Sementara itu tidak jauh dari tempat terbunuhnya Sepasang Pengamen Murung, terlihat belasan orang berpakaian kumal sedang duduk berkumpul di bawah rumpun pohon bambu, mereka ada yang membawa kendang, suling, kentongan juga rebana. bahkan ada juga yang membawa gamelan. sepertinya mereka ini para seniman yang mengamen keliling.
''Lama sekali Sampon dan Jamiran pergi, sampai lewat tengah hari begini mereka berdua belum juga kembali.,'' kata orang yang membawa sepasang kencrengan tembaga berukuran kecil, beberapa kali kedua kencrengan bundar pipih itu diadu hingga menimbulkan suara 'Creeng., creeng, ceng.,!'
''Hentikan suara bising itu.,!' Memangnya diantara kalian ada yang tahu kedua orang itu mengamen di mana.?'' bertanya orang yang membawa rebana. seharian ini dia kesal karena hasil mengamennya sedikit.
''Sebelum datang kemari aku sempat melihat mereka berada di luar sebelah timur Punggingan, padahal disana sangat sepi tidak ada siapapun yang tinggal. bahkan dekat tepian hutan.,'' jawab perempuan yang menjadi sinden. meski sudah berumur dan pakaiannya sederhana tapi masih terlihat menarik hati.
''Apa yang sedang mereka lakukan disana., buang- buang waktu saja.!'' ucap yang lain.
''Eeh., Lihat Jamiran sudah kembali., tapi kenapa dia berlari sendirian saja.?'' seru si sinden heran. semuanya langsung mengerubungi orang yang bernama Jamirun itu. ''Hei., Jamiran, kenapa kau berlarian sendiri seperti dikejar setan, dimana Sampon.?'' tanya orang yang membawa kentongan. sementara Jamiran lebih dulu meneguk air sampai terbatuk- batuk lalu menjawab dengan panik.
''Ga., gawat., celaka teman- teman. tadi aku dan Sampon bertemu seorang pemuda aneh, tiba- tiba saja dia memberi kami sejumlah uang, katanya untuk biaya penguburan dua orang pengamen yang pernah menjadi kawan lamanya.!''
Semua orang saling pandang tak mengarti, ''Apa maksudmu Jamiran., bicara yang jelas.,!'' bentak si pembawa rebana, sepertinya dialah pemimpin dari kelompok pengamen ini.
''Dengarkan dulu aku bicara., jangan menyela seenakmu.!'' Jamiran balik membentak marah. semua orang terjingkat kaget, tidak pernah Jamiran seperti ini sebelumnya.
''Sampon bertanya apa maksud ucapan pemuda itu, lalu dia menyuruh kami berjalan keluar Punggingan sebelah timur, dan ternyata benar, setelah lama mencari akhirnya kami menjumpai mayat dua orang pengamen yang di maksud.,!'' sampai disini wajah Jamiran berubah pucat ketakutan, bibirnya gemetaran, tubuhnya menggelosoh ke tanah.
''Dan kalian tahu siapa mereka.,?'' kedua mayat pengamen itu bukan lain adalah
Ketua dan Nyai Ketua perkumpulan kita sendiri., Sepasang Pengamen Murung.!'
Seketika gerombolan pengamen yang rupanya adalah anggota perkumpulan pengamen Empat Penjuru yang dipimpin Sepasang Pengamen Murung itu menjadi gempar dan panik.
''Kenapa kalian masih disini., cepat pergi,! Sampon masih menunggui mayat ketua disana..!'' bentakan Jamiran menyadarkan semua orang, mereka berhamburan pergi menuju tempat yang di tunjuk Jamiran.
Tidak berapa lama kemudian dari balik rimbunan bambu yang agak jauh terpisah muncul seorang pemuda kurus berambut tipis dan membawa rebab, ''Semua orang sudah pergi kesana, kita juga harus cepat meninggalkan tempat ini..!'' ujar orang yang baru datang. Jamiran tertawa kecil, ''Kau benar Sampon, kita berdua bakal jadi kaya setelah mendapatkan harta pusaka yang di impikan banyak orang itu.,!''
