Andre mencoba membuka liontin hati. Tak perlu wajtu lama, akhirnya liontin itu terbuka juga.
Dia mengamati foto yang berada di dalamnya. Ada gambar gadis kecil yang tersimpan di sana. Kelihatannya Nur yang masih imut dan menggemaskan. Tak salah, ini pasti dia.
Lalu, di sisi yang lain terlihat gambar anak lelaki yang baru menginjak usia remaja. Sepertinya aku kenal. Wajah yang tak asing bagiku. Bukankah itu Bahrul Ulya, sahabatku ...
Ulya, benarkah itu kamu.
Dan apakah yang kau ceritakan padaku kemarin itu adalah Nur.
Dan adik yang selalu kau sebut adalah dia yang kuinginkan menjadi halalku saat ini.
Nur, Apakah yang kau sebut dengan panggilan kak Uya adalah Bahrul Ulya, Sahabatku
Orang senantiasa kau nantikan untuk datang.
Hingga tampak air mata menetes manakala takdir berkata lain tentang kalian.
Aku tak bisa membohongi diriku , bahwa aku telah lama menyimpan rasa padanya telah lama. Semenjak dia SMA.Tanpa tahu bahwa dia adalah adikmu yang kau rindu hingga kini
Waktu Nur meneteskan air mata, akupun tak tega. Karena salah faham diantara kalian aku tak tega. ingin kuhapus air matanya. Namun aku tak punya daya. Karena aku bukan siapa-siapanya.
Ingin ku renguh dia dalam dekapanku agar lara yang dia rasa bisalah sirna. Sayang saat itu aku mampu. Dia belumlah halal bagiku.
Maka sejak saat itu kubertekad, tak ingin melihat air matanya keluar. Hingga Tuhan kabulkan itu . Haruskah kulepas dia untukmu sahabatku. Maafkan, aku tak bisa.
Biarlahku berusaha agar cintanya untukku saja.
Maafkan diriku Ulya, bila aku ingin menghapus air matanya.
Andre mengatupkan kembali liontin itu dan memasukkan ke dalam kotak. Setelah itu diam mengambil cincin yang ada di sana. Mengamati sebuah nama yang tertulis. Ternyata itu namamu, Ulya.
Dengan berat hati dia memasukkan kotak itu ke dalam brankas miliknya. Lalu mencoba merebahkan diri di ranjang. Ada rasa penyesalan pada dirinya namun tak berdaya.
Karena telah lama dia menyimpan rasa. Dan kini harapannya telah di depan mata. Tak ingin melepaskannya meski untuk sahabat.
Tapi dikuatkan hatinya, untuk menghubungi Ulya.
"Assalamu'alaikum .... Ulya."
"Wa'alaikum salam ...., tumben ingat aku."
"Bagaiman keadaanmu saat ini?"
"Baik. Kamu bagaimana? ... . Ada apa gerangan, Kawan. Adakah sesuatu yang membahagiakan?"
"Nggak ada apa-apa. Bagaimana nich ... Masih berlakukah taruhan itu."
"Masih, sepertinya aku mencium bau rangkaian melati dech."
"Kamu tak apa-apa kalau aku duluan."
Terdengar tawa Ulya di ujung telpon.
"Aku malah berharap itu. Kapan?"
"Dalam waktu dekat. Untuk menikahnya insya Allah lusa. Resepsinya nunggu dia habis wisuda."
"Aku turut bahagia. Temanku yang tak pernah bicara soal wanita. Tahu- tahu sekarang sudah mau melepaskam masa lajangnya. Selamat!"
"Siapa yang meerried mau kasih kado liburan hoonny moon."
"Iya ... ya aku ingat. Asalkan kamu nggak lupa mengundangku."
"He ... he ... he ..."
Sebenarnya Andre ingin mengatakan wanita pilihannya, tapi tak sanggup lidahnya berucap. Mengingat Ulya sekarang bukan Ulya yang dulu. Dia kini sangat rapuh dengan apa yang dideritannya.
"Sekali-kali ajak dia ke sini."
"Nggak lah, takut kamu rebut."
"Ada saja kau itu, Andre. Seperti nggak ada yang lain saja. Merebut istri sahabat sendiri."
Mendapat jawaban seperti itu, hati Andre sedikit tersentuh. Bukan kamu yang merebut, Ulya. Tapi akulah yang merebutnya darimu. Maafkanlah aku, Ulya.
"Aku percaya."
"Benar lusa kamu menikah?"
"Doakan lancar."
"Pasti dong. Mendengar suaramu yang bahagia, aku jadi ikut bahagia."
"Terima kasih."
"Ya sudah Ulya. Assalamu'alaikum ..."
"Wa'alaikum salam ..."
Sejanak dia duduk di sisi ranjang dengan termangu. Merenungkan barang-barang Nur yang kini berada di tangannya.
Orang dulu punya cara yang unik untuk mendidik putri mereka untuk siap memasuki jenjang pernikahan. Lupakan masa lalu, karena masa depanmu ada bersama yang akan mendampingimu kelak. Dia tersenyum.
Tak terasa perutnya memberikan isyarat kalau minta diisi. Bunyi kriuk-kriuk dari cacing-cacing yang bersemayam di dalam, menanti dengan sabar akan haknya. Andre turun menuju meja makan seorang diri. Membuka tudung saji, mengintip apa yang ada di bawahnya.
Sudahlah nikmati apa yang ada, kasihan perut sudah minta diisi. Diambillah nasi itu dan memakannya. Meski tak banyak tapi cukup membuatnya kenyang. Alhamdulillah ....
Tak lama, terdengar suara mobil memasuki halaman. Rupanya papa, mama, dan Rima sudah datang.
"Assalamu'alaikum... Kak."
"Wa'alaikum salam... "
"Tadi, gimana, diterima atau ditolak?"
"Alhamduliilah, hampir saja."
"Hampir saja kakakku jadi bujang lapuk"
"Enak saja."
"Lha gimana, Rima tahu kalau kak Andre nyimpan rasa sama Nur. Tapi nggak mau nembak-nembak. Diambil orang baru bingung."
"Sudahlah, jangan kamu goda terus kakakmu itu."
"He ... he ... he ....."
Rima meninggalkan mereka pergi ke kamarnya. Ingin segera membuka belanjaannya yang entah berapa barang yang dia ambil. Mumpung papa, mama lagi baik hati. Pikirnya ....
Sementara itu Andre berbincang-bincang dengan papa mamanya, membicarakan rencana selanjutnya.
"Bagaimana, Andre. Jadi rencana besok melamar. Dan lusanya ke KUA."
"Ya Mama, Papa. Agar kami menjadi tenang"
"Kalau seperti itu keinginmu, papa tak menghalangi. Dan mungkin itu juga baik untukmu dan untuk Nur."
"Lagi juga kami akan segera kembali ke Singapura. Begitu selesai menikahkan kalian."
"Ajaklah dia tinggal di sini, dulu. Jangan buru-buru meninggalkan rumah ini. Bahkan seandainya kalian tinggal, dalam waktu yang lama juga tak apa-apa. Papa, mama lebih sering berada di Singapura. Adikmu juga mau ke Amrik."
"Akan saya pikirkan dengan Nur, Mama."
"Papa, mama berharap kalian bisa saling mengerti. Membangun rumah tangga itu tak mudah. Selalu belajarlah. Agar bisa mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah."
"Ya Papa."
"Ya sudah, sekarang istirahatlah, mama juga mau istirahat."
"Ya, Mama. Dari siang, Andre belum istirahat."
"By ... by ... Mama, Papa. Andre ke kamar dulu."
Mama Erika menatapnya dengan senyum bahagia. Setelah sekian lama dia menanti putranya mendapatkan pasangan. Akhirnya bertemu juga meski sudah sangat terlambat.
Umur sudah 28 tahun baru dia mau membuka diri. Sudah berapa wanita yang coba dia dekatkan pada Andre. Namun tak juga membawa hasil.
Hingga untuk urusan mengangkat sekretris dia ikut campur. Agar dia bisa mendekatkan putranya dengan seorang wanita. Tapi dia tak bergeming.
Hari ini putranya menyatakan akan mendatangi wanita yang diinginkannya. Dan akan segera meminangnya, tak terkira bahagia hati Erika. Harapan selama ini yang dipendamnya terkabul jua.
Andre melangkah menaiki tangga. Menuju ruangan yang ada di sebelah kamarnya, yang telah difungsikan sebagai ruang kerjanya dan perpustakaan pribadi. Ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan saat ini juga.
Setelah cukup larut baru dia kembali ke kamar tidurnya. Melalui pintu yang terhubung antara kamar tidur dan ruang kerjanya. Tanpa harus keluar ruangan.
Dia membersihkan diri sejenak, sebelum merebahkan tubuhnya yang teramat penat. Di atas ranjang.
Tapi entah mengapa. Matanya kurang bersahabat untuk diajak beristirahat. Bayang-bayang wajah Nur sekarang semakin nyata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
R. Noor
like untukmu👍🏻
2021-06-10
1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
jadi bingung😂
2021-06-06
1
Conny Radiansyah
apa reaksi Nur kalo tau Andre bersahabat dengan Kak Uya nya
2021-05-18
1