Tak lama kemudian, ibu Farhan menemui mereka sambil membawa sebuah tas plastik.
"Bagaimana Nur. Haruskah ibu tolak lamaran nak Andre."
"Ibu!"
Nur menggapai pundak bu Farhan dengan manja. Terlihat dalam sikapnya kalau Nur menerima lamaran nak Andre.
"Kalau begini ibu sudah tak khawatir lagi padamu."
"Oh ya nak Andre, ini milik Nur sejak SMP dan itu ada barang kenangan Nur. Bisa nak Andre simpan."
Dari balik cadar, mata Nur bersinar kesal dengan apa yang dilakukan bu Farhan. Tapi dia tak pula mencegahnya manakala barang itu telah berpindah tangan.
Meski Andre tak tahu maksud dari pemberian barang yang sangat pribadi, dari orang yang dia ingin jadikan halal untuk dirinya. Tapi dia dengan senang menerima barang itu.
Lalu Andre merapikan plastik itu sebelum meletakkan di pangkuannya. Tanpa melihat melihat terlebih dahulu barang tersebut. Tak enak hati dengan Nur yang menatapnya dengan kesal. Tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Nur tak ada keberanian mengangkat kepala. tertunduk malu. Membuat Andre tersenyum. Apalagi saat dia menyentuh lembaran-lembaran kertas dalam bungkusan itu. Wah ... pasti ini surat cinta penggemar rahasia Nur. Cuma yang dalam kotak itu apa ya...
Biarlah nanti kulihat...
"Ibu, bolehkah saya undur diri. Insya Allah mama papa besok datang untuk melamar Nur. Dan lusanya, kami akan melakukan pernikahan di KUA sekalian."
"Ngapunten kalau kulo lancang, Bapak Ibu."
"Secepat itukah, Nak Andre?"
"Ya, Bapak ibu. Agar hati kami menjadi tenang."
Pak Farhan yang kini sudah bersama kembali juga ikut tercengang.
"Apa tidak menunggu orang tua Nur ketemu?"
"Itu jika ketemu. Kalau tidak kasihan dik Nur."
"Nanti sambil jalan kita akan cari. Sehingga waktu resepsi semoga orang tuanya bisa bersama kita."
"Kalau itu yang terbaik, bapak nurut saja."
"Suwun, Bapak Ibu. Kulo pamit."
"Yo, Nak Andre."
"Nur, Mas pergi dulu. Sabar ... 2 hari lagi kita selalu bersama. Kamu sudah tak perlu malu lagi bilang semuanya pada mas tanpa melalui Rima."
"Iya, Kak."
"Jangan panggil kakak. Aku lebih suka di panggil mas. Adik tak keberatan?"
"Adik akan belajar, Kak. Ah maaf, Mas."
Ada pancaran keteduhan dalam tatapan Andre pada Nur. Menunjukkkan bahwa dia selama ini telah menyimpan rasa itu terlalu lama. Dan Nur telah teramat nyaman bersamanya namun tak menyadari.
Nur mengantar Andre hingga menghilang dari pandangan.
Setelah Andre sudah tak napak, Nur kembali ke dalam rumah. Menemui bapak ibu Farhan yang bercengkrama membicarakannya.
"Nur, kami melihat nak Andre sangat menyayangimu. Apa kamu sudah siap hidup bersamanya?"
"Ya, Nur. Jadikanlah pernikahan itu terjadi hanya sekali seumur hidupmu."
”Bimbing Nur. Bapak Ibu."
"Yo, wes. Kalau gitu. Kalau kamu sudah siap. Bapak tenang."
"Tolong, hubungi kakakmu untuk pulang."
"Nggeh, Ibu."
Nur segera mengeluarkan hp-nya, lalu menelpon kakak Nadyanya.
"Assalamu'alaikum .... Kak."
"Waalaiku salam ... ada apa Nur?"
"Ibu mau bicara."
Nur memberikan hp itu pada bu Farhan. Dan membiarkan ibunya untuk berbicara langsung pada kakaknya.
"Nadya. Besok kamu bisa pulang."
"Wonten nopo, Bu ...."
"Adikmu, Nur. Lamaran."
"Alhamdulillah, akhirnya Nur mendapat gantinya. Moga-mog ini bisa jadi obat baginya."
"Injjih, Bu."
"Yo, wes. Pernikahannya juga akan dilaksanakan sehari setelah lamaran."
"Wah, kok patas. Nggak ada apa-apa kan, Bu?"
"Kamu ini ngomong apa, Nadya."
"Injjih, Bu. Nadya mau beri tahu abinya dulu. Insya Allah malam nanti kami baru bisa berangkat."
"Ya, Nadya. Assalamu'alaikum ..."
"Injjih, Bu. Wa'alaikum salam .... Jangan ditutup dulu. Nadya mau ngomong ke Nur dulu."
Bu Farhan menyerahkannya kembali ke Nur. Nur membawanya pergi ke dalam kamarnya. Agar tak terdengar kedua orang yang sudah dianggap sebagai orang tuanya.
"Kamu terima lamaran Anwar?"
"Bukan, Kak.?"
"Mas Andre."
"Siapa dia?"
"Kakaknya Rima."
"Oh ... ku kira Anwar."
"Syukurlah kalau kamu sudah ada yang melamar. Pusing juga kalau kami harus menerima Anwar."
"Kakak kok bilang gitu sich."
"Sebel aja."
"Nggak baik kayak gitu, Kak."
"Ya ... ya ... baiklah. Udah ya, kakak mau jemput Novi dan Noval dulu di TPQ."
"He eh, assalamu'alaikum ...."
"Wa 'alikum salam ..., Nur."
Dia letakkan hpnya. Sejenak Nur termenung di sisi ranjangnya. Menatap detak jam dinding yang berjalan melambat. Seakan ikut merasakan yang kini Nur rasa. Baru dia sadar kalau kak Andre yang sudah dia anggap sebagai kakak, menyimpan sebuah rasa.
Ya Robb ....
Apakah ini jawaban do'a hamba padamu selama ini.
Yang senantiasa merindukan akan kasihMu.
Tasbih hamba padamu mengalunkan cinta yang tak biasa
Ingin bersandar pada kemurahan dan keindahan yang Engkau hadirkan.
Jika memang ini, baik bagi agamaku dalam menuju ridhoMu
Bolehkah aku berbangga engkau pilih diriku menikmati masa itu.
Namun aku sering lupa bahwa ini semua dari pada Mu
Hingga dengan mauku ku langkahkan kaki tak berijin padaMu.
Kuharap ampunanMu pada masa kulupa itu.
Kini dengan ijinMu saat ini,
Kumulakan pada langkahku dengan menyebut namaMu.
Ingin hati bersandar dalam cinta di atas cinta Mu
Memeluk kasih, bermanja mesra, berpaut rasa
Hanya inginku kini mendekat padaMu
Dalam rasa yang mulai tumbuh dalam jiwaku
💎
Sementara Andre yang telah tiba di rumahnya. Berjalan dengan perenungan yang dalam pula. Ada bahagia yang dia simpan, namun ada sedikit keraguan manakala dia tertingat akan kak Uya yang selalu disebut Nur. Meski terucap secara tak sengaja. Ini menunjukkkan sebenarnya dia telah bersemayam dalam hati Nur dengan sangat kuat. Akankah dia sanggup menghadapi kecemburuannya sendiri.
Kebetulan masih sangat sepi, ketika Andre tiba di rumah. Papa, mama dan Rima tengah jalan-jalan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk lamaran besok.
Dengan berlahan, Andre melangkah menuju kamarnya dengan membawa kantong plastik pemberian bu Farhan tadi.
Benar dugaan Andre bahwa itu semua surat cinta yang diterima Nur dari pengagum-pengagum rahasianya. Tapi anehnya, tak satupun surat itu dibuka. Terlihat masih tertutup rapat meski kertasnya telah kusam.
Aku cemburu pada masa-masa mereka menginjak dewasa. Mereka dibesarkan dalam suasana desa yang sangat mendukung bagi perkembangan jiwanya. Mungkin mereka dilarang memegang hp oleh sekolah dan pihak orang tua juga mendukungnya. Hingga kalau kagum pada seseorang pakai menulis surat segala. Romantis sekali ....
Makanya Rima dulu di sekolahkan di desa sama papa. Benar-benar murni dan menyenangkan.
Terhadap surat-surat itu Andre tak begitu tertarik. Dia beralih pada kotak kecil yang indah. Meski hanya terbuat dari kertas karton, lalu ditutup dengan kain flanel merah hati. Tampak cantik sekali. Sepertinya ini dibuat sendiri oleh Nur. Jadi penasaran apa isinya?
Andre membuka kotak itu. Dia tersenyum manakala mendapati di dalamnya ada sebuah kalung dengan liontin hati. Dan juga sebuah cincin pertunangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
aduh andre ko ragu......niaty baik nolongi nur biar g sma anwar tpi mlhn dia y ragu🤣🤣🤣🤣🤣🤣smg d mantepkn y ndre😘😘😘😘
2022-09-19
0
Conny Radiansyah
apa maksudnya diberikan ke Andre barang" Nur..
2021-05-18
1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
sama ka andre jg oke aja😇👍
2021-05-15
1