NovelToon NovelToon

13 Pembunuh

Pembunuhan di simpang jalan

Musim kemarau panjang, panas menyengat. sejauh mata memandang hanya hamparan rumput dan belukar kering, disaat begini manusia cuma bisa mengeluh, sawah ladang kekeringan panen padipun gagal, hewan ternak juga banyak yang mati, tapi apa yang dapat mereka perbuat kecuali sabar berdoa dan berharap agar kemarau sialan ini cepat berakhir.

Hari inipun masih sama, bahkan lebih panas dari kemarin, matahari dengan angkuhnya bertengger diatas langit seakan hendak membakar habis semua yang ada di bawahnya, tak perduli dengan derita mahluk seisi bumi.

Seekor kuda dengan penunggangnya terlihat berjalan pelan menyusuri jalanan berdebu tak jauh dari tepian hutan jati yang kering meranggas, dipersimpangan jalan si penunggang hentikan kudanya, matanya menyapu sekeliling tempat, tak nampak satu apapun kecuali bebatuan dan semak belukar kering, mulutnya menyeringai aneh, dalam hatinya orang ini membatin ''Tempat yang bagus untuk membunuh.,''

Kuda hitam jantan yang tegap dan kuat, penunggangnya berbaju putih dan masih muda, meski sebagian tampangnya tertutup caping bambu namun dari perawakannya yang kekar orang ini terlihat gagah. disiang bolong dan sepi begini warna hitam dan putih ini selain agak mencolok juga seakan menebar hawa kematian yang aneh.

Si penunggang kuda hitam melirik simpang jalan sebelah kanan, yang ditunggu belum terlihat, perlahan dia mengatur nafas, tenaga, hati dan pikirannya. hal ini sudah menjadi kebiasaannya, dia perlu mempersiapkan segalanya sebelum melakukan tugas.

Sambil menarik nafas panjang dan dalam orang ini mengakhiri semedinya, seluruh hawa murni, tenaga dalam, dan jalan darah ditubuhnya mengalir dengan lancar, tidak semua orang dapat melakukan itu diatas punggung kuda tapi baginya bukan hal yang sulit. dia mendongak ke langit waktu sudah lewat tengah hari, tanpa sadar pikirannya melayang kemasa lalu.

Entah sudah berapa kali dia melakukan pekerjaan gila ini, berapa jumlah korbannya, dan untuk apa dia melakukan ini, demi uang, kesenangan atau karena keterpaksaan. dia sendiri tidak tahu atau mungkin saja tidak mau tahu, tapi kalau mau jujur sebenarnya dia cuma enggan untuk memikirkannya, takut menyesal dan dikejar rasa bersalah. baginya semua yang sudah lewat tidak ada gunanya, karena dia paham bagi orang-orang sepertinya, sekali saja terjun ke dunia hitam ini, tidak ada jalan lagi untuk kembali, yang ada cuma membunuh atau mati terbunuh.,

Akhirnya yang dinantikannyapun muncul., meski masih jauh tapi dengan telinganya yang tajam dan terlatih dia dapat mendengar suara derap kaki belasan ekor kuda melaju cepat ke arahnya. dalam waktu singkat rombongan berkuda itu pun tiba di persimpangan jalan, karena si baju putih dan kudanya seakan sengaja menghadang di tengah jalan terpaksa rombongan itu cepat-cepat menghentikan lari kuda mereka. debu pasir yang beterbangan menutupi jalanan dan daun-daun kering berhamburan tertiup angin sesaat menutupi pandangan mata orang.

''Siapa orangnya yang berani menghadang jalan kami, 'Perkumpulan pengawalan barang Garuda Merah.?'' seseorang berseru marah. 'mungkin dia sudah bosan untuk hidup.' timpal yang lain.

Saat itu si penghadang masih duduk di atas punggung kudanya, dengan tangan kiri caping bambunya diangkat sedikit ke atas, matanya menatap bendera hitam bergambar burung garuda berwarna merah sedang membentang sayap. bendera itu terpancang diatas atap sebuah kereta besar yang ditarik dua ekor kuda. meski cuma sesaat saja dia memandang tapi itu sudah cukup baginya untuk mengetahui keadaan lawannya.

''Jumlah mereka dua belas orang, delapan membekal golok empat memakai pedang satu diantaranya sebagai kusir kereta kuda, tapi tidak kulihat pimpinannya, pasti dia berada dalam kereta itu, barang kawalan mestinya juga ada di sana,'' pikir si penghadang jalan. meski jumlah lawan cukup banyak orang ini masih terlihat tenang.

''Kudengar kelompok Garuda Merah belum pernah gagal mengawal barang, tapi kayaknya hari ini nama besar kalian akan runtuh., Haa ha..!''

Terdengar makian kemarahan dari para anggota Garuda Merah, sebelum mereka menyerang dari dalam kereta terdengar suara menggeram, ''Kalian tanyakan apa maunya orang itu, waktu kita tidak banyak secepatnya harus segera sampai ke tempat tujuan.''

Mendengar itu seorang anggota Garuda Merah yang berkuda di samping kanan kereta dan membekal pedang dipinggangnya segera maju ke depan sepertinya dia adalah wakil rombongan ini. ''Sobat kau ini siapa dan kenapa menghadang rombongan kami kelompok pengawal barang 'Garuda Merah.?'' dalam ucapannya dia sengaja menekankan kata Garuda Merah untuk menggertak lawannya, tapi sepertinya itu sia-sia saja.

''Siapa aku tidaklah penting, sama seperti ucapan pimpinanmu yang ada di dalam kereta itu, waktuku juga tidak banyak, aku tidak suka basa basi, serahkan saja barang kawalan kalian kepadaku, akupun akan segera pergi dan kalianpun tidak perlu mati di sini.''

Wakil rombongan Garuda Merah sedikit terkejut, dia adalah seorang lelaki 40 tahunan yang cukup punya pengalaman, selama ini tidak banyak orang yang berani menghadang kelompok mereka, kalaupun ada kebanyakan hanya menyerang secara sembunyi-sembunyi, karena dengan nama Kelompok Garuda Merah saja sudah cukup membuat para begal rampok merasa jeri dan takut, tapi orang di depannya bukan saja berani menghadangnya terang-terangan bahkan seakan tahu siapa yang ada didalam kereta kuda. ''kalau manusia ini tidak punya bekal ilmu silat yang tinggi pastilah dia cuma orang edan yang kepingin mati..''

''Kawan kalau kau inginkan uang aku bisa berikan sekedar uang jalan dan tanda pertemanan dari kami..'' kata sang wakil seraya melemparkan sekeping mata uang kepada orang didepannya, bukan lemparan biasa tapi disertai tenaga dalam untuk menguji si penghadang, jarak antara mereka cuma dua tiga tombak saja jauhnya kepingan uang itu melesat cepat kemuka, yang di serang masih diam, baru saat uang itu tinggal dua jengkal saja tangan kirinya mengibas, secara aneh sekeping uang itu seperti bergerak melabat dan dengan mudah ditangkap.

Sambil menimang uang ditangannya si baju putih gelengkan kepala seakan kecewa lalu berkata mengejek ''Kelompok jasa pengawalan barang Garuda Merah yang terkenal ternyata tak lebih dari sekumpulan manusia pelit, memberi uang jalan hanya dengan sekeping tembaga. jangankan aku, seorang gembel miskin sekalipun akan malas menerimanya..''

Sang wakil rombongan terkejut melihatnya, gerakan tangan kiri itu mengingatkan dia pada sesuatu, sementara dia masih berpikir tak disangka beberapa kawannya sudah ada yang tidak sabaran, dengan mencabut golok tiga orang anggota menggebrak kudanya kedepan, mereka bermaksud mencincang si baju putih dalam sekali serangan, dua golok membabat perut satu membacok leher, dalam bayangan semua orang sekejap lagi si baju putih pasti terkapar jadi mayat bersimbah darah.

Lain yang disangka beda pula kenyataannya, saat tiga serangan golok tiba, sibaju putih seakan lenyap dari punggung kudanya, belum hilang kejutnya ketiga penyerang itu mendadak merasakan sambaran angin keras dari atas kepalanya, buru-buru ketiganya merunduk sambil coba putar goloknya keatas melindungi diri, tapi hebatnya sambaran angin itu bukan saja membuat tangan mereka terpelintir, bahkan ketiga golok mereka jadi saling beradu lalu lepas, berikutnya hanya terdengar suara 'kreekk, dan jeritan tertahan, ketiga anggota Garuda Merah tumbang ke tanah dengan tulang leher patah,! gemparlah semua orang.

Sementara yang lainnya marah dan geger, sang wakil rombongan justru semakin waspada, meski sudah tahu sibaju putih cukup berisi, tapi mimpipun dia tidak mengira kalau kepandaian lawan sehebat itu, dengan muka kelam membesi diamatinya sibaju putih yang entah sejak kapan sudah kembali duduk dipunggung kudanya. kalau diceritakan mungkin terasa lama, tapi sesungguhnya kejadian ini seakan hanya berlangsung sekejab mata. meski begitu hawa amarah dan penasaran tidak lagi dapat ditahan, dengan mencabut pedangnya dia mendahului melesat ke depan memimpin kawan-kawannya menyerbu, ''Serang.!''

Kalau tadi sibaju putih hanya menunggu serangan, kini dia tidak lagi tinggal diam, tubuhnya berkelebat cepat menyongsong lawan, pertarungan serupun terjadi dijalan itu.

