Raksha menggenggam tangan kiri Kira dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Seharian ini, Kira nampak murung. Bahkan terlihat acuh dengan candaan teman-teman mereka soal lamarannya dengan Raksha.
"Aku mau ngelesin, Sha. Edward udah nungguin" ucap Kira yang kemudian berusaha untuk membuka handle pintu mobil, namun ditahan oleh Raksha.
"Cerita dulu kenapa? Dari pagi loh Ra kamu kayak gini, bahkan Dewi juga ga tau kamu kenapa"
"Aku gapapa, Sha" jawab Kira yang masih enggan menatap Raksha sedari tadi.
"Bohong! Pasti karena Alin kan? Alin ngapain kamu lagi?"
Kira menggelengkan kepalanya. "Aku cuma pusing"
"Ga usah bohong, Ra. Aku tau ada sesuatu yang ga beres terjadi"
"Enggak terjadi apa-apa, Sha. Seriusan"
"Trus kenapa dari pagi kamu kayak nyuekin aku? Dewi juga kamu cuekin"
"Aku biasa aja" Kira menundukkan kepalanya.
"Cerita Ra, nantinya juga bakal aku yang akan selalu dengerin keluh kesah kamu"
Kira masih saja terdiam. Ia mencoba mengontrol emosinya, agar ia tak menangis di depan Raksha. Apalagi karena Alin, masalah yang selama ini dia hadapi dengan begitu kuatnya.
"Ra..." Raksha menarik tangan kanan Kira dan menggenggamnya.
"Awwww... sakit, Sha" pekik Kira menahan sakitnya.
Raksha segera melepas genggamannya dan mengecek pergelangan tangan Kira.
"Kenapa bengkak, Ra? Ini kenapa?"
"Gapapa, itu... kemarin... jatuh kok di rumah" jawab Kira dengan menarik tangannya dari Raksha.
"Jatuh gimana? Kamu bohong kan?"
Kira menggelengkan kepalanya. "Beneran kok jatuh di rumah"
"Bohong! Lihat aku, Ra"
Kira masih saja menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku nikahin kamu biar aku bisa terus ngelindungin kamu, Ra"
"Itu ga akan berhasil, Raksha!" ucap Kira dengan menatap Raksha, nadanya mulai meninggi dan diiringi dengan jatuhnya air mata yang sedari ditahannya.
"Alin cuma pengen aku jauhin kamu, dia ga pengen liat aku deket-deket kamu. Dia ga pengen ngeliat aku ada hubungan apapun sama kamu. Dengan kamu nikahin aku justru itu ngebuat Alin makin ga suka sama aku"
"Kira..."
"Ini baru permulaan" ucap Kira sembari menunjukkan pergelangan tangan kanannya yang bengkak. "Aku ga mau dia makin nekat nantinya karena kita menikah. Aku ga bisa bayangin sesuatu yang mengerikan terjadi sama aku, atau bahkan ke keluargaku"
"Tapi Ra..."
"Enggak ada tapi-tapian, Sha. Kita sudahi aja segala rencana yang kamu buat ini, enggak akan ada pernikahan diantara kita. Sampai kapan pun itu, Sha. Aku ga mau ambil resiko lagi" Kira menyeka air matanya yang terus saja mengalir. "Aku ga pantes bersanding sama kamu, perbedaan kita terlalu jauh"
"Kira... ga usah ngomong aneh-aneh deh, ga usah dengerin apa kata Alin. Dia gila Ra, dia cuma terobsesi sama aku"
"Maka dari itu aku ga mau berurusan sama orang gila Sha, aku ga mau ngorbanin diri aku atau orang lain"
"Dia ngancam kamu kan?" Kira tertunduk mendapat tatapan tajam dari Raksha. "Jujur sama aku, Ra"
Tangis Kira kembali pecah, Raksha mengulurkan tangannya menyentuh bahu Kira dan menariknya dalam dekapannya.
