Keesokan harinya, Kira menjalani hari-harinya seperti biasa. Menghindari Raksha, menebalkan mukanya untuk menghadapi Alin dan disibukkan dengan menyiapkan materi untuk murid lesnya.
"Ra, diliatin Alin mulu tuh dari meja depan" bisik Dewi yang sedang makan soto disebelah Kira.
"Biarin aja lah, di kantin kan banyak orang. Bisa aja dia lagi liatin yang lain" jawabnya santai sambil menyendok makanan.
"Disini meja paling pojok, Kira! Dia mau ngeliatin siapa? Genderuwo di pohon belakang itu? Yang mau duduk disini kan cuma kita sama anak-anak yang dianggap aneh sama mahasiswa lainnya" dengus Dewi.
"Yaudah sih, perkara tempat duduk kok jadi emosi. Biarin ajalah, yang penting dapet duduk buat makan meskipun mojok dan sepi"
"Heran aja ya, dia cantik, kaya, pasti banyak yang maulah, dia bisa tinggal nunjuk doang. Tapi yang dikejar-kejar Raksha mulu, ga malu apa ditolak Raksha berulang-ulang?"
"Ya namanya juga cinta, Dew"
"Permisi..." ucap seorang ibu-ibu yang menghampiri meja Kira.
"Iya" ucap Kira dan Dewi secara bersamaan.
Keduanya mendongakkan kepalanya, menatap wajah ibu-ibu yang berdiri di samping meja makan mereka. Kira membulatkan matanya ketika mengetahui Raksha ada disampingnya beserta seorang lelaki paruh baya itu.
"Boleh kami gabung disini?" ucap ibu itu.
"Iya bu, silahkan" jawab Dewi. "Eeee... Ra, gue duluan aja ya. Gue... mau ketemu Aldo dulu" sambung Dewi sembari menepuk bahu Kira.
"Disini aja gapapa, nak. Kita cuma mau ngobrol sama Kira. Tapi kami minta, apapun yang kamu dengar nanti, tolong dirahasiakan dulu ya" ucap lelaki paruh baya itu.
Dewi mengangguk. Kira menghentikan makannya dan meminum es teh dengan menundukkan kepalanya.
"Drama apalagi ini yaa Allah" gumam Kira dalam hati.
"Perkenalkan, saya Malik dan ini istri saya ina. Kami... mami papinya Raksha" ucap Malik.
"Eee... iya om, saya Kira dan ini teman saya, Dewi" jawab Kira sambil tersenyum kaku.
"Sebaiknya langsung saja kita bahas masalahnya, karena saya tau kamu sangat sibuk dengan les privatmu. Dan... kamu pasti tau kan maksud pertemuan kita sekarang?" kata Malik.
"Orangtua kamu sudah menyetujui acara hari Sabtu nanti, saya dan mami Raksha juga sudah mengabari keluarga besar kami. TTapi kata Raksha kamu malah menolaknya. Itu, cukup mengagetkan buat kami hehehehe... Tapi setelah dipikir-pikir, itu wajar. Karena semuanya memang terlalu cepat" sambung Malik.
"Lo ga usah takut, Ra. Kita tunangan dulu aja, setelah lo siap baru kita ke jenjang berikutnya" kata Raksha.
Dewi mengerutkan dahinya. Matanya membelalak menatap Kira dan Raksha secara bergantian dengan mulut yang sedikit ternganga.
"Tapi masalahnya om, ini semua salah paham. Saya dan Raksha enggak ada hubungan apa-apa yang serius, kita cuma temenan" jawab Kira.
"Hanya temen bukan berarti harus temenan selamanya, Kira. Kamu tau kan kalo jarang sekali persahabatan yang murni hanya sekedar sahabat antara laki-laki dan perempuan. Dan, kami selaku orangtua senang denger Raksha pengen menikahi kamu walau tanpa pacaran. Itu artinya dia ga mau main-main dengan suatu hubungan" jelas Ina.
"Tapi tante, ini semua cuma rencana Raksha untuk melindungi saya dari seseorang. Saya ga mau kalo pernikahan dibuat main-main"
"Siapa yang bilang aku nikahin kamu cuma untuk main-main?"
Skakmat!
Kira sudah tidak bisa lagi melanjutkan perdebatannya.