Dibandingkan lainnya tentu ilmu silat yang dimiliki wakil kelompok Garuda Merah jelas lebih tinggi, maka tak heran kalau serangan pedangnya ganas dan cepat seakan berubah menjadi lima buah disertai sambaran angin tajam menyayat udara, dalam kemarahannya dia telah mengeluarkan salah satu jurus ilmu pedang terhebat miliknya yang dinamai jurus 'Lima Sambaran Petir Maut.!' selama ini sangat jarang orang yang sanggup selamat dari serangan ini, kalau toh ada mereka pasti terluka parah.

Demikian pula sekarang, perhitungannya jika sibaju putih yang dia perkirakan masih muda likuran tahun ini lolos dari jurusnya, maka golok dan pedang kawan-kawannya yang bakal merajam tubuhnya. membayangkan itu dia tertawa buas .''Haa ha Mati kau keparat,!''

Di saat itulah sibaju putih sapukan tangan kirinya kemuka, segulung asap putih pekat berhawa panas menderu melabrak balik gempuran lawan, sementara tangan kanannya yang sedari tadi diam bergerak membabat kiri kanan, selapis cahaya hitam menyusup ketengah sarangan jurus pedang sang wakil, 'Traang, trang.! satu pedang patah empat golok mental, sementara pemiliknya terkapar dengan usus terburai, perut robek menghitam.!

Garuda melawan ular

Serangan sibaju putih tidak berhenti sampai disitu saja, dengan gerakan meliuk-liuk selincah ular berbisa dia berkelebat cepat diantara sambaran senjata lawannya yang masih mengancam, saat sekali lagi kedua tangannya bergerak bersilangan maka cahaya hitam dan kabut putih pekat berhawa panas kembali menyambar,

'Whuuss, Traang.!'

Kembali tiga orang terjungkal roboh, yang dua langsung mati dengan tubuh bengkak melepuh mengeluarkan asap tipis, yang seorang lagi masih sempat mengerang berkelojotan sambil pegangi dadanya yang robek menghitam sebelum nyawanya terbang ke akhirat.

Pucat pias wajah wakil kelompok Garuda Merah, bersama dua rekannya yang masih hidup dia berusaha keluar dari kalangan pertarungan, tetapi lawan terus memburu tanpa ampun, pedangnya yang sudah patah separuh makin membuatnya terdesak hebat, meski pertarungan itu belum berlangsung lama tapi sudah membuat sekujur tubuhnya mandi keringat, jurus serangan sibaju putih yang ganas dan aneh seperti gerakan ular membuat mereka mati kutu. saat itulah terdengar suara bentakan keras disertai gelombang angin kemerahan menyambar bagai bara api yang langsung memotong ke tengah pertarungan.

Tubuh sibaju putih mencelat, dia sempat bersalto dua kali sebelum jejakkan kakinya dengan mantap ke tanah, wakil perkumpulan dan kedua kawannya juga terpental dan jatuh bergulingan tapi nyawanya selamat dari kematian. dia merasa lega karena tahu sang ketua perkumpulan Garuda Merah sudah turun tangan menolong mereka bertiga,

''Kali ini jangan harap kau bisa lolos dari maut, karena ketua kami akan segera menghabisimu.!'' batin si wakil geram.

Kini ditengah kalangan sudah bertambah seorang lagi, sesosok lelaki tinggi besar setengah tua berjubah merah, anehnya meski rambut dan brewoknya masih tampak hitam tapi alisnya justru berwarna merah. sama seperti pakaian para anggotanya di bagian dada kiri bajunya tersulam gambar burung garuda berwarna merah sedang membentangkan sayapnya. nama sebenarnya Ki Wikalpa, tapi dalam dunia persilatan orang ini lebih dikenal dengan julukan 'Garuda Alis Merah.' sekaligus ketua perkumpulan pengawalan barang Garuda Merah.!

''Akhirnya kau keluar juga, tapi apa tidak terlalu lambat sampai anak buahmu tinggal segelintir.?'' sindir sibaju putih.

''Tidak ada kata terlambat untuk membunuh bocah tengik sepertimu.,!''jawab Ki Wikalpa bengis. ''Tapi sebelumnya cepat katakan siapa dirimu, karena aku benci membunuh orang tak bernama.''

Yang ditanya tidak menjawab, melainkan perlahan menggerakkan tubuh dan kedua tangannya meliuk-liuk seperti seorang penari ular, gerakan ini diakhiri dengan kuda-kuda tubuh setengah membungkuk, telapak tangan kiri rapat menghadap ke bawah maju didepan dada membentuk kepala ular, sedang tangan kanannya yang entah sejak kapan memegang sebilah pedang pendek bersinar hitam menggidikkan mengarah kebelakang, sikapnya seperti seekor ular sendok yang hendak mematuk mangsanya.

Melihat hal ini Ki Wikalpa tanpa sadar tersurut mundur sementara wakilnya yang masih berusaha bangkit malah jatuh terduduk dengan muka pucat ketakutan.

''Kalian mengenaliku.,?'' tanya sibaju putih.