"Dia ngancam aku mau nyakitin keluargaku, Sha. Semuanya gara-gara kamu. Ngapain dulu kita harus kenal? Ngapain juga kamu pake acara ngelamar aku segala sih?"
Kira menumpahkan segala kekesalannya kepada Raksha, memukul punggung Raksha dengan tangan kirinya. Raksha mengeratkan pelukannya dengan sesekali mengelus punggung dan rambut Kira. Hanya kata maaf yang ia lontarkan berulang kali, berharap kemarahan dan tangisan Kira akan segera terhenti.
🍀
Mobil Raksha baru saja memasuki halaman rumah Kira. Setelah kejadian dimobil tadi siang, Raksha meminta temannya, Dody dan Bayu untuk mengantarkan motor Kira ke rumah. Mana mungkin dia akan membiarkan calon istrinya mengendarai motor dengan tangan yang bengkak begitu. Jadi Raksha memutuskan untuk menemani Kira melanjutkan pekerjaan part time-nya.
"Mulai besok ga usah bawa motor lagi, aku antar jemput kamu" ucap Raksha sesaat setelah ia mematikan mesin mobilnya.
"Ga usah Sha, besok juga udah sembuh tangannya"
"Ga usah ngeyel deh Ra, tangan kamu bengkan gitu. Butuh waktu semingguan untuk bisa sembuh"
Kira menundukkan kepalanya sembari menatap pergelangan tangan kanannya yang bengkak.
"Kamu ga usah mikirin soal Alin, biar aku yang urus masalahnya. Oke?" ucap Raksha dengan tangan yang bergerak mengusap rambut Kira.
Kira hanya menganggukkan kepalanya.
"Masuklah, ini udah malam dan kamu butuh segera istirahat. Jangan lupa minta tolong bunda untuk ngurusin tangan kamu ya"
Kira mengangguk lemah, ia segera menarik handle pintu dengan tangan kirinya dan keluar. Tak berapa lama, mobil Raksha meninggalkan pekarangan rumahnya setelah Kira masuk ke dalam rumah.
🍀
"Itu udah kelewatan, Sha. Lo harus cepet nanganin Alin sebelum dia makin menggila" ucap Dody begitu mendengar penjelasan Raksha.
"Kita bisa bantuin lo, gue bisa minta tolong yang lainnya untuk urus Alin dan gerombolannya" imbuh Bayu.
"Jangan dulu, yang Alin mau cuma gue. Jadi gue yang harus ngadepin dia sendiri"
"Tapi lo bisa nyakitin perasaan Kira, masak habis ngelamar terus lo malah ngeladenin Alin" kata Dody.
"Kira belum sepenuhnya nerima gue, Alin jadi salah satu alasannya. Kira takut dengan selalu berhubungan dengan gue, Alin akan nyerang dia dan keluarganya"
"Sumpah? Gila tuh bocah!" geram Bayu.
"Makanya gue mau nyingkirin Alin dulu, baru gue fokus ngeyakinin Kira soal perasaannya. Lo berdua harus bantuin gue kalo nanti Kira jadi salah paham. Kasih pengertian ke Kira maksud dan tujuan gue ngelakuin ini semua, gue yakin dia ga akan mau ngedengerin penjelasan gue nanti"
"Hahahaha... itu mah gampang, Sha. Jangankan ngurusin Kira, tadi aja gue udah nawarin pasukan untuk saat ini juga" sahut Bayu.
"Jangan sekarang, gue mau siksa Alin pelan-pelan dulu. Gue mau bales dendam atas perbuatannya ke Kira selama ini" ucap Raksha dengan seringaiannya.
"Tapi lo juga harus ngomong ke papa lo, Alin bukan cuma gila, dia juga berbahaya. Terutama untuk keselamatan Kira" kata Dody.
"Gue pastiin dia akan menyesalinya seumur hidup karena telah memilih berurusan sama gue" gumam Raksha lalu merogoh ponsel disaku celananya. "Gue akan giring dia, minimal masuk rumah sakit jiwa" sambungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments