Ragu

Kira datang sendirian ke kampus, tanpa mengabari Raksha jika ia akan pergi ke kampusnya dengan naik motor. Raksha yang baru saja sampai di kelas langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Kira. Rahangnya terlihat mengeras, sudah pasti ia marah karena Kira tidak mengabarinya.

"Kenapa ga ngasih tau ke kampus naik motor?" ucap Raksha dengan nada dingin.

Dewi yang duduk di sebelah Kira langsung pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Emang kenapa? Harus banget ya ngabarin?" jawab Kira santai sambil memainkan ponselnya.

"Ra... lo sengaja ngehindari gue kan?"

Kira meletakkan ponselnya, matanya menatap dingin Raksha yang duduk disampingnya.

"Menurut lo? Kalo gue tau cara yang lo masih kayak gini, gue ga akan mau Sha. Gue bener-bener nyesel kenal sama lo" ketus Kira.

Meskipun emosi, keduanya berbicara dengan nada yang pelan. Mereka menghindari menjadi pusat perhatian teman-temannya di kelas. Dari pintu kelas, sorot mata Alin menatap tajam Kira dan Raksha. Ia sungguh dibuat penasaran hubungan seperti apa yang Kira dan Raksha jalani. Kalo pun hanya berteman, kenapa bisa sedekat ini?

"Gue yakin mereka ada apa-apa, Lin! Ga mungkin kalo cuma temenan, gue yakin mereka itu pacaran" ucap Zahra.

Ucapan Zahra seakan menjadi bahan bakar emosi Alin. Tangannya mengepal dan nafasnya mulai tak beraturan. Dadanya begitu sesak, penuh akan emosi yang tak tersalurkan itu.

"Selesai kuliah jangan langsung pulang, kita bahas masalah kita dulu" ucap Raksha.

"Bodo amat!"

"Terserah! Lo mau setuju atau enggak, rencananya tetep kayak gitu Ra" jawab Raksha yang kemudian pindah ke bangku lainnya diujung kelas.

"Kalian... lagi berantem?" tanya Dewi.

"Tau tuh si Raksha, males gue" dengus Kira.

"Jangan liat ke arah kanan, wajahnya Alin udah siap buat ngunyah lo" bisik Dewi.

"Males deh, makin ngerusak mood gue aja"

🍀

Mata kuliah terakhir baru saja. Sesaat setelah dosen mata kuliah keluar, Kira bergegas keluar kelas, berjalan cepat dan meninggalkan Dewi. Tentu saja tujuannya segera kabur dari Raksha. Namun itu semua hanyalah rencana, Raksha bergegas mengikuti Kira yang telah keluar kelas. Diikuti pandangan mata Alin yang begitu geram dengan tingkah dua orang itu sedari pagi.

Raksha menarik paksa tangan Kira dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Gue udah bilang selesai kuliah gue mau ngomong sama lo" ucap Raksha geram sembari melempar tasnya ke jok belakang.

"Udah ngomong aja, gue ga punya banyak waktu" ketus Kira.

"Gue minta maaf kalo gue udah bikin keputusan itu secara sepihak. Gue ga mikirin kondisi lo. Gue cuma pengen masalah ini kelat aja, satu setengah tahun lo digangguin Alin cuma gara-gara gue. Gue ga tau lagi harus gimana sama Alin, makanya gue bilang ke mama papa kalo mau nikah aja sama elo"

"Enang dengan lo nikahin gue, Alin bakal udahan gitu gangguin gue?"

Raksha terdiam.

"Gue bukan siapa-siapa lo aja gue udah celaka berkali-kali, Sha. Gimana jadinya kalo gue nikah sama elo? Bisa mati gue ditangan dia"

"Jangan ngomong gitu, Ra. Gue pastiin itu ga akan terjadi"

"Caranya?"

Raksha kembali diam, dia nampak tengah memikirkan jawaban pertanyaan Kira.

