BAB 4 : Moment Pagi

Dengan tenang dia makan es cream di pangkuanku. Sesekali memberikannya padaku, hingga tak terasa es cream itu memberikan lukisan di sekitar mulut kami.

"Kak Uya lucu."

"Kamu juga lucu, Nur."

Segera kuusap bibirnya dengan tissu. setelah itu menyusapnya di bibirku juga.

"Kak Uya, mau pergi? " tanyanya manja.

"Ya, adik kakak yang manis."

"Nul nggak punya teman lagi dong."

Kata-katanya yang masih cedal semakin membuatku gemas.

"Kan ada kak Nadya, ayah dan ibu Farhan."

"Tapi Nul pasti kangen sama kak Uya."

"Kapan-kapan kakak akan cari Nur. Dan kita bisa bertemu lagi."

"Benarkah?"

Aku mengangguk. Dan mendekapnya dalam pelukanku.

Lalu dia menunjukkan jari kelingkingnya ke hadapanku.

"Oke, kak Ulya janji."

Kukaitkan pula jari kelingkingku pada jarinya sambil tertawa.

"Kakak sudah waktunya pergi. Nur jaga diri baik-baik dan selalu belajar agar pintar. Nanti kalau sudah pintar akan kakak ajak naik pesawat sama-sama."

"Benalkah?"

"Pasti."

Kuangkat tubuh mungilnya tinggi, lalu meletakkannya di bahuku seperti orang terbang. Dia menikmatinya dengan riang. Serta dengan tawa lepas.

"Sudah Nur, kak Ulya mau pergi. Itu abah dan ummi manggil."

Kulihat wajahnya kembali redup saat menatapku.

"Jangan bersedih Nur, ini ada hadiah untukmu."

Ku keluarkan kalung dengan liontin hati dari dalam saku. Dan memakaikannya. Terlihat indah setelah tergantung di lehernya.

"Nur, di situ ada gambar kakak dan Nur. Agar Nur nggak lupain kakak. Dan kalau Nur kangen bisa lihat kakak."

"Nul senang sekali, Kak."

"Pakailah terus."

"Oke."jawaban yang manis, sebelum menutup wajahnya dengan ujung kerudungnya kembali.

Aku kembalikan dia dalam gendongan bu Farhan sebelum mengikuti ummi dan abah melangkah.

"Da ... da ... Nur."

"Da ... da ... kakak Uya."

💎

Kenangan itu masih terlalu kuat dalam ingatanku. Nur yang kecil yang kini sudah menjadi gadis. Entah diriku masih dalam angannya. Atau telah hilang tersapu.

Aku tak tahu ....

Tapi biarlah ....

Selama aku tak bisa menyembuhkan diriku, sulit bagiku untuk bisa menemuinya.

Selamat tinggal adik kecilku.

Entah kakak bisa menemuimu .

Atau kakak akan sendiri untuk selamanya.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan masjid.

Dari dalam keluar seorang pria, berperawakan sedang dan gagah menghampiri Bahrul Ulya.

"Assalamu'alaikum ..."

"Wa'alaikum salam, Anas. Sulit cari lokasinya ?"

"Iya, Pak. Muter-muter, mana gelap lagi."

"Kita di sini dulu. Tunggu terang, kita balik."

"Ya, Pak." Dia mengangguk

Anas berlalu dari hadapan Bahrul, mencari tempat yang hangat untuk merebahkan diri. Sekedar beristirahat. Melepaskan lelah dan kantuk. Yang dirasanya semakin berat menghampirinya. Tak lama kemudian, Anas sudah terlelap dalam mimpinya. Meski harus berselimut udara yang dingin, menjelang fajar ini.

Sedangkan Bahrul Ulya melanjutkan munajatnya pada Penguasa Hati. Hingga fajar menghampiri. Beberapa orang yang tinggal di sekitar masjid, sudah mulai datang.

Salah satunya adalah orang yang membawa kunci ruang utama untuk sholat.

Tak sangka di masjidnya telah ada musyafir yang sedang sholat dan beristirahat.

"Mari Pak. Masuk saja. Di luar dingin."

"Ya, Pak. Terima kasih."

Bahrul menerima ajakan orang tersebut. Lalu, mengikutinya masuk ke dalam ruang sholat.

Terlihat lelaki itu melaksanakan sholat beberapa rekaan. Dan juga berdo'a.

Setelah itu membunyikan tipe recorder. Yang mengumandangkan bacaan ayat-ayat suci al Qur'an. Yang dilanjutkan dengan tarkhim. Untuk membangun orang-orang di sekitar masjid agar dapat melaksanakan sholat subuh secara berjamaah.

Tak lama kemudian satu persatu penduduk datang pada saat adzan subuh diperdengarkan.

Bahrul membangunkan Anas yang masih tertidur pulas.

"Hai bro. Bangun ... sudah subuh."

Anas sebentar menggeliat, lalu bangun dan menuju kamar mandi. Membersihkan diri sekaligus berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh.

Setelah melaksanakan sholat subuh. Bahrul dan Aris hendak beranjak dari masjid, seseorang mendekatinya. Sepertinya orang yang memegang kunci masjid ini.

"Maaf, Bapak dari mana?"

"Kami dari Jakarta."

"Dan ke sini"

"Dari rumah saudara."

"Oh ..."

"Terima kasih, Pak. Sudah diperbolehkan menginap di sini."

"Tidak apa-apa."

"Mari, Pak."

"Assalamu'alaikum ..."

"Wa'alaikum salam ..."

Selesai melaksakan sholat subuh, mereka meninggalkan masjid itu. Suasana masih sangat gelap. Mentari belum menampakkan cahayanya. Kabut embun masih terasa amat sangat dingin menyentuh kulit ini. Jaket yang terpakaipun belum mampu menghalau rasa dingin itu. Membuat bulu-bulu di kulit ini berdiri.

"Dingin banget ya , Anas."

"Iya, Pak."

"Kita cari kopi dulu, yuk."

"Itu baru betul."

Bahrul hanya tersenyum menatap Anas. yang duduk di belakang kemudi.

Tak berapa lama kami mendapati sebuah warung di pinggir sawah.

Belum banyak orang yang datang. Mungkin kami pembeli pertamanya.

"Silahkan, Pak."

"Kopi dua, Bu."

"Sebentar."

"Sambil menunggu, kami menikmati pisang goreng yang ada di hadapan kami. Masih hangat. Kelihatannya baru saja di angkat dari penggorengan.

Tak lama pesanan kami datang. Secangkir kopi panas, menambah nikmat kami dalam menikmati pisang goreng ini. Hingga tak terasa satu piring pisang goreng yang tersedia, terkikis habis oleh ulah kami. Yang dengan nikmat memindahkan ke perut.

Saat matahari mulai terang, kita melanjutkan perjalanan. Tapi dalam dada ini masih berat. Ada rasa yang belum tersampaikan. Yaitu kerinduanku yang mungkin tak pernah terbalaskan. Atau, tak ingin aku mendapatkan balasan.

"Anas, kita keliling dulu, sebentar saja."

"Baik, Pak."

Dalam arahkanku, Anas melajukan mobil, balik lagi ke rumah Nur Aini. Aku ingin melihatnya untuk terakhir kali, sebelum aku meninggalkan tempat ini.

"Sudah, kita berhenti di sini."

Anas menuruti kata-kataku. Menghentikan mobil ini di pinggir jalan yang sepi. Dimana dari tempat itu, aku dapat melihat rumah Nur dengan jelas. Tanpa terhalang.

Kulihat gadis bercadar itu keluar. Dengan 2 keponakannya yang lucu menggemaskan. Berlari kecil mendahului sambil tertawa ceria. Rupanya mereka hendak jalan-jalan menikmati indahnya pagi.

Tak ingin kulewatkan moment ini. Segera kuambil kameraku dan membidiknya. Untuk memperoleh gambar dirinya.

Seperti dia memanggil-manggil keponakannya. Tapi tak mendapatkan perhatian. Sehingga dia harus berlari mengejar ke duanya.

Tapi terlalu sulit untuk mencapai keduanya. Akhirnya menyerah. Duduk dengan tenang di atas sebuah batu, di tepian ladang yang dikelilingi sungai-sungai kecil sebagai irigasi.

Rupanya air yang jernih telah menggoda dirinya. Dengan berlahan dia turun untuk membasuh muka.