''Pantas saja kau berani mencari perkara

dengan perkumpulan Garuda Merah, rupanya kau inilah yang dipanggil dengan sebutan 'Si Ular Sakti Berpedang Iblis' dari Kelompok 13 Pembunuh.!'' jawab Ki Wikalpa atau Garuda Alis Merah sambil berusaha tenangkan hatinya yang sempat kaget.

Kalau Ki Wikalpa masih dapat tenangkan diri, tidak demikian dengan wakilnya yang bernama Sabarewang, sebagai orang yang sudah berpengalaman dia tentu tahu nama Kelompok 13 Pembunuh berikut sepak terjangnya yang menggegerkan dunia rimba persilatan saat itu.

Di dalam dunia persilatan ada beberapa pendekar atau kelompok yang bekerja sebagai pembunuh bayaran, namanya juga pembunuh bayaran, mereka mau diperintah untuk menghabisi siapapun asalkan dibayar mahal. diantaranya yang paling terkenal dan ditakuti adalah 'Kelompok 13 Pembunuh,!

Seperti namanya kelompok ini terdiri dari tiga belas orang yang semuanya memiliki tingkat ilmu silat sangat tinggi. kalau pembunuh bayaran lain selalu menjaga kerahasiaannya saat beraksi, maka tidak demikian dengan perkumpulan 13 Pembunuh, mereka berani menjalankan aksinya terang-terangan, sudah banyak sekali korban mereka baik dari kalangan hitam mupun putih, baik rakyat jelata sampai pejabat kerajaan.

Bahkan ada kabar yang mengatakan saat kerajaan Majapahit runtuh oleh serbuan pasukan pemberontak kira-kira tiga tahun lalu, kelompok 13 Pembunuh juga turut ambil bagian, mereka disewa untuk menghabisi prajurit dan pembesar kerajaan, sejak saat itulah mereka seakan menghilang tak karuan rimbanya. meski demikian nama 13 Pembunuh masih tetap saja angker.

Sungguh tidak disangka setelah lebih tiga tahun lenyap, kini satu diantara mereka tiba-tiba saja muncul dijalanan sepi ini, tapi apa tujuannya, selama ini mereka kemana, lalu apakah ada anggotanya yang lain di sini?' demikian Ki Wikalpa dan wakilnya berpikir.

''Kalian jangan takut., aku cuma sendirian disini.,!'' ujar sibaju putih atau Ular Sakti Berpedang Iblis setengah mengejek, seakan dia tahu apa yang dipikirkan lawannya.

''Kurang ajar siapa yang takut, sekalipun ada kawanmu yang lain datang kemari juga akan kuhabisi sekalian,.'' bentak Ki Wikalpa.

''Ouh begitu., kau yakin mau bertemu mereka sekarang.?''

Tanpa sadar Ki Wikalpa menoleh sekeliling tempat, diam-diam dia merasa kawatir juga, untuk menghadapi Si Ular Sakti saja dia belum tentu sanggup, apalagi jika benar ada yang lain di sini.

''Hee he.,bicaramu besar tapi nyalimu kecil, mendingan sekarang juga kau bunuh diri saja menyusul anak buahmu.''

''Keparat,! hari ini kalau bukan kau maka aku yang mati..''

''Bagus., garuda bertemu dengan ular, kita lihat siapa yang duluan jadi bangkai.!''

Begitu ucapannya habis Ular Sakti Berpedang Iblis langsung menggebrak, asap putih pekat dan sinar hitam mendahului serangannya, Garuda Alis Merah tak mau kalah dengan keluarkan suara pekikan tinggi dia sambut serangan lawan dengan cabikan jari-jarinya yang berkuku panjang kemerahan pertanda mengandung racun ganas dan tajam melengkung bagai cakar burung garuda, dia tidak pernah memakai senjata karena sepasang cakarnya selain beracun juga sekeras baja.!

Pertarungan yang lebih sengit terjadi, meski hanya melibatkan dua orang tapi pelakunya adalah para pesilat kelas atas, maka tak heran kalau dalam sekejap saja keduanya seakan menjadi dua bayangan merah putih yang saling gulung, belasan jurus berlalu dengan cepatnya. Ki Wikalpa menjadi makin geram, menghadapi Si Ular Sakti yang masih muda saja dia merasa kesulitan, bahkan perlahan makin terdesak, tak mau malu didepan anak buahnya Garuda Alis Merah cepat merobah serangannya.

Dengan mementang kedua cakarnya kiri kanan Ki Wikalpa bermaksud keluarkan satu Aji Kesaktiannya, saat kedua tangannya yang berkuku tajam kemerahan itu.menghantam maka sepuluh larik cahaya merah berhawa panas dan busuk membersit ganas kedepan, 'Aji pukulan 'Garuda Upas Geni.!' ketiga anak buahnya berseru saat mengenali ilmu pukulan yang digunakan ketuanya, mereka mengetahui betul kehebatan ilmu ini, karena siapapun yang terkena dia akan mati dengan tubuh tercabik dan membusuk keracunan.!

