Seminggu ini bisa dibilang Kira bisa bernafas lega karena terbebas dari gangguan Alin dan teman-temannya. Entah kenapa Kira merasa mereka seperti menjauh dari Kira. Apa karena seminggu ini ia selalu berangkat ke kampus dan pulang bersama Raksha? Apa rencana Raksha benar-benar berjalan sekarang?
"Ngapain senyum-senyum sendiri?" tanya Raksha sambil melirik ke arah Kira.
Mereka sedang berada di dalam mobil, keduanya akan bertemu dengan mami Ina dan Alika di mall untuk membeli keperluan pernikahan mereka.
"Gapapa" jawab Kira singkat lalu memalingkan pandangannya ke samping, menatap ke luar jendela mobil.
"Ada yang lucu? Kamu mikirin apaan?"
"Mulai deh kepo" dengus kesal Kira.
"Mami sama kak Alika udah nunggu di toko perhiasan, kita langsung kesana aja ya"
"Ya iyalah, masak mau mampir-mampir dulu"
"Katanya tadi kamu mau beli case hape"
"Ya itu kan bisa nanti, Raksha" geram Kira.
"Kamu lagi PMS? Dari tadi kayaknya emosian mulu hehehehe"
Kira hanya melirik tajam ke arah Raksha, yabg dilirik justru melipat bibirnya ke dalam menahan senyumannya.
🍀
"Yang ini aja mi, yang itu terlalu mencolok banget" rayu Kira pada mami Ina saat memilih cincin pernikahannya.
"Tapi yang itu biasa banget Ra, bagusan yang ini. Alika juga suka yang ini, coba kamu tanya Raksha bagusan yang mana. Dari tadi diem aja tuh anak"
Kira menoleh ke arah Raksha yang berada disampingnya. Kira hanya diam, tanpa mengatakan apapun. Namun sorot matanya seakan meminta Raksha untuk menyetujui cincin pilihannya.
"Yang Kira pilih aja, mi. Itu kegedean, kita kan masih kuliah. Kalo Kira nanti jadi sasaran jambret gimana?" jawab Raksha.
"Kalo ngomong jangan sembarangan, Raksha!" ucap mami Ina sambil melayangkan pukulan pada lengan Raksha.
"Yaudah, kalo kamu mau yang itu gapapa. Tapi untuk perhiasan yang lain pilihan mami sama Alika gapapa kan, Ra?" sambung mami Ina.
"Kita milihinnya yang sederhana kok, Ra. Liat nih" imbuh Alika sembari memperlihatkan kalung, anting dan gelang yang telah ia pilih dengan mami Ina.
"Apa harus sebanyak itu, mi? Cincin aja gapapa kok" ucap Kira.
"Enggak boleh nolak. Abis ini kita lanjut cari keperluan yang lainnya, masih banyak yang belum kebeli dan itu harus ada kamu belinya. Baju, sandal, sepatu, pakaian dalam, make up, aduh banyak banget"
"Tapi kan bisa kapan-kapan lagi, mi. Masih 2 bulan lagi kan" rayu Kira.
Mami Ina menggelengkan kepalanya. "Ga bisa, harus sekarang. Bentar lagi kalian mau ujian semester, jangan sampai ganggu belajar kalian. Jadi sekarang aja sekalian" ucap mami Ina sambil mengecek perhiasan yang telah dipilih. "Kita ambil yang ini ya, mbak" sambung mami Ina pada pelayan toko.
"Sabar ya Ra, kamu harus terbiasa. Karena nanti kalo udah nikah, pasti mami akan sering ngajakin kamu jalan-jalan" bisik Raksha dengan nada meledek.
Tangan Kira refleks mencubit pinggang Raksha dan menyebabkan laki-laki itu mengaduh kesakitan.
🍀
"Aku ga kebayang capeknya bakal kayak gini" gumam Kira sambil menyelonjorkan kakinya.
Setelah selesai berbelanja, Raksha mengajak Kira untuk beristirahat sebentar di salah satu masjid yang mereka lewati sekalian menunaikan sholat Ashar yang tertunda.
Raksha terkekeh mendengar gumaman Kira. "Aku udah peringatin kamu kalo besok bakal lebih pegel lagi" jawab Raksha sembari merogoh ponsel disakunya dan memainkannya. "Mami pengen punya anak cewek, yang bisa diajak ini itu kesana dan kesini"
"Trus kenapa ga nambah anak aja dulu? Siapa tau adik kamu cewek kan?"
Raksha menggelengkan kepalanya. "Fibroid. Kata mami ada tumor jinak di rahimnya, itu yang bikin mami takut untuk hamil lagi"
"Oohh... sorry" ucap Kira lirih.
"Itu sebabnya ketika aku bilang pengen nikahin kamu, mami semangat banget. Mami ga peduli usia kita masih belum genap 20 tahun. Bagi mami, yang penting mami bisa ngerasain punya anak cewek. Padahal mami sering ajak kak Alika jalan kalo ada waktu, tapi katanya beda. Mami ga ngerasain jalan sama anak ceweknya" jelas Raksha.
Kira menoleh ke arah Raksha, memandangi wajah Raksha yang sedang menunduk menatap layar ponselnya.
"Jadi... mami kamu udah nerima aku?" tanya Kira ragu.
Raksha menoleh menatap Kira, senyum simpul terukir dibibirnya. "Kalo mami ga nerima kamu, mana mau mami serepot ini mau nikahin anaknya sekarang"
Raksha menegakkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya di tembok masjid.
"Mami seneng banget setelah ketemu kamu di kantin kampus. Mami bahkan udah ngerancang rencana nanti mau ngapain aja sama kamu" sambung Raksha.
Kira menghela nafasnya dan menunduk.
"Kenapa? Kamu ga seneng sama mami?"
"Bukan gitu, aku ga kuat kalo harus ngikutin mami belanja kesana-kesini kayak tadi" Kira menekuk lututnya. "Padahal aku milihnya udah cepet, biar bisa cepetan kelar, tapi mami masih nyuruh milih lagi, nyari pembanding ini dan itu" keluh Kira.
"Hahahahaha... itu karena mami saking senengnya, mami ga pengen apa yang dibeli tadi barang-barang yang ga kamu suka"
"Tapi kan aku milih sendiri"
"Iya, milihnya karena terpaksa kan? Mami pasti tau itu, Kira. Sabar aja, aku yakin kamu bakal bisa deket banget sama mami. Ngalahin aku yang notabene anak kandungnya" canda Raksha sembari mengelus rambut Kira.
"Ayo bangun" Raksha beranjak dari duduknya. "Aku antar pulang sekarang, ga enak sama ayah dan bunda kalo perginya kelamaan" imbuhnya.
"Tapi mami ga galak kan, Sha?" tanya Kira dengan wajah sendunya.
"Enggak, kalo cerewet iya. Cerewet banget, kayak kamu" jawab Raksha sambil membungkuk dan menjawil hidung Kira, lalu berjalan menuju mobilnya.
Kira bangun dari duduknya, menatap punggung Raksha yang telah lebih dulu berjalan menuju mobil.
"Aku akan menggantungkan hidupku padamu, Sha" gumam Kira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments