BAB 13 : Bu Retno

Bayang-bayang Nur semakin nyata mengusik angannya. hingga tak terasa mata terkatup membawanya ke alam mimpi.Tak sangka baru tersadar waktu menjalang fajar.

Dia hanya mampu bergumam sendiri dalam sepi. Ah ... ternyata semuanya masih berupa mimpi. Belum sepenuhnya aku mengikatnya dan menjadi milikku secara sempurna.

Berlahan Andre beranjak dari ranjang, mengusap wajahnya dengan sentuhan tangan yang berisikan doa. Lalu membasuh dengan sempurna, dengan dinginnya air yang bercampur embun pagi yang telah merata turun bersama pekatnya malam.

Adakah rasa kan tepat bila aku ungkap pada saat ini, kepada pemilik cinta dari segala cinta.

Lenaku berpasrah pada inginNya yang berupa qudrat irodah yang senantiasa mengiringi kaki melangkah. Dalam indah nikmat yang terhampar sempurna tanpa cela.

Bila saat itu kan nyata mengantar dirimu dalam pelukku yang berharap sempurna akan cinta yang mengantarkan kita pada ridhoNya. Aku akan bersabar.

Dan kini tinggal selangkah, cinta ini menjadi nyata. Aku bermohon padaNya agar terhindar dari angan yang tiada hanif untuk memilikimu. Ku harap dirimu juga demikian.

Tak beda dengan Nur saat ini.

Di dalam sepertiga malam, kembali dia bermunajat. Membisikkan kerinduan akan cinta, dalam alunan tasbih yang coba dia ucapkan dalam doa.

Agar pilihannya saat ini membimbing dalam kebenaran yang nyata. Dan memohonkan jalan kemudahan dalam mewujudkannya.

Dia baru beranjak manakala sayup-sayup terdengar suara adzan awwal sebelum subuh dan juga alunan ayat-ayat suci al Qur'an. Yang dikumandangkan dari masjid dekat tempat tinggalnya.

Sebentar dia keluar kamar menuju dapur yang sudah tampak terang. Ada bu Farhan di sana. Sedang masak air, yang akan dia gunakan untuk mandi.

"Kamu sudah bangun, Nur."

"Injjih, Ibu. Biar Nur yang siapkan. Mumpung Nur di rumah."Kata Nur.

Manakala air telah mendidih, dia segera menyiapkan bak di kamar mandi. Dan mengisinya dengan sedikit air dingin yang mengalir selalu dari sumbernya langsung.

Setelah semua siap, dia mengangkat panci yang berisi air mendidih itu, memasukkannya ke dalam bak.

"Sudah siap, Bu."

"Terima kasih, Nduk."

Lalu bu Farhan masuk ke kamar kamar mandi, meninggalkan Nur yang sedang menyeduh teh manis untuk mendapat kehangatan. Agar dapat mengusir dingin yangn mulai menembus kulit arinya.

Maklumlah rumah terletak di kaki pegunungan, udara amat dingin dia rasakan.

Tak lama kemudian, adzan subuh terdengar. Pak Farhan terlihat keluar kamar dengan pakaian yang telah rapi, bersiap-siap menuju masjid.

"Bu ne, aku duluan." ujarnya berpamitan.

"Iya Pak. Aku berangkat dengan Nur."

"Ayo Ndduk." kata bu Farhan pada Nur yang masih asyik menghabiskan tehnya.

Bu Farhan kini tampak lebih segar. Dengan cepat beliau kembali ke kamarnya untuk mengambil mukena.

Demikian pula dengan Nur. Dia cepat-cepat ke kamarnya untuk memperbaiki wudhu dan mengambil mukena.

Berdua mereka melangkah keluar rumah menuju masjid, untuk sholat subuh berjamaah.

Usai melaksanakan sholat, mereka bertiga kembali ke rumah. Setelah meletakkan rukuh, Nur kembali ke dapur untuk membuatkan pak Farhan semug kopi hitam kesukaannya.

Meletakkannya di meja ruang terngah. Dimana pak Farhan kini sedang santai membaca sebuah buku.

"Makasih, Ndduk." kata pak Farhan tanpa menoleh.

"Nggeh, Bapak."

Nur kembali lagi ke dapur hendak meletakkan napan. Bertemu dengan bu Farhan.

"Nur, kita jalan-jalan yuk. Nanti mampir ke sawah. Metik sayuran."

"Oke, Bu." kali ini Nur memakai kata-kata nggak resmi-resmi amat. Cenderung milenial. Kata anak zaman sekarang.

"Pakne, aku jalan-jalan disek."

"Yo. Ojo suwe-suwe. Mengko keburu Nadya teko."

"Nggih, Pakne." dengan nada yang sedikit menggoda.

Membuat Nur tertawa manis. So sweet banget aku punya bapak dan ibu. Bisik hatinya yang paling dalam, hingga tak ada seorangkan bisa mendengarnya ... he ... he ... he ....

Suasana masih terlihat gelap dan sunyi, manakala mereka berdua melangkahkan kaki menyusuri jalanan setapak yang ada di tengah-tengah persawahan.

Meski berlahan semua itu sirna seiring dengan munculnya mentari yang malu-malu menyapa dunia.

Dari ufuk timur dia menampakkan senyumnya. Mengusir gelap yang merayam cepat meninggalkan persada. Guna memberi kesempatan pada surya untuk melukiskan warna pada setiap yang dilewatinya.

Demikian juga dengan embun pagi yang telah turun merata di gelapnya malam, kini berlahan sirna oleh cahaya surya yang berkenan menyapanya.

Berdua mereka berjalan memutari kampung kecil itu sebanyak satu kali, mereka berdua turun ke huma. Mengambil sayuran. Setelah dirasa cukup, mereka kembali ke rumah.

Di tengah jalan, langkah mereka terhenti. Terlihat bu Retno mengejarnya.

"Bu ... Bu Farhan."teriaknya memanggil.

Nur dan bu Farthan menghentikan langkah, berbalik menatap bu Retno yang mengejarnya.

"Ada apa, Bu Retno?"

"Bagaimana dengan lamaran anak saya, Anwar. Apakah diterima?"

Nur yang tak menyangka akan pertanyaan itu hanya menunduk dan menoleh pada ibunya.

Dengan bijak bu Farhan menjawab.

"Maafkan kami bu Retno."

"Maksudnya?"

"Sebagai orang tua kadang kala harus mengalah. Karena yang kita inginkan belum tentu sama dengan yang mereka ingin."

"Ditolak, gitu."

"Hari ini Nur akan dilamar. Dengan lelaki yang sudah menjadi pilihannya."

"Bukankah aku terlebih dulu datang memintamu, Nur."

"Maafkan Nur, bu Rento. Nur tidak tahu."

Terlihat kekecewaan yang amat sangat di wajahnya.

"Kalian itu keluarga nggak tahu diuntung. Dilamar orang sukses nggak mau." katanya berang.

"Bukan begitu, bu Retno. Mungkin mereka belum berjodoh." jawab bu Farhan setenang mungkin.

"Kamu tu ya Nur. Kita sekampung ini sudah tahu kalau kamu itu anak yang yang tidak tahu asal usulnya.Mungkin saja kamu itu anak ha*.. m yang nggak diharapkan orang tuamu. Hingga kamu ditinggal begitu saja di tengah sawah."

Hati siapa yang nggak sakit mendengar kata-kata itu. Wajahnya yang tegang dia sembunyikan di balik cadar. Berlahan air matanya jatuh menetes.

Demikian juga dengan bu Farhan. Amarahnya pun tak kuasa dibendung. Dengan keras dia berujar,

"Jaga ucapanmu, bu Retno. Sudah sering kata-kata itu kau lontarkan pada putriku. Mau dia ada orang tuanya atau tidak. Dia tetap putriku. Dan kamilah orang tuanya."

"Dan lagian juga kok buru-buru lamaran. Paling-paling ada sesuatu yang kalian sembunyikan."

"Astaghfirullah, bu Retno kok bisa ngomong seperti itu." Nur mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara.

"Itu kebenarannya. Nggak usah ditutup-tutupi."

"Maafkan. Kami tak seburuk yang ibu kira."

"Sebenarnya sejak dulu juga aku nggak setuju. Tapi karena anak bodoh itu, kami ingin melamarmu. Anak h*..m."

"Bu, kalau belum jelas kebenarannya, sebaiknya ibu jaga itu mulut." entah mengapa amarah ibu Farhan kali ini sulit reda. Menghadapi ocehan bu Retno yang sangat-sangat menyakitkan.

Untuk menghindari amarahnya berlanjut, bu Farhan menarik tangan Nur berlalu dari tempat itu.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

klo jadi mertua....semena2 tuh b retno julid

2023-05-10

0

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

minta di cabe tuch mulut ya bu Retno 😠

2021-05-18

1

Lia Rosita

Lia Rosita

Untung di tolak. Kalau diterima, nanti jd mertua nyinyir

2021-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Pulang
2 BAB 2 : Lamaran.
3 BAB 3 : Nur dan Aku
4 BAB 4 : Moment Pagi
5 BAB 5 : Kak Uya
6 BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7 BAB 7 : Rujakan
8 BAB 8 : Perhatian Andre
9 BAB 9 : Kangen
10 BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11 BAB 11 : Yang Tersimpan
12 BAB 12 : Langkah Nyata
13 BAB 13 : Bu Retno
14 BAB 14 : Lagi dan Usai
15 BAB 15 : Rombongan Tamu
16 BAB 16 : Bertemu Keluarga
17 BAB 17 : Persiapan
18 BAB 18 : Calon Menantu
19 BAB 19 : Hasil DNA
20 BAB 20 : Diikuti
21 BAB 21 : Bertemu Ulya
22 BAB 22 : Lupakan Kakak
23 BAB 23 : Persiapan
24 BAB 24 : Keraguan
25 BAB 25 : Penelusuran
26 BAB 26 : Janji Suci
27 BAB 27 : Kubawa Dirimu
28 BAB 28 : Aku Masih Takut
29 BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30 BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31 BAB 31 : Terseret Ombak
32 BAB 32 : Dimana Mas Andre
33 BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34 BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35 BAB 35 : Rela Melepasmu
36 BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37 BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38 BAB 38: ULYA POV
39 BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40 BAB 40: Belanja
41 BAB 41: Di Pusara Andre
42 BAB 42: Ungkapkan Rasa
43 BAB 43 : Papa Sofyan
44 BAB 44: Baby Twins
45 BAB 45: Aku Ingin Pulang
46 BAB 46 : Cari Makan
47 BAB 47 : Tentang Devra
48 BAB 48 : Selamat Tinggal
49 BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50 BAB 50 : Sandiwara Naura
51 BAB 51 : Malam Ini
52 BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53 BAB 53 : Insiden Kecil
54 BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55 BAB 55 : Rasaku
56 BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57 BAB 57 : Rindu
58 BAB 58 : Melahirkan
59 BAB 59 : Ibu yang bahagia
60 BAB 60 : Meminang
61 BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62 BAB 62 : Semua Harus Jelas
63 BAB 63 : Mustofa (POV)
64 BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65 BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66 BAB 66 : ke KBRI
67 BAB 67 : Keinginan Mustofa
68 BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69 BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70 BAB 70 : Semua Pergi
71 BAB 71 : Memendam Rindu
72 BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73 BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74 BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75 BAB 75 : Rumah Baru
76 BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77 BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78 BAB 78 : Luka Lama
79 BAB 79 : Kembali
80 BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81 BAB 81 : HAGYA
82 BAB 82 : Putri Kita
83 BAB 83 : Engkau Kekasihku
84 BAB 84 : Awal Cerita
85 BAB 85 : Akmal Menghilang
86 BAB 86 : Mencari Akmal
87 BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88 BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89 BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90 BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91 BAB 91 : Awal Perjalanan
92 BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93 BAB 93 : Kabar Akmal
94 BAB 94 : Akmal Ditemukan
95 BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96 BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97 BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98 Keluarga Tarzan
99 Rima
100 Utuh atau Berbagi
101 Krucil Ceria
102 Lanjut Untuk Rima
103 Dinner Ala Mustofa dan Rima
104 Ungkapkan saja
105 Restu Yang Sempurna
106 Sesuatu Tentang Mustofa
107 Memutuskan Hari H
108 Kenangan Masa Lalu
109 Dengan Vidio call
110 Ini Papa Sayang
111 ke Halim
112 Samperin Aja
113 Pengantin Baru
114 Tengah Malam
115 Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116 pengumuman
117 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1 : Pulang
2
BAB 2 : Lamaran.
3
BAB 3 : Nur dan Aku
4
BAB 4 : Moment Pagi
5
BAB 5 : Kak Uya
6
BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7
BAB 7 : Rujakan
8
BAB 8 : Perhatian Andre
9
BAB 9 : Kangen
10
BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11
BAB 11 : Yang Tersimpan
12
BAB 12 : Langkah Nyata
13
BAB 13 : Bu Retno
14
BAB 14 : Lagi dan Usai
15
BAB 15 : Rombongan Tamu
16
BAB 16 : Bertemu Keluarga
17
BAB 17 : Persiapan
18
BAB 18 : Calon Menantu
19
BAB 19 : Hasil DNA
20
BAB 20 : Diikuti
21
BAB 21 : Bertemu Ulya
22
BAB 22 : Lupakan Kakak
23
BAB 23 : Persiapan
24
BAB 24 : Keraguan
25
BAB 25 : Penelusuran
26
BAB 26 : Janji Suci
27
BAB 27 : Kubawa Dirimu
28
BAB 28 : Aku Masih Takut
29
BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30
BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31
BAB 31 : Terseret Ombak
32
BAB 32 : Dimana Mas Andre
33
BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34
BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35
BAB 35 : Rela Melepasmu
36
BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37
BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38
BAB 38: ULYA POV
39
BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40
BAB 40: Belanja
41
BAB 41: Di Pusara Andre
42
BAB 42: Ungkapkan Rasa
43
BAB 43 : Papa Sofyan
44
BAB 44: Baby Twins
45
BAB 45: Aku Ingin Pulang
46
BAB 46 : Cari Makan
47
BAB 47 : Tentang Devra
48
BAB 48 : Selamat Tinggal
49
BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50
BAB 50 : Sandiwara Naura
51
BAB 51 : Malam Ini
52
BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53
BAB 53 : Insiden Kecil
54
BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55
BAB 55 : Rasaku
56
BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57
BAB 57 : Rindu
58
BAB 58 : Melahirkan
59
BAB 59 : Ibu yang bahagia
60
BAB 60 : Meminang
61
BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62
BAB 62 : Semua Harus Jelas
63
BAB 63 : Mustofa (POV)
64
BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65
BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66
BAB 66 : ke KBRI
67
BAB 67 : Keinginan Mustofa
68
BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69
BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70
BAB 70 : Semua Pergi
71
BAB 71 : Memendam Rindu
72
BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73
BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74
BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75
BAB 75 : Rumah Baru
76
BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77
BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78
BAB 78 : Luka Lama
79
BAB 79 : Kembali
80
BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81
BAB 81 : HAGYA
82
BAB 82 : Putri Kita
83
BAB 83 : Engkau Kekasihku
84
BAB 84 : Awal Cerita
85
BAB 85 : Akmal Menghilang
86
BAB 86 : Mencari Akmal
87
BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88
BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89
BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90
BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91
BAB 91 : Awal Perjalanan
92
BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93
BAB 93 : Kabar Akmal
94
BAB 94 : Akmal Ditemukan
95
BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96
BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97
BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98
Keluarga Tarzan
99
Rima
100
Utuh atau Berbagi
101
Krucil Ceria
102
Lanjut Untuk Rima
103
Dinner Ala Mustofa dan Rima
104
Ungkapkan saja
105
Restu Yang Sempurna
106
Sesuatu Tentang Mustofa
107
Memutuskan Hari H
108
Kenangan Masa Lalu
109
Dengan Vidio call
110
Ini Papa Sayang
111
ke Halim
112
Samperin Aja
113
Pengantin Baru
114
Tengah Malam
115
Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116
pengumuman
117
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!