"Kak Andre jangan gitu lah. Meski Rima belum bisa tutup aurot. Janganlah kasih contoh gitu." Rima merajut bak kanak-kanak.
"Nah, sudah tahu gitu. Makanya jangan kamu pasang-pasangkan kakak. Nanti kakak jadi tergoda."
"Tumben adek kakak ke sini?"
"Iya Kak. Ini tentang kuliah S2 ku. Bingung."
"Aku pinginnya di Amerika."
"Tak masalah. Asalka bisa jaga diri. Lalu?"
"Mama inginnya aku di Singapura. Biar dekat, gitu katanya."
"Lalu?"
"Bantu ngomong dong, Kak!"
"Oh itu, Baiklah. Kebetulan teman kakak juga ada di sana."
"Kakak bisa nitip kamu ke dia."
"Maksudnya?"
"Jangan curiga. Dia sudah berkeluarga. Sekali-kali kamu bisa berkunjung ke dia."
"Terima kasih, Kakakku tersayang."
"Ya. Kamu ini kaya Nur saja. Dikit-dikit curhat ke kakak."
"Ehem, akhirnya terucap juga. Tak sia-sia aku selalu ajak dia ke rumah. Terrnyaa kakakku bisa jatuh cinta juga."
"Huuss, kamu. Sudah kakak mau kerja."
"Ya, Kak. Kalau itu aku setuju. Bisa diajak kompakkan. Assalamu'alaikum ...."Rima berlalu dengan wajah ceria berhasil menggoda kakaknya.
"Wa'alaikum salam ...."
Rima meninggalkan Andre dengan senyum-senyum disimpan.
💎
Sementara itu, Nur yang sore itu sudah tiba di rumah orang tuanya, benar-benar berada dalam situasi yang sulit.
"Bagaimana Nur?"
Nur hanya duduk terdiam, menatap kedua orang tuanya.
"Kami sebenarnya ingin menolak, hanya saja ibu merasa nggak enak, mereka itu tetangga ."
Sebenarnya Nur ingin menceritakan kebahagiannya bahwa saat ini beasiswa yang dia ajukan diterima. Tapi sepertinya kurang tepat bila diungkapkan saat ini.
" Jawablah Nur."
"Bu, Nur masih ingin melanjutkan sekolah." Nur barkata sambil sedikit merajuk.
"Ibu mengerti, Nur. Tapi itu bisa dijalani meski sudah menikahkan?"
"Tapi itu tak mungkin, Bu. Anwar ada di Kalimantan. Pasti dia tak ingin kalau Nur tinggalnya sini."
"Sudahlah, Bune. Kasihan Nur." pak Farhan ikut memberi pertimbangan.
"Aku takut pakne. Kalau ditolak mereka akan marah. Bapak tahu sendiri kan?"
"Ya, tapi masalah pernikahan itu bukan main-main. Tergantung Nur juga."
"Masak ibu harus menolak lagi."
"Ibu , aku nggak bisa memutuskan saat ini. Bisakah besok saja Nur putuskan?"
"Baiklah, Nur. Istirahatlah. Maafkan ibu."
Nur beranjak dari hadapan bapak ibu Farhan, menuju kamarnya. Merebahkan diri sejenak.
Bayangan peristiwa 6 tahun yang lalu kembali melintas dalam pikirannya. Anwar, teman sepermainan dan juga tetangga depan rumahnya. Dia tersenyum sendiri.
Anwar adalah orang pertama yang menyatakan cinta padanya. Saat itu masih kelas 8. Dan Nur nggak pernah menanggapinya. Hingga dia Lulus.
Lulus dari SMP Anwar sudah tidak melanjutkan sekolah. Dia merantau ke Kalimantan dan terdengar sukses di sana.
Yang bikin Nur agak sedih. Waktu orang tuanya menyebut dirinya sebagai anak haram. Lama kelaman Anwarpun menjuhi dirinya tanpa tahu sebabnya. Meski saat itu tak mengangap kata cintanya tapi penyebutan anak haram dari keluarganya membuat hati Nur menangis.
Sekarang datang ingin melamar. Ada-ada saja ....
Tapi bagaimana cara menolaknya, Nur tak tahu. Apalagi orang sini kalau anak perempuan lulus kuliah belum ketemu jodohnya. Sudah macam-macam orang katakan.Dan itu membuat beban bagi bu Farhan. Nur tak mau itu terjadi.
Nur benar-benar galau saat ini. Di bukanya hp .
Rima, banyak sekali wa kamu masuk. Ada apa ....
Lelah, suruh mikir ini ....
"Assalamu'alaikum ....,apa kabar Rima?
" wa'alaikum salam .... akhirnya dibuka juga wa ku."
"Maaf, tumben kamu menghubungiku. Kamunya lagi di rumah ya?"
"Ya, dolan ke sini nggeh, "
"Kamulah ke sini, aku lagi suntuk nich."
"Kenapa?"
"Itu Anwar."
"Anwar? Temen kita waktu SMP dulu. Jangan katakan kalau kamu dilamar sama dia."
"Itulah yang bikin aku galau. Masak mau lamar aku."
"Tidak ... tidak ... nggak boleh... Itu tak boleh terjadi."
"Nah itu masalahnya?"
"Aku bilang kak Andre."
