The Day

Pagi yang begitu cerah. Secerah wajah sang mempelai laki-laki yang sedari tadi mengumbar senyum lebarnya. Ya, Raksha terlihat begitu bahagia menyambut momen pernikahannya dengan Kira. Sementara Kira, sedari ia membuka matanya, raut wajahnya terlihat tegang. Senyumnya? Entah bersembunyi dimana.

Arka masuk ke sebuah ruangan tempat Kira dimake up. Acara akad dan resepsi hari ini diadakan di sebuah gedung pertemuan milik keluarga Raksha. Nampak Kira telah selesai dimake up dan sedang duduk dengan memainkan ponselnya. Arka berdehem, memberi tanda pada Kira akan kehadiran dirinya.

"Mas Arka" seru Kira lalu menegakkan posisi duduknya.

Arka berjalan mendekati Kira dan duduk disebelahnya. "Cantik amat" ucap Arka dengan tersenyum lebar.

Kira terlihat begitu cantik dan membuat pangling semua orang.

"Kak Alika pasti akan jauh lebih cantii kalo nikah nanti, mas. Apalagi kalo nikahnya sama mas Arka" canda Kira.

Arka tersenyum. "Itu... sepertinya agak sulit, Ra" jawab Arka dengan tersenyum kaku.

"Raksha sama kak Alika bukan kakak adik, mas. Jadi aku rasa... pernikahanku dan Raksha bukan jadi penghalang bagi kalian"

"Udahlah, kamu ga akan ngerti kenapa" Arka mengelus lengan Kira. "Nervous?" sambung Arka.

"Pake ditanya"

Arka tersenyum. "Nanti kalo sama Raksha, ga boleh sering manyun kayak gini. Senyum kepada suami kan juga pahala"

Kira mengangguk.

"Meskipun nanti kamu udah jadi istri Raksha, tetep tidak akan merubah apapun antara aku sama kamu. Kamu tetep saja adik kecilku yang manja, meskipun kamu telah lebih dulu menikah daripada aku. Jangan jadi sungkan untuk cerita atau berkeluh kesah apa aja sama aku, oke?"

Kira kembali menganggukkan kepalanya.

"Aku cuma pengen kamu bahagia, lebih bahagia daripada sekarang. Jadilah istri yang baik dan selalu menghormati Raksha. Oke?"

Kira mendongakkan kepalanya dan menatap Arka. "Mas Arka mau ngerusak make up-ku nih?" dengus Kira.

"Hahahahaha enggak, aku cuma mau ngomong itu aja. Enggak ada niatan mau bikin kamu nangis, kecuali kalo kamu merasa terharu"

Kira mencebikkan bibirnya. Tak berapa lama, pintu ruangan terbuka. Terlihat Alika dan Dewi yang memasuki ruangan.

"Akadnya... akan segera dimulai" ucap Alika.

"Aku keluar dulu ya Ra, tenangkan dirimu sebelum akhirnya dipanggil keluar" kata Arka lalu mengecup kening Kira dan beranjak keluar meninggalkan ruangan, dengan sedikit melirik ke arah Alika.

Ya, Alika terlihat begitu cantik dengan riasan dan sanggul modernnya.

🍀

"Ananda Raksha Aryasetya bin Malik Aryasetya, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Kira Clariscia binti Bima Winardi, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, uang tunai sejumlah dua ratus tujuh puluh ribu dua ratus dua puluh rupiah dan emas seberat dua puluh tujuh gram dibayar tunai!" ucap ayah Bima dengan lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kira Clariscia binti Bima Winardi dengan mas kawin tersebut, tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu kepada saksi pernikahan.

"SAH!" teriak saksi, keluarga besar dan tamu undangan yang menghadiri akad tersebut.

Raksha bernafas lega, begitu pula dengan orangtuanya dan orangtua Kira. Senyum bahagia terukir diwajah sang pengantin pria, keluarga dan seluruh tamu undangan. Mami Ina dan bunda Tati pun tampak menyeka air mata di sudut mata mereka, setelah prosesi akad yang berlangsung lancar itu.

Kira keluar dari persembunyiannya dengan digandeng oleh Alika dan Dewi. Semua orang terpana, begitu pula dengan Raksha. Matanya seolah enggan untuk berkedip, takut melewatkan momen sedetik pun saat memandangi Kira yang kini telah resmi menjadi istrinya.

