13 Pembunuh
Musim kemarau panjang, panas menyengat. sejauh mata memandang hanya hamparan rumput dan belukar kering, disaat begini manusia cuma bisa mengeluh, sawah ladang kekeringan panen padipun gagal, hewan ternak juga banyak yang mati, tapi apa yang dapat mereka perbuat kecuali sabar berdoa dan berharap agar kemarau sialan ini cepat berakhir.
Hari inipun masih sama, bahkan lebih panas dari kemarin, matahari dengan angkuhnya bertengger diatas langit seakan hendak membakar habis semua yang ada di bawahnya, tak perduli dengan derita mahluk seisi bumi.
Seekor kuda dengan penunggangnya terlihat berjalan pelan menyusuri jalanan berdebu tak jauh dari tepian hutan jati yang kering meranggas, dipersimpangan jalan si penunggang hentikan kudanya, matanya menyapu sekeliling tempat, tak nampak satu apapun kecuali bebatuan dan semak belukar kering, mulutnya menyeringai aneh, dalam hatinya orang ini membatin ''Tempat yang bagus untuk membunuh.,''
Kuda hitam jantan yang tegap dan kuat, penunggangnya berbaju putih dan masih muda, meski sebagian tampangnya tertutup caping bambu namun dari perawakannya yang kekar orang ini terlihat gagah. disiang bolong dan sepi begini warna hitam dan putih ini selain agak mencolok juga seakan menebar hawa kematian yang aneh.
Si penunggang kuda hitam melirik simpang jalan sebelah kanan, yang ditunggu belum terlihat, perlahan dia mengatur nafas, tenaga, hati dan pikirannya. hal ini sudah menjadi kebiasaannya, dia perlu mempersiapkan segalanya sebelum melakukan tugas.
Sambil menarik nafas panjang dan dalam orang ini mengakhiri semedinya, seluruh hawa murni, tenaga dalam, dan jalan darah ditubuhnya mengalir dengan lancar, tidak semua orang dapat melakukan itu diatas punggung kuda tapi baginya bukan hal yang sulit. dia mendongak ke langit waktu sudah lewat tengah hari, tanpa sadar pikirannya melayang kemasa lalu.
Entah sudah berapa kali dia melakukan pekerjaan gila ini, berapa jumlah korbannya, dan untuk apa dia melakukan ini, demi uang, kesenangan atau karena keterpaksaan. dia sendiri tidak tahu atau mungkin saja tidak mau tahu, tapi kalau mau jujur sebenarnya dia cuma enggan untuk memikirkannya, takut menyesal dan dikejar rasa bersalah. baginya semua yang sudah lewat tidak ada gunanya, karena dia paham bagi orang-orang sepertinya, sekali saja terjun ke dunia hitam ini, tidak ada jalan lagi untuk kembali, yang ada cuma membunuh atau mati terbunuh.,
Akhirnya yang dinantikannyapun muncul., meski masih jauh tapi dengan telinganya yang tajam dan terlatih dia dapat mendengar suara derap kaki belasan ekor kuda melaju cepat ke arahnya. dalam waktu singkat rombongan berkuda itu pun tiba di persimpangan jalan, karena si baju putih dan kudanya seakan sengaja menghadang di tengah jalan terpaksa rombongan itu cepat-cepat menghentikan lari kuda mereka. debu pasir yang beterbangan menutupi jalanan dan daun-daun kering berhamburan tertiup angin sesaat menutupi pandangan mata orang.
''Siapa orangnya yang berani menghadang jalan kami, 'Perkumpulan pengawalan barang Garuda Merah.?'' seseorang berseru marah. 'mungkin dia sudah bosan untuk hidup.' timpal yang lain.
Saat itu si penghadang masih duduk di atas punggung kudanya, dengan tangan kiri caping bambunya diangkat sedikit ke atas, matanya menatap bendera hitam bergambar burung garuda berwarna merah sedang membentang sayap. bendera itu terpancang diatas atap sebuah kereta besar yang ditarik dua ekor kuda. meski cuma sesaat saja dia memandang tapi itu sudah cukup baginya untuk mengetahui keadaan lawannya.
''Jumlah mereka dua belas orang, delapan membekal golok empat memakai pedang satu diantaranya sebagai kusir kereta kuda, tapi tidak kulihat pimpinannya, pasti dia berada dalam kereta itu, barang kawalan mestinya juga ada di sana,'' pikir si penghadang jalan. meski jumlah lawan cukup banyak orang ini masih terlihat tenang.
''Kudengar kelompok Garuda Merah belum pernah gagal mengawal barang, tapi kayaknya hari ini nama besar kalian akan runtuh., Haa ha..!''
Terdengar makian kemarahan dari para anggota Garuda Merah, sebelum mereka menyerang dari dalam kereta terdengar suara menggeram, ''Kalian tanyakan apa maunya orang itu, waktu kita tidak banyak secepatnya harus segera sampai ke tempat tujuan.''
Mendengar itu seorang anggota Garuda Merah yang berkuda di samping kanan kereta dan membekal pedang dipinggangnya segera maju ke depan sepertinya dia adalah wakil rombongan ini. ''Sobat kau ini siapa dan kenapa menghadang rombongan kami kelompok pengawal barang 'Garuda Merah.?'' dalam ucapannya dia sengaja menekankan kata Garuda Merah untuk menggertak lawannya, tapi sepertinya itu sia-sia saja.
''Siapa aku tidaklah penting, sama seperti ucapan pimpinanmu yang ada di dalam kereta itu, waktuku juga tidak banyak, aku tidak suka basa basi, serahkan saja barang kawalan kalian kepadaku, akupun akan segera pergi dan kalianpun tidak perlu mati di sini.''
Wakil rombongan Garuda Merah sedikit terkejut, dia adalah seorang lelaki 40 tahunan yang cukup punya pengalaman, selama ini tidak banyak orang yang berani menghadang kelompok mereka, kalaupun ada kebanyakan hanya menyerang secara sembunyi-sembunyi, karena dengan nama Kelompok Garuda Merah saja sudah cukup membuat para begal rampok merasa jeri dan takut, tapi orang di depannya bukan saja berani menghadangnya terang-terangan bahkan seakan tahu siapa yang ada didalam kereta kuda. ''kalau manusia ini tidak punya bekal ilmu silat yang tinggi pastilah dia cuma orang edan yang kepingin mati..''
''Kawan kalau kau inginkan uang aku bisa berikan sekedar uang jalan dan tanda pertemanan dari kami..'' kata sang wakil seraya melemparkan sekeping mata uang kepada orang didepannya, bukan lemparan biasa tapi disertai tenaga dalam untuk menguji si penghadang, jarak antara mereka cuma dua tiga tombak saja jauhnya kepingan uang itu melesat cepat kemuka, yang di serang masih diam, baru saat uang itu tinggal dua jengkal saja tangan kirinya mengibas, secara aneh sekeping uang itu seperti bergerak melabat dan dengan mudah ditangkap.
Sambil menimang uang ditangannya si baju putih gelengkan kepala seakan kecewa lalu berkata mengejek ''Kelompok jasa pengawalan barang Garuda Merah yang terkenal ternyata tak lebih dari sekumpulan manusia pelit, memberi uang jalan hanya dengan sekeping tembaga. jangankan aku, seorang gembel miskin sekalipun akan malas menerimanya..''
Sang wakil rombongan terkejut melihatnya, gerakan tangan kiri itu mengingatkan dia pada sesuatu, sementara dia masih berpikir tak disangka beberapa kawannya sudah ada yang tidak sabaran, dengan mencabut golok tiga orang anggota menggebrak kudanya kedepan, mereka bermaksud mencincang si baju putih dalam sekali serangan, dua golok membabat perut satu membacok leher, dalam bayangan semua orang sekejap lagi si baju putih pasti terkapar jadi mayat bersimbah darah.
Lain yang disangka beda pula kenyataannya, saat tiga serangan golok tiba, sibaju putih seakan lenyap dari punggung kudanya, belum hilang kejutnya ketiga penyerang itu mendadak merasakan sambaran angin keras dari atas kepalanya, buru-buru ketiganya merunduk sambil coba putar goloknya keatas melindungi diri, tapi hebatnya sambaran angin itu bukan saja membuat tangan mereka terpelintir, bahkan ketiga golok mereka jadi saling beradu lalu lepas, berikutnya hanya terdengar suara 'kreekk, dan jeritan tertahan, ketiga anggota Garuda Merah tumbang ke tanah dengan tulang leher patah,! gemparlah semua orang.
Sementara yang lainnya marah dan geger, sang wakil rombongan justru semakin waspada, meski sudah tahu sibaju putih cukup berisi, tapi mimpipun dia tidak mengira kalau kepandaian lawan sehebat itu, dengan muka kelam membesi diamatinya sibaju putih yang entah sejak kapan sudah kembali duduk dipunggung kudanya. kalau diceritakan mungkin terasa lama, tapi sesungguhnya kejadian ini seakan hanya berlangsung sekejab mata. meski begitu hawa amarah dan penasaran tidak lagi dapat ditahan, dengan mencabut pedangnya dia mendahului melesat ke depan memimpin kawan-kawannya menyerbu, ''Serang.!''
Kalau tadi sibaju putih hanya menunggu serangan, kini dia tidak lagi tinggal diam, tubuhnya berkelebat cepat menyongsong lawan, pertarungan serupun terjadi dijalan itu.
Dibandingkan lainnya tentu ilmu silat yang dimiliki wakil kelompok Garuda Merah jelas lebih tinggi, maka tak heran kalau serangan pedangnya ganas dan cepat seakan berubah menjadi lima buah disertai sambaran angin tajam menyayat udara, dalam kemarahannya dia telah mengeluarkan salah satu jurus ilmu pedang terhebat miliknya yang dinamai jurus 'Lima Sambaran Petir Maut.!' selama ini sangat jarang orang yang sanggup selamat dari serangan ini, kalau toh ada mereka pasti terluka parah.
Demikian pula sekarang, perhitungannya jika sibaju putih yang dia perkirakan masih muda likuran tahun ini lolos dari jurusnya, maka golok dan pedang kawan-kawannya yang bakal merajam tubuhnya. membayangkan itu dia tertawa buas .''Haa ha Mati kau keparat,!''
Di saat itulah sibaju putih sapukan tangan kirinya kemuka, segulung asap putih pekat berhawa panas menderu melabrak balik gempuran lawan, sementara tangan kanannya yang sedari tadi diam bergerak membabat kiri kanan, selapis cahaya hitam menyusup ketengah sarangan jurus pedang sang wakil, 'Traang, trang.! satu pedang patah empat golok mental, sementara pemiliknya terkapar dengan usus terburai, perut robek menghitam.!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
🎧✏📖
hebat udah tembus miliaran 😇 doa in ya biar novel saya juga bisa seperti ini yg terkenal dan sebagus ini😊🙏
2024-10-30
0
and_waeyo
Jadi inget omongan salah satu idol, "Hari yang cerah untuk mati."🤣
2024-09-14
0
Mira Andani
sangat bagus cerita thor
2024-06-18
0