"Itu artinya Raksha begitu menyanyangimu, Kira. Makanya anak om ini mau bertanggung jawab untuk melindungimu sepenuhnya" ucap Malik.
"Tapi om..."
"Udahlah Kira, masalah umur jangan kamu pikirkan" sela Ina dengan cepat. "Kalian memang masih muda, tapi sudah memenuhi syarat untuk menikah secara resmi di KUA. Kami ga keberatan dengan pernikahan kalian, Raksha juga telah memikirkan segala sesuatunya dengan matang. Dia akan mengambil alih yayasanmilik papinya, jadi kamu ga perlu khawatir. Raksha pasti akan bertanggung jawab sepenuhnya sebagai suami" sambung Ina.
"Soal perasaan, semuanya bisa pelan-pelan Kira. Makin lama kamu dekat dengan Raksha dalam suatu ikatan, nantinya perasaan itu akan tumbuh juga. Kalo orang Jawa bilang, witing tresno jalaran seko kulino"
"Cinta tumbuh karena terbiasa" celetuk Dewi dengan senyum lebarnya.
"Naahh, betul itu. Kamu hanya perlu lebih mengenal Raksha, dengan begitu nantinya kamu akan bisa menilai sendiri perasaanmu kedepannya terhadap Raksha itu bagaimana. Memang mungkin ini terlihat memaksa, tapi kami sebagai orangtua, tidak mungkin membiarkan begitu saja anak kami yang sudah dewasa dan meminta untuk menikah ini" Malik menjeda perkataannya. "Sabtu nanti kita tetep akan datang ke rumah kamu, Kira. Tidak akan ada yang berubah, oke? Nak Dewi silahkan datang, untuk menemani Kira biar semakin mantap keputusannya dan enggak grogi" imbuh Malik.
"Baik, om. Terimakasih atas undangannya hehehehe" jawab Dewi.
"Kalo begitu kami permisi dulu ya, Kira. Kamu jaga kesehatan, jangan banyak pikiran. Tante ga mau soal pernikahan ini jadi membebani pikiran kamu. Jujur, tante udah ga sabar pengen kamu cepet-cepet jadi mantu kami biar nanti ada yang nemenin tante ngobrol dan jalan-jalan" kata Ina dengan sumringah.
"Kami pulang ya, Kira" ucap Malik seraya berdiri.
Kira dan Dewi lalu menyalami kedua orangtua Raksha itu.
"Pulangnya hati-hati, Ra. Kalo ada apa-apa kabarin gue" ucap Raksha yang kemudian menyusul orangtuanya yabg sudah jalan terlebih dulu.
Kira terduduk dengan lemas, ia meraih gelas dan menghabiskan minumannya secepat kilat.
"OMG, Kiraaaaa! Gue ga nyangka kalo ternyata Raksha deketin lo karena ada rrasa Pantes aja dia keukeh nolak Alin berulang-ulang" ucap Dewi.
Kira menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak, Dew. Ini semua salah paham, maksud rencana Raksha itu bukan gini. Dia cuma mau Alin ngejauhin gue kalo gue ada hubungan sama dia" jelas Kira.
"Tapi kan lo denger sendiri tadi kalo Raksha bilang enggak main-main sama pernikahan ini. Lagian ya Ra, apa susahnya sih nerima Raksha. Toh, juga kalian udah kenal lama, dia baik, pinter, sering ngasih perhatian sama kamu, ganteng pula. Lo mau nyari yang kayak gimana lagi?"
"Ini salah paham, Dewi. Raksha bilang gitu karena orangtua kita udah terlanjur menyikapi ini dengan serius, ini salah!"
"Udahlah, lo ga usah bersikap kayak gini. Lo terima aja, gue yakin 100% Raksha enggak akan main-main sama keputusannya ini"
Kira menghela nafasnya, lalu menyandarkan kepalanya pada meja. "Gini banget hidup gue, tau gitu gue ga temenan sama Raksha dari dulu. Jadi gue ga perlu berurusan sama Alin dan terlibat dalam masalah ini" ucap Kira lirih.
"Ini semua takdir, Ra. Kita kan cuma bisa ngejalanin doang" ucap Dewi sembari mengelus punggung Kira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments