BAB 2 : Lamaran.

Seandainya aku bisa mengulur waktu, tak ingin ku berada di situasi saat ini. Kami belum pernah bertemu, tahu-tahu sudah lamaran.

Bagaimana mungkin, bapak dan ibu seakan tak berdaya, dengan kemauan calon besannya.

Meski hati bimbang, Nur keluar kamar juga. Dengan memakai baju yang diberi oleh Nadya. Ikut membantu Nadya mempersiapkan segala keperluan, dalam menyambut tamu yang akan datang.

Tapi kegelisahannnya, membimbing Nur Aini menghampiri ibu Farhan. Mungkin dia akan mendapatkan penjelasan, agar resah yang dia rasakan, bisa terkurangi.

Belum sempat dia ungkapkan apa yang dia pendam di dadanya. Ibu Farhan telah mendahului.

"Nur, maafkan ibu."

Nur memeluk bu Farhan, keinginan untuk bertanya dia urungkan. Rupanya itu juga menjadi beban bagi bu Farhan. Gerangan apa yang disembunyikan oleh bapak/ibu Farhan dariku.

"Tak apa-apa, ibu. Aku rela."

"Terima kasih, Nak. Semoga kelak engkau dapatkan kebahagiaan."

"Ibu tak bisa menceritakan siapa dia yang menginginkanmu. Yang ibu tahu mereka teman ayahmu. Yang telah lama di kerja di Oman."

"Apakah Nur harus ikut mereka ke Oman."

"Bukann begitu, Nak. Putranya yang akan menikah denganmu. Dia tidak ikut orang tuanya. Dia tinggal di Indonesia."

Kemudian ibu Farhan menyibukkan diri kembali. Mempersiapkan semuanya hingga rapi hingga deteil-deteilnya. Terkadang diselingi oleh keusilan keponakanku.

"Nek, ini boleh dicicipi?"

"Boleh."

Ternyata mencicipinya tidak cukup satu. Habis satu dimakan, ambil lagi. Hingga tak terasa kue satu toples tinggal separuh.

Kayaknya, waktu aku masih kecil, juga seperti itu dech ....

"Noval, Novi ... tamunya nanti tak kebagian dong."

"He ... he ... he ...." satu tangkup ada di tangan, baru mereka pergi meninggalkannya.

Sholat Isya sudah selesai dilaksanakan. Tampak orang-orang sudah mulai turun dari tempat sholat. Tak lama kemudian tamu yang ditunggu-tunggu datang juga.

Entah berapa banyak hantaran yang di bawa. Sampai-sampai kak Nadya dan diriku harus bolak-balik. Ditambah dengan Noval dan Novi yang membantu dengan hati riang.

Rupanya mereka keluarga besar, sehingga 2 mobil terlihat penuh terisi. Aku tak tahu ini lamaran atau kunjungan antar keluarga. Kok sebegini banyak orang yang diajak. Untunglah ibu menyiapkan cukup banyak hidangan.

"Nur, sini!" Ibu memanggilku.

Aku berjalan menghampirinya, duduk di sampingnya.

Setelah berbincang-bincang penuh kehangatan, layaknya dua keluarga yang sedang bertemu. Akhirnya acara resminya terutarakan dengan jelas.

Seoranag pria dengan membawa bingkisan yang terbungkus indah, berjalan melewati ruang tamu, tempat para pria bercengkrama menuju ke ruang tengah. Dimana kami, para wanita berkumpul.

"Nur, berdirilah!"

"Mbak Nadya." aku berbisik lirih pada kakak yang duduk di sampingku. Aku benar-benar ragu, tapi tak mampu berbuat apa-apa.

Mbak Nadya hanya menepuk lembut pundakku. Memberiku kekuatan. Meski aku rasakan bahwa dia juga sebenarnya ragu.

"Bismillah, Nur."

Aku memberanikan diri, untuk berdiri. Menghampiri lelaki itu yang telah tiba terlebih dahulu, di tengah-tengah antara ruang tamu dan ruang tengah.

Tak berani aku menatap pria itu. Entah dia tersenyum, entah dia gelisah seperti yang kurasa saat ini. Dengan keringan dingin yang mulai keluar di telapak tangan dan dahiku. Aku tak tahu ....

Sambil menyerahkan bingkisan itu, dia berbisik,

"Nur Aini fil Islam. Harusnya kamu buka cadarmu. Agar aku bisa melihatmu. Bukankah aku ke sini untuk melamarmu?!"

Subhanallah!...

Apa aku tak salah dengar. Ada apa dengan laki-laki ini. Meski yang dikatakannya benar. Tapi apa dia tahu, aku masih bingung dengan keadaanku saat ini. Kenal saja tidak.

Ya kalau bisa lanjut ke pernikahan, kalau tak ....

Rasanya kata-kata itu telah mengintimidasiku.

Untunglah aku memakai cadar, sehingga perubahan raut wajahku, tak ada yaang mengetahui.

"Kalau saatnya tiba." jawabku singkat. Lalu kualihkan pandangan kepada ibu dan mbak Nadya yang tersenyum menatap kami.

Beberapa orang mengabadikan moment itu. Lalu, seorang wanita separuh baya mendekati kami,

"Bahrul, mana cincinnya. Biarlah umi yang menyematkan!"

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Lalu membukanya.

Satu cincin dia berikan pada uminya. Yang diterimanya dengan meraih jari manisku. Lalu secara berlahan, cincin itu dia sematkan padaku.

"Terima kasih, Nak.Kamu telah menerima lamaran, untuk putra kami." dia berkata sambil memelukkku.Dari balik cadar, aku tersenyum.

Setelah itu, kami kembali ke tempat masing-masing. Dia kembali ke ruang tamu. Sedangkan diriku meninggalkan mereka semua, kembali ke kamarku. Untuk meletakkan bingkisan itu .

Sambil menenangkan perasaanku yang terbawa gelisah, oleh kata-kata yang baru saja kudengar dari bibirnya.

"Nur ." Suara mbak Nadya memanggilku.

Kulihat dia telah berdiri di tengah pintu sambil menyingkap tirai.

"Jangan di kamar saja. Temui mereka."

"Ya, Mbak."

Aku mengikuti langkah mbak Nadya. Mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah ibu sediakan.

Kulihat kak Hamdan melambaikan tangan kepada mbak Nadya.

"Mbak Nadya, itu dipanggil sama kakak ipar."

Mbak Nadya menoleh. Lalu kutinggalkan mereka yang bicara memakai bahasa isyarat. Aku melanjutkan menemani para tamu menikmati hidangan dan bercengkrama.

"Nur, sini ikut kakak." Sambil menepuk pundakku.

"Ada apa, Mbak?"

"Sudah, ikut saja."

Mau tak mau, aku mengikuti langkahnya. Tak tahu mau membawaku kemana.

Mbak Nadya mengajakku melangkah, melalui samping rumah menuju beranda. Di sana telah telah menunggu kakak ipar dan Bahrul yang sedang mengobrol santai.

"Nur ... "Panggilnya. Terlihat dia terkejut. Menatap kami berdua datang.

"Ku lihat kalian belum berkenalan. Aku berinisiatif untuk mengajak kalian ngobrol. Nggak keberatan?" kata kak Hamdan.

"Nggak,"jawabnya ringan.

Ternyata ini, maksud mbak Nadya mengajakku kemari. Rasanya canggung, aku berada di tengah-tengah mereka. Apalagi Bahrul sepertinya tak peduli dengan keberadaanku di sisinya. Hanya sesekali dia menyapaku.

"Nur, kamu sekarang masih kuliah."

"Masih Kak. sebentar lagi selesai."

"Oh ..."

Sudah hanya kata itu saja yang kudengar. Habis itu ya ... sudah. Tak ada lagi obrolan.

Nyaris sepi tanpa suara.

Tetapi ketika mbak Nadya dan kakak ipar meninggalkan kami berdua. Baru kami mencoba mengobrol yang tujuan nggak tahu.

"Kenapa kamu tak mau buka cadarmu. Sekarang kita sendiri."

"Haruskah?" aku dibuatnya terkejut dengan permintaan yang aneh itu.

"Sebenarnya aku tak tahu tujuan perjodohan ini. Yang aku tahu, aku tak mau menyakiti abah."

"Apakah kakak merasa tak nyaman?"

"Aku tak tahu harus bagaimana. itu saja."

"Mengapa kakak katakan itu. Dan kakak menyetujui proses lamaran ini?"

"Harus bagaimana, mereka yang menginginkannya."

"Lalu?"

"Aku malas untuk membahas."

Mendengar pengakuannya, aku sendiri juga tak tahu harus bagaimana.

"Kak, bisakah kita batalkan. Kalau kakak nggak nyaman."

"Tak semudah itu."

"Apakah kakak akan mengorbankanku."

"Mengorbankanmu?" terlihat nadanya mengejek.

"Justru kamulah yang diuntungkan dengan perjodohan ini."

"Apa maksudmu, kak Bahrul."

Terpopuler

Comments

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

aduh bahrul

2022-09-18

0

نور✨

نور✨

Masya Allah aku deg-degan kak😁🥺

2022-06-09

1

نور✨

نور✨

kok aku yg deg-degan ya Nur yg dilamar bukan aku😁🤭... gmna rasanya dilamar 🤭

2022-06-09

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Pulang
2 BAB 2 : Lamaran.
3 BAB 3 : Nur dan Aku
4 BAB 4 : Moment Pagi
5 BAB 5 : Kak Uya
6 BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7 BAB 7 : Rujakan
8 BAB 8 : Perhatian Andre
9 BAB 9 : Kangen
10 BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11 BAB 11 : Yang Tersimpan
12 BAB 12 : Langkah Nyata
13 BAB 13 : Bu Retno
14 BAB 14 : Lagi dan Usai
15 BAB 15 : Rombongan Tamu
16 BAB 16 : Bertemu Keluarga
17 BAB 17 : Persiapan
18 BAB 18 : Calon Menantu
19 BAB 19 : Hasil DNA
20 BAB 20 : Diikuti
21 BAB 21 : Bertemu Ulya
22 BAB 22 : Lupakan Kakak
23 BAB 23 : Persiapan
24 BAB 24 : Keraguan
25 BAB 25 : Penelusuran
26 BAB 26 : Janji Suci
27 BAB 27 : Kubawa Dirimu
28 BAB 28 : Aku Masih Takut
29 BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30 BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31 BAB 31 : Terseret Ombak
32 BAB 32 : Dimana Mas Andre
33 BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34 BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35 BAB 35 : Rela Melepasmu
36 BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37 BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38 BAB 38: ULYA POV
39 BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40 BAB 40: Belanja
41 BAB 41: Di Pusara Andre
42 BAB 42: Ungkapkan Rasa
43 BAB 43 : Papa Sofyan
44 BAB 44: Baby Twins
45 BAB 45: Aku Ingin Pulang
46 BAB 46 : Cari Makan
47 BAB 47 : Tentang Devra
48 BAB 48 : Selamat Tinggal
49 BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50 BAB 50 : Sandiwara Naura
51 BAB 51 : Malam Ini
52 BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53 BAB 53 : Insiden Kecil
54 BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55 BAB 55 : Rasaku
56 BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57 BAB 57 : Rindu
58 BAB 58 : Melahirkan
59 BAB 59 : Ibu yang bahagia
60 BAB 60 : Meminang
61 BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62 BAB 62 : Semua Harus Jelas
63 BAB 63 : Mustofa (POV)
64 BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65 BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66 BAB 66 : ke KBRI
67 BAB 67 : Keinginan Mustofa
68 BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69 BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70 BAB 70 : Semua Pergi
71 BAB 71 : Memendam Rindu
72 BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73 BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74 BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75 BAB 75 : Rumah Baru
76 BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77 BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78 BAB 78 : Luka Lama
79 BAB 79 : Kembali
80 BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81 BAB 81 : HAGYA
82 BAB 82 : Putri Kita
83 BAB 83 : Engkau Kekasihku
84 BAB 84 : Awal Cerita
85 BAB 85 : Akmal Menghilang
86 BAB 86 : Mencari Akmal
87 BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88 BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89 BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90 BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91 BAB 91 : Awal Perjalanan
92 BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93 BAB 93 : Kabar Akmal
94 BAB 94 : Akmal Ditemukan
95 BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96 BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97 BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98 Keluarga Tarzan
99 Rima
100 Utuh atau Berbagi
101 Krucil Ceria
102 Lanjut Untuk Rima
103 Dinner Ala Mustofa dan Rima
104 Ungkapkan saja
105 Restu Yang Sempurna
106 Sesuatu Tentang Mustofa
107 Memutuskan Hari H
108 Kenangan Masa Lalu
109 Dengan Vidio call
110 Ini Papa Sayang
111 ke Halim
112 Samperin Aja
113 Pengantin Baru
114 Tengah Malam
115 Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116 pengumuman
117 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1 : Pulang
2
BAB 2 : Lamaran.
3
BAB 3 : Nur dan Aku
4
BAB 4 : Moment Pagi
5
BAB 5 : Kak Uya
6
BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7
BAB 7 : Rujakan
8
BAB 8 : Perhatian Andre
9
BAB 9 : Kangen
10
BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11
BAB 11 : Yang Tersimpan
12
BAB 12 : Langkah Nyata
13
BAB 13 : Bu Retno
14
BAB 14 : Lagi dan Usai
15
BAB 15 : Rombongan Tamu
16
BAB 16 : Bertemu Keluarga
17
BAB 17 : Persiapan
18
BAB 18 : Calon Menantu
19
BAB 19 : Hasil DNA
20
BAB 20 : Diikuti
21
BAB 21 : Bertemu Ulya
22
BAB 22 : Lupakan Kakak
23
BAB 23 : Persiapan
24
BAB 24 : Keraguan
25
BAB 25 : Penelusuran
26
BAB 26 : Janji Suci
27
BAB 27 : Kubawa Dirimu
28
BAB 28 : Aku Masih Takut
29
BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30
BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31
BAB 31 : Terseret Ombak
32
BAB 32 : Dimana Mas Andre
33
BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34
BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35
BAB 35 : Rela Melepasmu
36
BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37
BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38
BAB 38: ULYA POV
39
BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40
BAB 40: Belanja
41
BAB 41: Di Pusara Andre
42
BAB 42: Ungkapkan Rasa
43
BAB 43 : Papa Sofyan
44
BAB 44: Baby Twins
45
BAB 45: Aku Ingin Pulang
46
BAB 46 : Cari Makan
47
BAB 47 : Tentang Devra
48
BAB 48 : Selamat Tinggal
49
BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50
BAB 50 : Sandiwara Naura
51
BAB 51 : Malam Ini
52
BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53
BAB 53 : Insiden Kecil
54
BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55
BAB 55 : Rasaku
56
BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57
BAB 57 : Rindu
58
BAB 58 : Melahirkan
59
BAB 59 : Ibu yang bahagia
60
BAB 60 : Meminang
61
BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62
BAB 62 : Semua Harus Jelas
63
BAB 63 : Mustofa (POV)
64
BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65
BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66
BAB 66 : ke KBRI
67
BAB 67 : Keinginan Mustofa
68
BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69
BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70
BAB 70 : Semua Pergi
71
BAB 71 : Memendam Rindu
72
BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73
BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74
BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75
BAB 75 : Rumah Baru
76
BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77
BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78
BAB 78 : Luka Lama
79
BAB 79 : Kembali
80
BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81
BAB 81 : HAGYA
82
BAB 82 : Putri Kita
83
BAB 83 : Engkau Kekasihku
84
BAB 84 : Awal Cerita
85
BAB 85 : Akmal Menghilang
86
BAB 86 : Mencari Akmal
87
BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88
BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89
BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90
BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91
BAB 91 : Awal Perjalanan
92
BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93
BAB 93 : Kabar Akmal
94
BAB 94 : Akmal Ditemukan
95
BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96
BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97
BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98
Keluarga Tarzan
99
Rima
100
Utuh atau Berbagi
101
Krucil Ceria
102
Lanjut Untuk Rima
103
Dinner Ala Mustofa dan Rima
104
Ungkapkan saja
105
Restu Yang Sempurna
106
Sesuatu Tentang Mustofa
107
Memutuskan Hari H
108
Kenangan Masa Lalu
109
Dengan Vidio call
110
Ini Papa Sayang
111
ke Halim
112
Samperin Aja
113
Pengantin Baru
114
Tengah Malam
115
Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116
pengumuman
117
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!