahun Eric juga masih lama.
"Gimana Eric mau dapat cewe, kalau masih gila kerja. Dia juga di kantor terkenal kaku. Cewe mana yang mau nyantol kalau punya suami kaya Eric." ucapan papa Eric membuat mamanya semakin mengomel.
"Tuh kan, Papa kalau ngomong suka bener. Harusnya anaknya dibilangin dong, Pa. Mama kan ingin cepat nimang cucu." Kalau sudah begini Eric hanya bisa diam mendengar keributan mereka. Eric memilih pergi ke kantor dari pada mendengarkan obrolan orangtuanya yang selalu membahas dirinya.
Lolita sudah berada di kantor setengah jam yang lalu. Ia sudah bekerja di depan komputernya ditemani secangkir kopi. Ia sangat bahagia pagi ini karena sudah mendengar kalau adik iparnya itu sudah lahiran. Ia sekarang memiliki keponakan ganteng. Ia tidak sabar untuk segera melihat wajah keponakan barunya itu.
Saat jam istirahat Lolita mendapat pesan dari nomor baru. Ia membuka pesan tersebut yang ternyata dari Eric.
^^^Lita, ini Eric. Adik ipar kamu udah lahiran?^^^
Lolita membalas pesan tersebut dengan rasa aneh dibenaknya. Eric tidak seperti biasanya, ia bahkan tidak pernah mengirim pesan ke Lolita sama sekali semenjak SMA. Lah ini?
Sudah, Ric.
Lolita membalasnya singkat. Ia mengunyah kembali makanannya yang belum habis sedari tadi. Lolita merasa lapar dari pagi karena ia tidak sarapan. Biasanya ibunya yang selalu masak untuk dirinya sebelum ia pergi ke butiknya. Karena ibunya sedang di rumah sakit. jadi, Lolita melewatkan sarapannya.
^^^Aku mau ketemu kamu, boleh?^^^
Lolita terperanjat kaget saat mendapat pesan tersebut. Ia belum percaya kalau ini beneran Eric. Lolita mengiyakan ajakan Eric. Lolita berpikir barangkali Eric membutuhkan teman. Lolita meminta Eric menjemput di rumahnya setelah ia kerja. Lolita juga ingin menjenguk keponakan barunya yang masih di rumah sakit. Kebetulan Eric mengajak bertemu, jadi ia sekalian mengajak Eric sekalian ke RS melalui pesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Iges Satria
modus mah si Eric
2024-10-24
0
Linda Hartati
walahhh....nga baca eps2...jd loncat ke eps3....tp tetep suka....lanjottlah😀😅
2021-07-02
0
Hesti Sulistianingrum
semoga mereka saling jth cinta 😄
2021-03-20
1