Orang yang bernama Sampon pandang sekeliling tempat, ''Kalau begitu jangan buang waktu lagi, khawatir mereka curiga dan kembali kemari.!''ujar Sampon sambil mendahului pergi dengan langkah cepat, Jamiran buru- buru mengikutinya. mereka berdua terus masuk sampai jauh kedalam hutan bambu yang semakin lebat.
''Kenapa kita harus lewat hutan begini.,?'' tanya Jamiran kesal. ''Karena ini lebih aman, tidak ada yang bakal tahu..'' jawab Sampon sambil berhenti berjalan. lalu dari saku bajunya yang lusuh dia mengeluarkan selembar sobekan kain biru muda yang bernoda darah. saat dibuka disana tertulis kalimat, 'Peta rahasia Istana Angsa Emas direbut oleh Si Ular Sakti Berpedang Iblis.!' 'Meskipun tidak banyak, tapi akan kami berikan sekotak besar penuh perhiasan dan emas yang kami simpan dalam sebuah goa dilereng tenggara bukit Brondol, bagi siapapun yang menerima pesan ini dan membalaskan dendam kami,!' Sepasang Pengamen Murung.
''Bagaimana menurutmu.,?'' tanya Jamiran pada Sampon, sambil meraih lembaran kain itu dari tangan rekannya, ''Kalau menurutku lebih baik kita pergi saja ke bukit Brondol, kita ambil harta yang sudah pasti ada dari pada bertaruh nyawa mengincar harta Istana Angasa Emas..!'' jawab Sampon seraya tepuk- tepuk perutnya.
''Haa., ha.,Kau benar sobat., lagipula harta milik kedua orang itu juga berasal dari jerih payah kita semua, selama ini kita dipaksa kejar setoran kepada dua tua bangka itu.,!'' gerutu Jamiran kesal.
Sampon terkekeh kecil, ''Bagaimanapun mereka pernah menyelamatkan nyawa kita, lalu menampung kita berdua dalam perkumpulannya. tapi semua itu sudah berlalu. kau tunggu disini, perutku mules.,!'
Jamiran meludah melihat Sampon berjalan menjauh. 'Pantas dia terus pegangi perutnya, pasti kebanyakan makan sambal pete.,!' pikir Jamiran tertawa sendiri lalu duduk di atas sebongkah batu.
Sekali lagi dibacanya tulisan diatas kain itu. Jamiran teringat pada pemuda berbaju putih yang ditemui bersama Sampon, 'Siapa orang itu sebenarnya, apakah dia yang membunuh kedua orang tua itu.? 'Tapi kenapa surat rahasia ini tidak diambilnya, ataukah dia tidak mengetahuinya,?' batin Jamiran, 'Aah., persetan.!' yang penting surat rahasia ini sudah ada di tangan kami.!'
''Cepat amat kau buang air., yakin tidak bakalan kebelet lagi..?'' ejek Jamiran saat merasa ada orang yang muncul dari belakangnya. tapi dia terperanjat saat sadar yang muncul lebih dari seorang. perlahan dia loloskan sebilah pisau bengkok tapi tajam, dan tanpa pikir panjang orang ini cepat membalikan badan sambil langsung menusuk tiga sasaran sekaligus di tubuh orang yang berdiri paling dekat dibelakangnya. meskipun ilmu silatnya rendah, tapi dia yakin dengan serangan dadakan seperti itu paling tidak salah satu tusukannya bisa menemui sasaran.
Diluar dugaan semua serangannya justru mampu menemui sasaran secara telak, tapi yang dia rasakan bukan seperti menusuk tubuh manusia yang terdiri dari darah dan daging, melainkan segumpal getah karet yang melar dan liat.!
Belum sempat sadar sepenuhnya, Jamiran merasakan tangannya yang memegang pisau seperti dibelit sesuatu yang melar dan berlendir busuk kehijauan, semakin dia mencoba menariknya malah dirasa semakin erat menjepit, saat tangan orang yang membelitnya menggebut, tubuh Jamiran terpental keras kebelakang, pisaunya lenyap entah kemana.