Sadar akan bahaya yang mengancamnya, Si Ular Sakti Berpedang Iblis buru-buru menghindar kesamping, meski selamat tapi bahu kanannya sempat tersambar angin pukulan lawannya hingga tersayat dan mengeluarkan darah kehitaman, lengannya terasa kaku, pedangnya hampir terlepas, aji pukulan 'Garuda Upas Geni' yang lewat menyambar rimbunan semak belukar liar hingga mengeluarkan suara 'Cheess.,chess' lalu membusuk dan mengering.!

Hal ini tidak lepas dari pandangan Ular Sakti, sekali lagi dia membuat gerakan meliuk-liuk cepat seperti ular, ini adalah jurus bertahan sekaligus bersiap balas menyerang. dengan keluarkan suara mendesis keras tangan kirinya menghantam kedepan, segulung cahaya dan asap putih panas membentuk kepala ular kobra menyambar dahsyat.

''Pukulan 'Kobra Penggerogot Mayat.!'' jerit Ki Wikalpa serta anak buahnya bersamaan. meski dia tahu kehebatan ilmu pukulan lawannya ini, tapi tidak ada waktu lagi baginya untuk menghindar, karena saat itu dia sudah yakin bakal menang hingga terlanjur mendesak maju, dengan nekat Ki Wikalpa bermaksud adu jiwa, sekali lagi dia lepaskan Ajian 'Garuda Upas Geni' maka tak ampun lagi dua kekuatan dahsyatpun bertemu.!

'Whuuss, whuuss,.Blaaamm.,!

Dentuman keras di iringi suara jeritan parau terdengar, dua sosok tubuh terpental kebelakang, Si Ular Sakti Berpedang Iblis jatuh terkapar, caping bambunya lepas, bajunya putihnya robek tersayat-sayat bercampur darah.

Sementara di jurusan lain Ki Wikalpa atau Garuda Alis Merah terlihat mengerikan, tubuh ketua Perkumpulan Garuda Merah itu remuk melepuh, beberapa bagian ada yang gosong terkoyak hingga kelihatan tulang belulang, nyawanya amblas sebelum tubuhnya jatuh ke tanah. inilah akibat dari ilmu pukulan 'Kobra Penggerogot Mayat.!'

Hening sesaat lamanya, angin berdebu yang berhembus seakan menyadarkan ketiga anggota perkumpulan Garuda Merah yang masih hidup, perlahan mereka bangkit lalu bergerak mendekati Si Ular Sakti yang masih terkapar, ''Hee he., begitu kita membunuh orang ini maka selain dendam ketua dan kawan-kawan kita terbalaskan, kita juga akan mendapatkan imbalan besar dari para musuhnya..'' ujar Sabarewang sambil memutar-mutar pedangnya yang patah.

''Benar juga., malah kudengar ada satu kerajaan di jawa barat yang menginginkan kepala anggota 13 Pembunuh, selain imbalan siapa tahu kita bisa minta jabatan di kerajaan itu..''

''Kalau sudah rejeki memang tidak akan lari..'' timpal dua orang lainnya lalu tertawa bergelak sambil membayangkan harta dan kedudukan yang bakal mereka peroleh.

''Memang benar., jika nasib sedang mujur tanpa susah payah rejeki itu bisa datang sendiri seperti sekarang, sebaliknya kalau nasib lagi sial, untung tak dapat nyawapun bisa minggat.,Hak., haa, haa.!''

Orang ke 6, 12 dan 13

Bukan kepalang kagetnya ketiga orang itu saat mendengar suara tawa membahana yang mengguncangkan seantero tempat itu, bersamaan ketiganya menoleh ke belakang, dari sana terlihat satu sosok tinggi besar luar biasa mendatangi dengan langkah berat hingga timbulkan suara berdebum di bumi.!

Saat sampai disana barulah terlihat jelas sosoknya.,

Dari pada disebut sebagai manusia, orang yang baru datang ini lebih pantas dibilang raksasa, ukuran tubuhnya mungkin 2-3 kali lipat lebih besar dan tinggi dari manusia umumnya, tampangnya seram dan hitam berminyak, matanya tinggal sebelah kiri dan selalu melotot, hidung besar beringus, gigi tongos bersiung dan berambut gimbal. lelaki raksasa ini memakai pakaian dari kulit serigala yang kancingnya terbuat dari tulang, dia memanggul sebuah gada besi berduri yang sangat besar, bau busuk apek tercium dari tubuhnya, mungkin mahluk ini sudah lebih sebulan tidak mandi.

Tanpa sadar ketiganya menyurut mundur, ''Setan alas dari mana ini, sudah jelek nggak ketulungan dan bau lagi..'' batin ketiganya. meski merasa sebal dan muak, mereka juga ngeri melihat sosok raksasa di depannya.

Ternyata mahluk raksasa itu hanya berhenti sebentar saja didepan mereka lalu melangkah mendekati tubuh Si Ular Sakti yang baru bangkit dan kini sedang duduk bersila sambil berusaha mengobati lukanya. dia seakan tidak melihat kedatangan raksasa bergada besi ini.

''Dari dulu aku paling benci denganmu, Sudah terluka begini tapi sikapmu tetap saja menganggap remeh diriku, kalau sekarang tidak kuberi pelajaran kesombonganmu akan semakin menjadi.!'' tegur si raksasa dengan suaranya yang keras bergemuruh seperti guntur, dari ucapannya sepertinya mereka sudah saling kenal.

Si Ular Sakti terbatuk-batuk lalu membuang ludah bercampur darah, dia seakan sengaja meludah diatas kaki si raksasa, karuan raksasa ini menjadi gusar dan mengamuk, tapi tiga orang cepat menahannya, ''Jangan berani melakukan apapun padanya, orang ini sudah jadi milik kami bertiga.!''

''Kepalanya berharga mahal., dan kita tidak berniat membaginya denganmu.!''

''Cepatlah minggat dari sini, lebih baik lagi kalau kau mandi, bau badanmu membuat kami mau muntah.'' kata Sabarewang si wakil perkumpulan Garuda Merah dan kawannya menghadang sambil lintangkan senjata.

Mahluk besar ini balikkan badannya, mulutnya menyeringai lebar menunjukkan giginya yang tongos dan kotor lalu tertawa bergelak. ''Jahanam busuk, apa yang sedang kau tertawakan,?'' bentak orang yang berdiri disebelah kanan Sabarewang.

Sebagai jawabannya Gada besi berduri tajam yang terpanggul dibahu kanan si raksasa diayunkan kedepan, 'Whuut.,whuut, whuuut.!'

Ketiga orang ini sama sekali tidak menduga kalau raksasa ini akan menyerang, sebisanya mereka menghindar, meski kepala ketiganya selamat, tapi tubuh mereka sampai jatuh terjengkang dihempas angin serangan gada yang keras bagai hembusan topan, serentak mereka bangkit menerjang dari tiga penjuru, dua golok membabat pinggang, sementara pedang buntung Sabarewang langsung menusuk perut si raksasa,!'

'Traakh.,traang. !'

Yang diserang bukannya terluka, malah senjata ketiga orang itu laksana membentur batu gunung.

''Edan., raksasa keparat ini punya ilmu kebal.!'' seru Sabarewang kaget sekaligus ngeri kala mendapati senjata ketiganya tidak mampu menembus kulit tubuh mahluk itu. ''Apa yang harus kita perbuat sekarang,?'' tanya lainnya tak kalah bingung dan takut, tangannya sakit kesemutan, goloknya sampai gempil dan hampir lepas.

''Kalau masih sayang nyawa secepatnya kalian kabur, dia bukan tandingan kalian bertiga,!'' ujar Si Ular Sakti yang telah bediri sambil terbatuk-batuk, mungkin lukanya belum sembuh benar, caping bambunya yang terlepas membuat wajah aslinya terlihat jelas.

Kalau dibilang sangat tampan, pemuda yang mungkin baru berumur dua puluh lima tahunan ini juga tidak termasuk, apalagi air mukanya dingin dan agak pucat, selembar ikat kepala kulit ular hitam melilit dahi dan rambutnya yang juga hitam dan gondrong. tapi kalau sebut jelek juga kebangetan, Mungkin bisa dibilang pemuda bergelar 'Ular Sakti Berpedang Iblis' ini adalah seorang pemuda yang menarik, wajahnya seakan memancarkan perpaduan antara kebaikan dan kejahatan, kekerasan dengan kelembutan, kekejaman juga welas asih.

''Diantara 13 Pebunuh, raksasa buas ini yang paling gemar memecahkan kepala orang, bahkan kalau sedang kelaparan dan kumat gilanya dia juga suka memakan daging korbannya.!''sambung si Ular Sakti.

Kalau yang dua orang hanya saling pandang tak mengerti, lain halnya Sabarewang, dia cepat menyadari siapa adanya raksasa ini, mukanya yang ketakutan membuatnya semakin bertambah jelek, ''Celaka., sial benar nasibku, seharusnya aku sudah tahu siapa adanya raksasa ini dari awal, aku harus segera kabur darinya..'' batinnya kebat-kebit, lalu putar tubuhnya dan lari terbirit disusul kedua temannya.

''Huaa, haa ha'.,kalian hendak kabur,? Sudah terlambat.,!'' mulut bicara tubuhnya melompat, jangan dikira badannya sangat besar, gerakannya ternyata cukup enteng, saat melewati kepala orang, gadanya bergerak mengayun, 'Prak.,Krak.!' tanpa sempat bersuara dua orang langsung tumbang dengan batok kepala rengkah dan darah otak berhamburan.

''Ampun., jangaan.!'' rengek si wakil sambil berlutut menyembah-nyembah minta ampun karena sadar tidak ada gunanya melarikan diri.

''Hek.,heek.,' Apa kau sudah tahu siapa aku.?''

''Iya.,tentu hamba tahu siapa tuan besar yang gagah perkasa dan tanpa tandingan ini.!'' jawab si wakil terbata.

''Huaa.,haa, haak., Bagus.,bagus., katakan siapa aku.?'' tanya raksasa itu, sepertinya pujian Tuan besar gagah perkasa dan tanpa tanding itu telah menyenangkan hatinya.

''Tuan adalah 'Si Gada Rahwana' orang ke enam dari kelompok 13 Pembunuh.!''

Seandainya saja ada orang rimba persilatan mendengarnya, hampir pasti mereka akan menjauh atau kabur dari sana, bagaimana tidak 'Gada Rahwana' adalah nama yang sangat ditakuti karena kekejamannya yang diluar batas kemanusiaan, selain itu otaknya agak bebal dan gila hingga suka berbuat semaunya, jangankan dari golongan putih, kaum pesilat kalangan hitam saja malas berurusan dengannya, dari 13 Pembunuh kabarnya raksasa ini yang paling buas.

''Kau sudah menyenangkan hatiku, sekarang kuijinkan dirimu untuk bunuh diri.!''

Lemas sudah si wakil, dipikirnya dengan menyanjung Gada Rahwana, dia bisa lolos dari kematian, akhirnya dengan nekat dia menerjang kemuka, jurus 'Lima Sambaran Petir Maut' kembali digunakan, lima tusukan pedangnya berhasil mengenai tubuh 'Gada Rahwana' tapi tak mampu menembus kulit. dengan sebelah tangan Gada Rahwana menangkap tangan Sabarewang.yang memegang pedang, meremas sekaligus membantingnya ke tanah.

Orang itu meraung kesakitan tangannya remuk, bantingan tadi juga mematahkan bahunya.

Dia pasrah saat lawan hendak mengepruk, sesaat lagi kepalanya pecah, selarik kilatan cahaya hitam menyambar lewat memotong.

'Wuut.,Traang.,!'

''Bocah hina., kau berani menantangku,?'' rutuk Gada Rahwana murka, karena serangan tadi bukan hanya menghadang gadanya tapi juga mampu melukai jarinya, ''Orang menyebutku 'Ular Sakti Berpedang Iblis' karena senjataku ini bukan pedang sembarangan, dia mampu memotong apapun, termasuk juga batang lehermu, lepaskan saja dia, hari ini sudah terlalu banyak orang yang mati terbunuh.,!''

''Apakah kau mau menentang perintah

'Si Nomor Satu., Ketua yang memberi perintah padaku mengurusi masalah ini tapi kau berani mencampurinya, kau belum kapok.?'' Bentak Si Ular Sakti menuding mata kanan Gada Rahwana yang tinggal rongga.

Gada Rahwana tersurut mundur, marah bercampur takut ''Ketua sudah kembali muncul, kenapa aku belum pernah dengar berita ini.,?''

''Hemm.,rupanya kejadian Ketua mencongkel sebelah matanya beberapa tahun silam membuatnya takut benar dengan Si Nomer Satu..'' Batin Ular sakti.

''Meskipun kau ini gila, tapi bukan raksasa dungu yang ingin mengalami hal yang sama kedua kalinya. segeralah menyingkir dan jangan pernah muncul lagi,!''

Diluar dugaan Gada Rahwana menurut saja, dia melangkah pergi dengan lesu, tapi baru beberapa tombak jauhnya dia mendadak hentikan kakinya. ''Kau benar. aku mungkin gila, tapi jangan pikir dapat menipuku bocah keparat, Nomor Satu yang menyebut dirinya Ketua 'Kelompok13 Pembunuh' itu sudah lama menghilang, mati hidupnyapun tak ada kabarnya, lagi pula kita tidak pernah tahu siapa manusia setan itu sesungguhnya..''

''Jadi kenapa aku mesti takut.,?'' bantah Gada Rahwana seraya balikkan badan. 'Lagi pula luka dalammu belum pulih benar, jadi akan lebih mudah bagiku untuk menghabisimu.!'

''Kau takkan sanggup membunuhku.'' ujar Ular Sakti sembari terkekeh.

''Kenapa tidak.,?'' Gada Rahwana menggembor marah sambil putar gadanya keatas kepala menimbulkan gulungan angin kencang laksana topan beliung lalu dihantamkan ke bumi. 'Whuuuk.,whuuk.,Glaaar.!'

Tanah bebatuan ditempat itu porak-poranda dilanda amukan Gada Rahwana, kekuatannya sampai membuat pinggiran hutan jati ikut bergetar nyaris tumbang, belasan mayat angota Garuda Merah bermentalan, jalanan itu seperti diterpa angin beliung dahsyat, inilah ilmu 'Rahwana Ngalebur Jagat' andalan Si Gada Rahwana.!'