"Dari sini gue makin yakin lo ambil keputusan karena asal-asalan, Sha. Batalin! Gue ga akan pernah mau nikah sama lo!" Salma segera menarik handle pintu mobil dan keluar.

Raksha memukul stir mobilnya, entah kenapa ia merasa benar-benar emosi. Ia lalu melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dilihatnya mobil papanya yang telah ada di rumah, tidak biasanya sang papa sudah di rumah sesore ini disaat hari kerja.

"Mas Raksha, sudah ditunggu bapak sama ibu di ruang keluarga" ucap bi Minah yang menyambut Raksha di teras rumah.

"Assalamualaikum..." ucap Raksha saat masuk rumah. Ia berjalan menuju ruang keluarga, menyalami papi maminya yang telah menunggunya disana sembari menonton TV.

"Tumben papi udah pulang"

"Iya, papi ga bisa konsen kerja. Papi kepikiran anak papi yang udah ngebet minta nikah ini" jawab Malik.

Raksha terduduk lesu, ia menghela nafasnya dengan kasar. Pasti orangtuanya akan membahas soal pernikahan yang ia minta dua hari yang lalu.

"Kenapa, Sha?" tanya Ina.

"Kira ga mau nikah, mi" jawab Raksha dengan kepala yang masih tertunduk.

Kedua orangtuanya itu saling bertatap muka.

"Kenapa? Apa... dia ragu sama kamu?" selidik Ina.

"Bukan ragu, mi. Dia bilang enggak mau, pokoknya enggak mau"

"Kamu keliatan ngebet banget minta nikah kemarin, papi kira kamu udah omongin juga sama calon mantu papi"

Raksha menggelengkan kepalanya. "Itu memang Raksha yang pengen, pi"

"Tunggu... tunggu... ini maksudnya gimana sih, Sha? Mami ga ngerti deh"

Raksha kembali menghela nafasnya dengan kasar.

"Raksha emang pengen nikahin dia, mi. Raksha pengen ngelindungin dia, selama ini dia selalu jadi sasaran cewek yang ngejar-ngejar Raksha. Tapi ternyata dia ga mau. Bantuin Raksha dong pi... mi..."

🍀

"Assalamualaikum...." ucap Kira saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam... tumben Isya' udab balik?" tanya Tati sembari menyalami Kira.

"Iya bun, Tania minta libur lesnya karena lagi sakit"

"Oohh... yaudah sana, mandi dulu. Bunda siapin makanan buat kamu"

Kira mengangguk. "Ayah... dimana, bun?"

"Ayah lagi ke rumah pak RT, ngomongin soal lamaran kamu Sabtu besok. Ayah minta pak RT untuk datang jadi saksi lamaran, biar nanti ga timbul omongan ga enak"

"Siapa juga sih yang mau nikah, bun? Dari kemarin loh ga ada yang nanyain pendapat Kira gimana" dengus Kira lalu berjalan ke lantai dua menuju kamarnya.

Saat akan membuka pintu kamar, Arka keluar dari kamarnya. "Ra, udah pulang?"

Kira hanya mengangguk malas, lalu masuk ke dalam kamarnya. Arka mengekori Kira masuk ke kamar.

"Mau cerita sama mas?" tanya Arka sembari duduk dipinggir kasur.

Kira segera meletakkan tasnya dan duduk disebelah Arka, lalu memeluk kakaknya itu dari samping.

"Kira ga mau nikah, mas" ucapnya sambil menahan tangis.

"Kenapa? Orangtua Raksha udah datang kesini loh, pasti mereka udah sangat setuju dengan kelanjutan hubunganmu sama Raksha" jawab Arka sembari mengelus punggung Kira.

Kira lalu melepaskan pelukannya. "Kelanjutan hubungan apa sih, mas? Aku sama dia ga lebih dari temen. Tiba-tiba ngajak nikah kan aneh, apalagi alasannya cuma buat ngelindungin aku"

"Ya bagus dong, berarti Raksha bertanggung jawab"

"Mas Arka... dengerin Kira baik-baik ya. Raksha itu dikejar-kejar cewek dari semester satu, dia ga suka liat Kira deket-deket Raksha. Mas Arka buku-buku Kira yang rusak pas jaman semester satu lalu? Tugasku ilang, laptop rusak sampai kejadian keserempet minggu lalu? Itu semua ulah dia mas, karena dia cemburu Raksha selalu ngekor aku" jelas Kira.

Arka mengernyitkan dahinya. "Jadi, ku kemarin itu jatuh karena dia?"

"Ssssttttt...." dengan cepat Kira membungkam mulut kakaknya. "Jangan kenceng-kenceng mas, ini rahasia kita aja. Jangan sampai ayah bunda tau"

"Kamu tau darimana itu ulah dia?"

"Raksha yang tau, mas. Dia nginterogasi orang yang dibayar buat nyelakain aku" bisik Kira.

"Jadi..."

"Jadi Raksha bersalah sama aku, karena dia itu cewek jadi ngincer aku mulu" potong Kira dengan cepat. "Makanya dia mau nikahin aku. Dia pikir dengan kita menikah, itu cewek ga akan ganggu aku lagi. Gila aja aku nurutin kemauannya dia" sambungnya.

"Buatku, ga masalah sih Ra. Kan bisa jadi itu emang berhasil dan kamu ga digangguin dia lagi"

"Iihh mas Arka, masalahnya ini nikah mas. NIKAH! Aku masih kecil mas, masih pengen ngejar karir, belum bahagiain ayah bunda juga. Pernikahan kan sakral mas, bukan buat main-main"

"Kamu udah gede Ra, udah baligh, udah menstruasi. 19 tahun juga udah bisa nikah kan? Sekarang gue tanya, emang kamu atau Raksha cuma niatan main-main gitu sama pernikahan ini?"

"Kalo... itu sih... Kira... juga ga tau, mas. Takutnya cuma buat main-main doang. Trus ntar kalo udah wisuda, aku diceraiin gitu, trus aku jadi janda diusia muda. Duuhhh..."

"Ya emang kalo diusia tua, kamu mau jadi janda?"

"Iiiihhhh mas Arka! Serius nih!" jawab Kira sambil memukul lengan Arka.

"Besok kamu ngomong sama Raksha, niatnya nikah itu gimana. Kalo jawabannya bikin kamu ragu, kamu pikir dulu. Sabtu besok kamu bisa omongin langsung pas ada keluarganya datang, biar ga salah paham"

"Itu namanya cari mati, mas. Bisa dikeluarin dari KK sama ayah aku" jawab Kira lalu merebahkan tubuhnya di kasur.