Setelah prosesi pembacaan doa dan penanda tanganan selesai, Raksha dan Kira beranjak dari duduknya. Sesuai arahan, Raksha menyerahkan benda yang ia jadikan mahar kepada Kira. Dan kemudian dilanjutkan dengan memakaikan cincin pernikahan di jari manis Kira.

"Jangan pernah dilepas, sampai kapan pun itu dan apapun alasannya" ucap Raksha lirih sembari memakaikan cincinnya.

Kira mendongak untuk menatap Raksha, namun ternyata posisinya kini justru mempermudah Raksha untuk mencium keningnya. Kira menutup matanya, jantungnya berdegub kencang.

"Tenang Ra... ini cuma ciuman dikening" gumam Kira dalam hati mencoba untuk menenangkan dirinya.

Setelah prosesi tukar cincin dan khotbah nikah selesai, mereka bersiap untuk berfoto bersama keluarga dan tamu undangan yang datang saat akad. Raksha terlihat mendekati Kira, meraih tangan dan menggenggamnya, untuk membantu Kira agar tidak kesulitan saat berjalan karena jarik yang ia kenakan.

"Ribet ya?" bisik Raksha.

Kira mengangguk. "Aku ga nyangka jariknya bakal sesempit ini"

Raksha tersenyum. "Abis ini kan langsung ganti untuk persiapan resepsi, tahan dulu"

Kira menjawabnya dengan anggukan. Mereka berjalan menuju tempat berfoto bersama keluarga. Kira mencoba untuk memasang senyuman disetiap kilatan blitz kamera. Tentu saja ia tak ingin terlihat jelek difoto pernikahannya. Bagi Kira, ini kan foto untuk sekali dalam seumur hidupnya.

🍀

Kira dan Raksha kembali ke ruang make up mereka, kali ini mereka dibawa masuk ke dalam satu ruangan.

"Kira, sini dilepas dulu kebayanya trus ganti yg buat resepsi" ucap salah seorang yang membantu make up.

Kira melirik ke arah Raksha yang sedang asik memainkan ponselnya. Kira menggeser duduknya, lalu menyenggol lengan Raksha.

"Kenapa?" tanya Raksha dengan menoleh ke arah Kira.

"Keluar dulu, aku mau ganti baju" jawab Kira dengan memelankan suaranya.

"Ya kan ada penutupnya" ucap Raksha sambil menunjuk tempat untuk berganti.baju.

Kira menggelengkan kepalanya. "Enggak mau, pokoknya kamu keluar dulu"

Raksha menghela nafasnya. "Yaudah, aku tunggu di depan" jawabnya sambil beranjak dari duduk dan berjalan keluar ruangan.

"Biasa Ra, kalo masih pengantin baru gini emang masih malu-malu" ucap perias Kira sembari menyiapkan beberapa aksesoris untuk Kira.

Kira tersenyum kaku, lalu berjalan mengikuti asisten perias menuju tempatnya untuk berganti baju.

Setelah Kira dan Raksha telah selesai berganti pakaian, dan semua persiapan selesai, keduanya mulai berjalan masuk menuju ruang tempat digelarnya resepsi. Kira menghentikan langkahnya sebelum masuk ke ruangan, membuang nafasnya dengan kasar, Raksha menepuk pelan punggung tangan Kira yang menggandeng tangannya.

"Pestanya dimulai, kita harus tahan berdiri disana selama 3 jam kedepan" bisik Raksha.

Kira mengangguk. "Belum mulai aja kepalaku udah pusing gini gara-gara sanggul"

Raksha terkekeh. "Sabar, masih untung mami ga maksa kamu buat pake adatnya. Kalo pake suntiang bisa pegel leher kamu"

"Diem ah!" dengus Kira.

Keduanya memasuki ruang resepsi. Dengan senyuman manisnya, Kira tersenyum kepada para tamu undangan yang telah datang dan menunggu mereka.

"Oke Kira, 3 jam itu sebentar. Aku pengen segera terbebas dari sanggul dan bulu mata palsu ini" ucapnya dalam hati.

Episodes
1 KuPu
2 Cemburu
3 Keserempet
4 Dipaksa
5 Ragu
6 Takdir
7 Restu
8 Ancaman
9 Pertemuan
10 Lamaran
11 Percaya
12 Ancaman lagi
13 Planing
14 Sembunyi
15 Mami
16 Kebenaran
17 Persiapan
18 Arka & Alika
19 The Day
20 Diatur
21 First Day
22 Nafkah
23 Menggoda
24 Memulai
25 Promise
26 Obrolan
27 Arka Alika
28 Fitnah
29 Ketahuan
30 Pengganggu
31 Terabaikan
32 Lambaian Tangan
33 Masa Kecil
34 Pakaian Dalam
35 Menunggu
36 Saran
37 Bersambut
38 Cerita (Part 1)
39 Cerita (Part 2)
40 Senewen
41 Kedinginan
42 Menyerah
43 Kakak Ipar
44 Ngambek
45 Sial
46 Curhat
47 Pengganggu
48 Dia Lagi
49 Kantor
50 Penawaran
51 Ayah
52 Kesepakatan
53 Terjerat
54 Pengakuan
55 Rencana
56 Masa Sulit
57 Sebuah Nama
58 Wisuda
59 Shock
60 Penjelasan
61 Penjelasan (2)
62 Demi Janin
63 Butuh Waktu
64 Tinggal dengan Ayah
65 Kehilangan
66 Kehilangan (2)
67 Mama
68 Menolak
69 Menolak (2)
70 Terkuak (1)
71 Terkuak (2)
72 Alin
73 Ponsel
74 Pamit
75 Waktu
76 Oleh-Oleh
77 Lupa Nama
78 Bertemu
79 Tangis Bahagia
80 Terima kasih
81 Terima kasih (2)
82 Diusir
83 Stempel
84 Kembali
85 Jalan-Jalan
86 Menginap
87 Bertiga
88 Keluarga
89 Jumat
90 Mami
91 Rumah
92 Tidak Akan Berhenti
93 Bonchap 1
94 Bonchap 2
95 Bonchap 3
96 Bonchap 4
97 Bonchap 5
98 Bonchap 6
99 Bonchap 7
100 Bonchap 8
101 Bonchap 9
102 Bonchap 10
103 Bonchap 11
104 Bonchap 12
105 Bonchap 13
106 Bonchap 14
107 Bonchap 15
108 Bonchap 16
109 Bonchap 17
110 Bonchap 18
111 Bonchap 19
112 Bonchap 20
Episodes

Updated 112 Episodes

1
KuPu
2
Cemburu
3
Keserempet
4
Dipaksa
5
Ragu
6
Takdir
7
Restu
8
Ancaman
9
Pertemuan
10
Lamaran
11
Percaya
12
Ancaman lagi
13
Planing
14
Sembunyi
15
Mami
16
Kebenaran
17
Persiapan
18
Arka & Alika
19
The Day
20
Diatur
21
First Day
22
Nafkah
23
Menggoda
24
Memulai
25
Promise
26
Obrolan
27
Arka Alika
28
Fitnah
29
Ketahuan
30
Pengganggu
31
Terabaikan
32
Lambaian Tangan
33
Masa Kecil
34
Pakaian Dalam
35
Menunggu
36
Saran
37
Bersambut
38
Cerita (Part 1)
39
Cerita (Part 2)
40
Senewen
41
Kedinginan
42
Menyerah
43
Kakak Ipar
44
Ngambek
45
Sial
46
Curhat
47
Pengganggu
48
Dia Lagi
49
Kantor
50
Penawaran
51
Ayah
52
Kesepakatan
53
Terjerat
54
Pengakuan
55
Rencana
56
Masa Sulit
57
Sebuah Nama
58
Wisuda
59
Shock
60
Penjelasan
61
Penjelasan (2)
62
Demi Janin
63
Butuh Waktu
64
Tinggal dengan Ayah
65
Kehilangan
66
Kehilangan (2)
67
Mama
68
Menolak
69
Menolak (2)
70
Terkuak (1)
71
Terkuak (2)
72
Alin
73
Ponsel
74
Pamit
75
Waktu
76
Oleh-Oleh
77
Lupa Nama
78
Bertemu
79
Tangis Bahagia
80
Terima kasih
81
Terima kasih (2)
82
Diusir
83
Stempel
84
Kembali
85
Jalan-Jalan
86
Menginap
87
Bertiga
88
Keluarga
89
Jumat
90
Mami
91
Rumah
92
Tidak Akan Berhenti
93
Bonchap 1
94
Bonchap 2
95
Bonchap 3
96
Bonchap 4
97
Bonchap 5
98
Bonchap 6
99
Bonchap 7
100
Bonchap 8
101
Bonchap 9
102
Bonchap 10
103
Bonchap 11
104
Bonchap 12
105
Bonchap 13
106
Bonchap 14
107
Bonchap 15
108
Bonchap 16
109
Bonchap 17
110
Bonchap 18
111
Bonchap 19
112
Bonchap 20

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!