Ular Sakti jejakkan kakinya sampai amblas ke tanah, dia tahu betul disaat begini hanya punya satu kesempatan untuk menyerang balik, dia harus bertahan sampai jarak dirasa cukup, tapi ini bukan hal yang mudah, sebenarnya dia bisa menghantam dengan pukulan 'Kobra Penggerogot Mayat' tapi tenaga dalamnya belum pulih, dia cuma bisa andalkan pedangnya.

Saat lawan semakin dekat dan angin topan makin mendesak hebat, Ular Sakti salurkan seluruh tenaga dalam ke pedang Iblisnya. lalu dilempar kedepan, sasarannya hanya satu titik, hidup matinya ditentukan dalam satu serangan ini.

Tubuh Si Ular Sakti yang kehabisan tenaga terhempas keras hingga menabrak sebuah pohon jati, pedang Iblis hitamnya meluncur secepat halilintar menembus gulungan angin topan Gada Rahwana, hanya terdengar jeritan parau saat pedang menusuk mata kiri raksasa itu sampai tembus ke belakang kepala, tubuhnya berputar-putar lalu jatuh terkapar, pertarungan para pesilat kelas atas kadang malah tidak berlangsung lama. hidup mati, kalah menang bisa ditentukan hanya dalam sekejab mata.

Sabarewang ternganga, seumur hidupnya baru sekarang dia mengalami kejadian sehebat ini, dengan merangkak dia berusaha mendekati tubuh Si Ular Sakti, meski tergeletak luka dalam tapi jelas masih bernafas. ''Luar biasa pemuda ini, sampai begini rupa, tapi dia masih sanggup bertahan hidup.,'' batin orang itu kagum, lalu berusaha menyadarkan si pemuda, dan usahanya berhasil, perlahan sepasang mata Si Ular Sakti terbuka. ''Sepertinya kepalaku memang menjadi milikmu,,'' katanya sambil terbatuk.

''Saudara kau jangan banyak bicara dulu, sebaiknya cepat pulihkan tenagamu.''

''Apa kau tidak menyesal kalau nanti aku pulih bakal menghabisimu, tidak tertarik lagi dengan harga kepalaku,?'' tanya Si Ular Sakti.

''Kalau tidak karena pertolonganmu, apakah kepalaku masih utuh ditempatnya.? meski aku bukan manusia suci, tapi masih tahu balas budi..!"

''Tanganmu remuk, lukanya parah mungkin kau akan cacat,!'' kata sipemuda lalu ambil tiga butir obat berwarna merah dari sakunya dan langsung ditelannya. dengan bersila dia atur pernafasan, dari ubun-ubun kepalanya keluar asap tipis berwarna kemerahan, keringat membasahi tubuhnya, sepeminum teh kemudian dia membuka matanya, air mukanya yang pucat terlihat lebih segar.

Perlahan dia bangkit lalu berjalan menghampiri mayat Gada Rahwana, dengan menghela nafas dia cabut pedangnya yang menancap di mata kiri Gada Rahwana sambil membatin ''Walau bagaimanapun juga kau tetap rekanku satu perkumpulan, aku tidak ingin membunuhmu tapi kau yang memaksa.!''

Saat melihat wajah buruk Gada Rahwana dia jadi tertawa sendiri. ''Tadi kau bertanya kenapa tidak akan sanggup mengalahkan aku.?'' jawabannya mungkin karena aku jauh lebih tampan darimu, ''Hee hee he.!''

''Dari dulu Si Ular Sakti Berpedang Iblis, Si Nomor Tiga Belas dari Kelompok 13 Pembunuh' adalah seorang yang dingin angkuh, tapi tidak kusangka dia juga percaya diri menyebut wajahnya sendiri tampan, membuat orang ingin tertawa' Hii.,hi, hi., lucu banget.,!''

Satu suara berseling tawa merdu menggema menggetarkan sukma, dari suaranya jelas dia seorang wanita. hebatnya suara tawa mengikik ini seakan terdengar dari delapan penjuru membuat orang sukar menebak asal suara, pertanda pemiliknya punya kemampuan tinggi.

Si Ular Sakti terdiam kaku, aliran darahnya seakan dingin membeku, meski sudah lama tidak bertemu, tapi dia tahu betul siapa wanita pemilik suara itu, karena orang ini juga pernah menjadi bagian dari masa lalunya, bahkan mungkin pernah menggores hatinya.

''Sungguh tidak kusangka hari ini aku bisa berjumpa lagi dengan dua kawan lama.' sayang tidak ada tuak atau makanan lezat untuk merayakannya.'' kata Si Ular Sakti setelah tenangkan hatinya.

''Hiik hi, hii, sejak kapan nomor tiga belas yang paling tidak berperasaan berubah ramah.?''

''Sejak kapan pula 'Dewi Malam Beracun' Si Nomor Dua belas' Kelompok '13 Pembunuh' main rahasia dan ikut campur urusan orang.?'' Balas Si Ular Sakti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!