Jamiran meraung kesakitan setinggi langit, tangan kanannya mengkeret hancur dan seakan meleleh sebatas siku, lendir busuk kehijauan menyelimuti tangan itu,!
Dia baru saja balikkan tubuhnya hendak lari, tapi sebuah tangan hijau yang panjang dan berlendir mencengkeram belakang lehernya sekaligus membetotnya kembali kebelakang.
Jamiran masih sempat melihat empat orang tinggi kurus berjubah hijau dan berwajah sepucat mayat didepannya, berikutnya dia tidak lagi mampu bernafas saat orang bermuka pucat sebelah kiri mengebutkan tangannya, segumpal lendir hijau yang kental dan busuk membungkus seluruh wajah Jamiran, tubuhnya mengejang dan menggeliat beberapa kali lalu diam., dia mati dengan muka busuk meleleh.!
Salah satu dari manusia tinggi kurus berjubah hijau itu mengambil lembaran kain biru bertulisan darah itu dari mayat Jamiran, lalu dibacanya sebentar, '' Si Ular Sakti Berpedang Iblis., 'Bukankah dia ini orang ke tiga belas dari Kelompok 13 Pembunuh.,?'' desisnya dengan muka berubah.
''Orang ini tidak bisa kita anggap remeh, kita harus secepatnya menghabisinya, sebelum dia kembali ke kelompoknya,.!''
Ketiga rekannya juga berpikiran sama, kalau sampai anggota Kelompok 13 Pembunuh yang lainnya muncul, mungkin harapan untuk menguasai harta pusaka Istana Angsa Emas hanya akan tinggal mimpi.
''Kalian kenal orang ini.,?'' tanya si jubah hijau yang paling depan menuding mayat Jamiran. rekannya yang bertubuh paling kecil menjawab, ''Dilihat dari surat ini mungkin dia anak buah Sepasang Pengamen Murung., Dua tua bangka itu seumur hidup gemar mengumpulkan harta pusaka dan barang antik, entah bagaimana ceritanya mereka bisa mendapat peta rahasia itu.!''
''Mungkin orang ini tidak sadar kalau hutan bambu ini adalah salah satu sarang kita, 'Empat Mayat Hijau,! Haa., ha., ha.,!'' sambung rekannya yang bergigi tonggos lalu tertawa bergelak, tiga rekannya yang lain ikut terkekeh.
''Kalau rejeki memang tidak akan kemana, sekarang juga kita buat persiapan, cari berita dimana si nomor tiga belas itu berada dan hendak menuju kemana, juga siapa saja yang ada bersamanya.!'' kata jubah hijau yang ada di tengah. serentak mereka berkelebat lenyap dari tempat itu.
Dengan masih menahan rasa ngeri Sampon keluar dari persembunyiannya, dia melihat semua yang terjadi ditempat itu, setelah selesai menguras isi perutnya, Sampon langsung kembali menemui Jamiran, tapi alangkah kagetnya dia saat melihat rekannya dihabisi secara kejam oleh empat orang berjubah hijau yang menyebut diri sebagai Empat Mayat Hijau. Sampon tidak berani menolong kawannya, karena dia tahu betul itu akan sia- sia.
Dengan rasa sedih bercampur kebencian, Sampon menutupi mayat teman yang sudah lama dikenalnya itu dengan tanah dan dedaunan, lalu memasang patok bambu sebagai penanda. ''Jamiran sobatku., tenanglah dikuburmu., meskipun aku tidak mampu membalas kematianmu dengan tanganku sendiri, tapi aku bersumpah, empat orang jahanam akan menyusulmu mati tanpa kuburan.,!'' desis Sampon geram, lalu berbalik tinggalkan hutan bambu, dia mungkin orang yang tidak bernama di rimba persilatan, tapi juga bukan orang bodoh. diotaknya sudah tersusun sebuah rencana gila sekaligus keji untuk membalas dendam kematian kawan karibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
MATADEWA
Teruskan....
2023-12-25
0
💞Amie🍂🍃
Pemburu harta Karun🤣🤣
2023-11-25
0
tintakering
alurnya maju mundur ya thor. kaya strikaan 😁
2022-08-26
1