Terpopuler

Comments

Masiah Firman

Masiah Firman

masih menyimak

2021-03-31

2

lihat semua
Episodes
1 KuPu
2 Cemburu
3 Keserempet
4 Dipaksa
5 Ragu
6 Takdir
7 Restu
8 Ancaman
9 Pertemuan
10 Lamaran
11 Percaya
12 Ancaman lagi
13 Planing
14 Sembunyi
15 Mami
16 Kebenaran
17 Persiapan
18 Arka & Alika
19 The Day
20 Diatur
21 First Day
22 Nafkah
23 Menggoda
24 Memulai
25 Promise
26 Obrolan
27 Arka Alika
28 Fitnah
29 Ketahuan
30 Pengganggu
31 Terabaikan
32 Lambaian Tangan
33 Masa Kecil
34 Pakaian Dalam
35 Menunggu
36 Saran
37 Bersambut
38 Cerita (Part 1)
39 Cerita (Part 2)
40 Senewen
41 Kedinginan
42 Menyerah
43 Kakak Ipar
44 Ngambek
45 Sial
46 Curhat
47 Pengganggu
48 Dia Lagi
49 Kantor
50 Penawaran
51 Ayah
52 Kesepakatan
53 Terjerat
54 Pengakuan
55 Rencana
56 Masa Sulit
57 Sebuah Nama
58 Wisuda
59 Shock
60 Penjelasan
61 Penjelasan (2)
62 Demi Janin
63 Butuh Waktu
64 Tinggal dengan Ayah
65 Kehilangan
66 Kehilangan (2)
67 Mama
68 Menolak
69 Menolak (2)
70 Terkuak (1)
71 Terkuak (2)
72 Alin
73 Ponsel
74 Pamit
75 Waktu
76 Oleh-Oleh
77 Lupa Nama
78 Bertemu
79 Tangis Bahagia
80 Terima kasih
81 Terima kasih (2)
82 Diusir
83 Stempel
84 Kembali
85 Jalan-Jalan
86 Menginap
87 Bertiga
88 Keluarga
89 Jumat
90 Mami
91 Rumah
92 Tidak Akan Berhenti
93 Bonchap 1
94 Bonchap 2
95 Bonchap 3
96 Bonchap 4
97 Bonchap 5
98 Bonchap 6
99 Bonchap 7
100 Bonchap 8
101 Bonchap 9
102 Bonchap 10
103 Bonchap 11
104 Bonchap 12
105 Bonchap 13
106 Bonchap 14
107 Bonchap 15
108 Bonchap 16
109 Bonchap 17
110 Bonchap 18
111 Bonchap 19
112 Bonchap 20
Episodes

Updated 112 Episodes

1
KuPu
2
Cemburu
3
Keserempet
4
Dipaksa
5
Ragu
6
Takdir
7
Restu
8
Ancaman
9
Pertemuan
10
Lamaran
11
Percaya
12
Ancaman lagi
13
Planing
14
Sembunyi
15
Mami
16
Kebenaran
17
Persiapan
18
Arka & Alika
19
The Day
20
Diatur
21
First Day
22
Nafkah
23
Menggoda
24
Memulai
25
Promise
26
Obrolan
27
Arka Alika
28
Fitnah
29
Ketahuan
30
Pengganggu
31
Terabaikan
32
Lambaian Tangan
33
Masa Kecil
34
Pakaian Dalam
35
Menunggu
36
Saran
37
Bersambut
38
Cerita (Part 1)
39
Cerita (Part 2)
40
Senewen
41
Kedinginan
42
Menyerah
43
Kakak Ipar
44
Ngambek
45
Sial
46
Curhat
47
Pengganggu
48
Dia Lagi
49
Kantor
50
Penawaran
51
Ayah
52
Kesepakatan
53
Terjerat
54
Pengakuan
55
Rencana
56
Masa Sulit
57
Sebuah Nama
58
Wisuda
59
Shock
60
Penjelasan
61
Penjelasan (2)
62
Demi Janin
63
Butuh Waktu
64
Tinggal dengan Ayah
65
Kehilangan
66
Kehilangan (2)
67
Mama
68
Menolak
69
Menolak (2)
70
Terkuak (1)
71
Terkuak (2)
72
Alin
73
Ponsel
74
Pamit
75
Waktu
76
Oleh-Oleh
77
Lupa Nama
78
Bertemu
79
Tangis Bahagia
80
Terima kasih
81
Terima kasih (2)
82
Diusir
83
Stempel
84
Kembali
85
Jalan-Jalan
86
Menginap
87
Bertiga
88
Keluarga
89
Jumat
90
Mami
91
Rumah
92
Tidak Akan Berhenti
93
Bonchap 1
94
Bonchap 2
95
Bonchap 3
96
Bonchap 4
97
Bonchap 5
98
Bonchap 6
99
Bonchap 7
100
Bonchap 8
101
Bonchap 9
102
Bonchap 10
103
Bonchap 11
104
Bonchap 12
105
Bonchap 13
106
Bonchap 14
107
Bonchap 15
108
Bonchap 16
109
Bonchap 17
110
Bonchap 18
111
Bonchap 19
112
Bonchap 20

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!