"Maksudmu?"
"Aku tak tahu, mungkin kak Andre punya pemecahan."
"Jangan cerita, malu aku."
"Oke, aku tutup. Kamu yang cerita. Assalamu'alaikum ..."
"Wa alaikum salam...."
Belum dijawab dengan sempurna telpon sudah ditutup. Bikin sebel.
Tak lama, hp Nur berdering lagi. Kali ini Rima membuktikan ucapanya. Kak Andre yang telpon.
"Assalamu'alaikum ....Nur." ada suara tertawa dari ujung telpon.
"Wa'alaikum salam ... Kak Andre jangan gledekin Nur."
"Lha gimana kak Andre nggak ketawa. Banyak yang antri yang mau dapatin Nur."
"Gitu dech. Nggak mau bantu malah ngledekin."
"Lalu?"
" Nur kan juga pingin sekolah lagi. Mana nanti disuruh ikut suami. Kapan Nur bisa melanjutkan S2."
"Jadi itu masalahnya. Baik ... besok kak Andre datang, bicara sama bapak."
"Tapi jangan bilang ini dari Nur."
"Beres, tapi ada syaratnya."
"Kok?"
"Nggak sulit syaratnya. Apa yang kak Andre katakan ke bapak, Nur harus setuju."
"Yeeeee, pasti jebakan."
"Bicara sama gadis kecil emang susah. Enakkan sama bapak langsung."
"Oke, oke... Nur setuju. Asalkan nggak bikin bapak ibu sedih dan bingung. Dan Nur bisa melanjutkan S2."
"Sepakat." jawab Andre mantap.
"Makasih, Kak Andre. Nur bisa tidur dengan tenang sekarang."
"Ya, selamat mimpi indah. Jangan lupa ajak aku dalam mimpimu."
"Yeeeee ... maunya. Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikum salam." tawa renyah coba Andre hadirkan sebelum menutup telponnya.
Ternyata kak Andre menepati janjinya. Sore harinya, dia datang sendiri menemui bapak dan ibu.
Setelah mereka berbicara sejenak, ibu Farhan menemui Nur di dalam kamarnya.
"Nur, ibu bingung. "
"Maksud ibu apa?"
"Nak Andre melamarmu juga."
Nur terperanjat mendengar penjelasan ibunya.
"Sebentar- sebentar, ibu nggak salah ngomong kan. Kak Andre melamar Nur?"
"Nur nggak suka nak Andre?" tanya bu Farhan padanya dengan wajah bingung.
"Kalau memang nggak suka biar ibu tolak. Tapi kalau Nur bisa menerima Anwar. Karena ibu nggak bisa nolak Anwar tanpa alasan."
"Boleh Nur bicara dengan kak Andre berdua."
"Bagus itu, kalian yang jalani kalian yang putuskan."
Nur mengangkat telpon, menghubungi Andre yang sedang bicara dengan pak Farhan.
"Maaf,boleh saya mengangkat telpon, dari Nur."
"Yo, silahkan. Apa perlu bapak Nur ajak ke sini."
"Kalau boleh, Bapak."
"Baiklah, biar bapak ajak Nur ke sini."
Seiring pak Farhan masuk, dari dalam rumah Nur tampak berjalan menunduk menemui Andre.
Membuat Andre senyum-senyum menatapnya.
"Kak Andre, kok jadi gini."
"Lalu gimana. Gini kan bapak ibu Farhan tenang nggak perlu nolak tetangga. Kamu juga bisa sekolah. Dan ingat janjimu tadi malam."
Nur terdiam dan malu. Bagaimanapun itu keputusan yang terbaik diantara yang terjelek. Nach lo ...
Apa mau dikata. Dia sudah terlanjur berjanji. Mau tak mau harus bisa menjalani.
"Nur, kakak tahu kakak ini bukan kak Uyamu. Yang mampu memberikan keceriaan kala kamu masih kecil. Hingga kamu merindukannya sampai saat ini.
Tapi berilah kesempatan pada kakak untuk jadi sahabat yang berarti dalam hidupmu. Dalam arti sesungguhnya."
Wah ... hati siapa yang nggak klepek-klepek mendengar kata-kata seperti ini. Nur sampai bengong dibuatnya. Sungguh dia tak mengerti tapi dicoba untuk mencerna. Agar dia tak salah mengambil keputusan.
"Kak, Nur juga bukan orang yang sempurna. Bahkan bapak ibu Nur. Nur tak tahu.
Nur merasa bangga dan berharga, selama ini bisa bersahabat dengan kakak. Bimbing Nur untuk bisa menjadi sahabat yang baik bagi Kakak."
Nur terlihat tenang meski pipinya memerah dan wajahnya menunduk.
"Terima kasih, Nur. Berarti lamaran kakak diterima dong.' kata Andre mencoba mencairkan suasana.
Nur menatap Andre dengan senyuman tanpa kata. Yang disembunyikan di balik cadar berwarna biru muda. Dengan rapi menutup mimik wajahnya yang tak terlihat. Namun dapat dirasa oleh Andre yang ada di dekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
yaaaaaa akhry sama andre.....smg smpe ke pelaminan.....heeee
2022-09-19
0
Conny Radiansyah
bingung juga ya Nur...
2021-05-18
1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
mennding gtu
2021-05-05
1