Ah ... akhirnya kudapatkan wajahmu, Nur. Maafkan kakak harus mengambil gambarnu secara sembunyi-sembunyi.

Tak cukup di situ. Ternyata di pedesaan ini kecerian jiwamu tertata dengan baik. Ada beberapa pohon turi dari bunga yang merah sampai yang berwarna putih ada. Dengan terampil, engkau petik dan mengumpulkan di atas rumput.

Maaf Nur, terlalu indah untuk diabaikan. Untuk mengabadikanmu dalam foto. Semua moment itu sudah kusimpan. Ketika tanpa kusadari 2 mahluk kecil datang tiba-tiba menghampiri.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

bahrul kok gk mau nikah sm nur..???

2024-02-08

0

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

jadi penasaran kan bahrul sangat merindukan nur tapi begitu ketemu kok seakan ada kemarahan,ada apa kira kira

2023-08-01

0

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

binggung....bahrul ulya in nm yg mau d jodohkn nur sekaligus kakak msa kecily nur kah????? klw iya knp kyy y dingin bngt skpy wktu lmran🤔🤔🤔🤔🤔🤔

2022-09-18

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Pulang
2 BAB 2 : Lamaran.
3 BAB 3 : Nur dan Aku
4 BAB 4 : Moment Pagi
5 BAB 5 : Kak Uya
6 BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7 BAB 7 : Rujakan
8 BAB 8 : Perhatian Andre
9 BAB 9 : Kangen
10 BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11 BAB 11 : Yang Tersimpan
12 BAB 12 : Langkah Nyata
13 BAB 13 : Bu Retno
14 BAB 14 : Lagi dan Usai
15 BAB 15 : Rombongan Tamu
16 BAB 16 : Bertemu Keluarga
17 BAB 17 : Persiapan
18 BAB 18 : Calon Menantu
19 BAB 19 : Hasil DNA
20 BAB 20 : Diikuti
21 BAB 21 : Bertemu Ulya
22 BAB 22 : Lupakan Kakak
23 BAB 23 : Persiapan
24 BAB 24 : Keraguan
25 BAB 25 : Penelusuran
26 BAB 26 : Janji Suci
27 BAB 27 : Kubawa Dirimu
28 BAB 28 : Aku Masih Takut
29 BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30 BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31 BAB 31 : Terseret Ombak
32 BAB 32 : Dimana Mas Andre
33 BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34 BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35 BAB 35 : Rela Melepasmu
36 BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37 BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38 BAB 38: ULYA POV
39 BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40 BAB 40: Belanja
41 BAB 41: Di Pusara Andre
42 BAB 42: Ungkapkan Rasa
43 BAB 43 : Papa Sofyan
44 BAB 44: Baby Twins
45 BAB 45: Aku Ingin Pulang
46 BAB 46 : Cari Makan
47 BAB 47 : Tentang Devra
48 BAB 48 : Selamat Tinggal
49 BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50 BAB 50 : Sandiwara Naura
51 BAB 51 : Malam Ini
52 BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53 BAB 53 : Insiden Kecil
54 BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55 BAB 55 : Rasaku
56 BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57 BAB 57 : Rindu
58 BAB 58 : Melahirkan
59 BAB 59 : Ibu yang bahagia
60 BAB 60 : Meminang
61 BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62 BAB 62 : Semua Harus Jelas
63 BAB 63 : Mustofa (POV)
64 BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65 BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66 BAB 66 : ke KBRI
67 BAB 67 : Keinginan Mustofa
68 BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69 BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70 BAB 70 : Semua Pergi
71 BAB 71 : Memendam Rindu
72 BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73 BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74 BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75 BAB 75 : Rumah Baru
76 BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77 BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78 BAB 78 : Luka Lama
79 BAB 79 : Kembali
80 BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81 BAB 81 : HAGYA
82 BAB 82 : Putri Kita
83 BAB 83 : Engkau Kekasihku
84 BAB 84 : Awal Cerita
85 BAB 85 : Akmal Menghilang
86 BAB 86 : Mencari Akmal
87 BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88 BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89 BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90 BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91 BAB 91 : Awal Perjalanan
92 BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93 BAB 93 : Kabar Akmal
94 BAB 94 : Akmal Ditemukan
95 BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96 BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97 BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98 Keluarga Tarzan
99 Rima
100 Utuh atau Berbagi
101 Krucil Ceria
102 Lanjut Untuk Rima
103 Dinner Ala Mustofa dan Rima
104 Ungkapkan saja
105 Restu Yang Sempurna
106 Sesuatu Tentang Mustofa
107 Memutuskan Hari H
108 Kenangan Masa Lalu
109 Dengan Vidio call
110 Ini Papa Sayang
111 ke Halim
112 Samperin Aja
113 Pengantin Baru
114 Tengah Malam
115 Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116 pengumuman
117 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1 : Pulang
2
BAB 2 : Lamaran.
3
BAB 3 : Nur dan Aku
4
BAB 4 : Moment Pagi
5
BAB 5 : Kak Uya
6
BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7
BAB 7 : Rujakan
8
BAB 8 : Perhatian Andre
9
BAB 9 : Kangen
10
BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11
BAB 11 : Yang Tersimpan
12
BAB 12 : Langkah Nyata
13
BAB 13 : Bu Retno
14
BAB 14 : Lagi dan Usai
15
BAB 15 : Rombongan Tamu
16
BAB 16 : Bertemu Keluarga
17
BAB 17 : Persiapan
18
BAB 18 : Calon Menantu
19
BAB 19 : Hasil DNA
20
BAB 20 : Diikuti
21
BAB 21 : Bertemu Ulya
22
BAB 22 : Lupakan Kakak
23
BAB 23 : Persiapan
24
BAB 24 : Keraguan
25
BAB 25 : Penelusuran
26
BAB 26 : Janji Suci
27
BAB 27 : Kubawa Dirimu
28
BAB 28 : Aku Masih Takut
29
BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30
BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31
BAB 31 : Terseret Ombak
32
BAB 32 : Dimana Mas Andre
33
BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34
BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35
BAB 35 : Rela Melepasmu
36
BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37
BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38
BAB 38: ULYA POV
39
BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40
BAB 40: Belanja
41
BAB 41: Di Pusara Andre
42
BAB 42: Ungkapkan Rasa
43
BAB 43 : Papa Sofyan
44
BAB 44: Baby Twins
45
BAB 45: Aku Ingin Pulang
46
BAB 46 : Cari Makan
47
BAB 47 : Tentang Devra
48
BAB 48 : Selamat Tinggal
49
BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50
BAB 50 : Sandiwara Naura
51
BAB 51 : Malam Ini
52
BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53
BAB 53 : Insiden Kecil
54
BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55
BAB 55 : Rasaku
56
BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57
BAB 57 : Rindu
58
BAB 58 : Melahirkan
59
BAB 59 : Ibu yang bahagia
60
BAB 60 : Meminang
61
BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62
BAB 62 : Semua Harus Jelas
63
BAB 63 : Mustofa (POV)
64
BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65
BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66
BAB 66 : ke KBRI
67
BAB 67 : Keinginan Mustofa
68
BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69
BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70
BAB 70 : Semua Pergi
71
BAB 71 : Memendam Rindu
72
BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73
BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74
BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75
BAB 75 : Rumah Baru
76
BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77
BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78
BAB 78 : Luka Lama
79
BAB 79 : Kembali
80
BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81
BAB 81 : HAGYA
82
BAB 82 : Putri Kita
83
BAB 83 : Engkau Kekasihku
84
BAB 84 : Awal Cerita
85
BAB 85 : Akmal Menghilang
86
BAB 86 : Mencari Akmal
87
BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88
BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89
BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90
BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91
BAB 91 : Awal Perjalanan
92
BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93
BAB 93 : Kabar Akmal
94
BAB 94 : Akmal Ditemukan
95
BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96
BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97
BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98
Keluarga Tarzan
99
Rima
100
Utuh atau Berbagi
101
Krucil Ceria
102
Lanjut Untuk Rima
103
Dinner Ala Mustofa dan Rima
104
Ungkapkan saja
105
Restu Yang Sempurna
106
Sesuatu Tentang Mustofa
107
Memutuskan Hari H
108
Kenangan Masa Lalu
109
Dengan Vidio call
110
Ini Papa Sayang
111
ke Halim
112
Samperin Aja
113
Pengantin Baru
114
Tengah Malam
115
Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116
pengumuman
117
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!