BAB 3 : Nur dan Aku

"Keuntungan buatku?"

Kurasa gemuruh amarahku bergejolah di dada ini, mendengar kata-kata itu.

"Baiklah kalau begitu."

Segera kulepas cincin yang beberapa saat lalu tersemat di jari manisku.

"Gila !?"

"Apa yang kamu lakukan?"

Lèbih baik aku diam. Dari pada aku mengeluarkan amarahku yang sudah memuncak, siap untuk meledak.

Tapi rasa ini sangat menyesakkan. Hingga air mataku tak terasa keluar dengan sendirinya.

"Aku tak mau bermain-main untuk pernikahan."

"Lalu?"

"Aku sendiri tak tahu tujuan perjodohan ini untuk apa. Yang ku tahu Bapak, ibu sepertinya juga tertekan dengan masalah ini."

"Maumu?"

"Kita yang menjalani, kita yang putuskan."

"Kamu terlalu berani."

"Akankah aku akan mengikuti imam yang hanya maunya sendiri. Tak mungkinlah."

"Aku tak punya keberanian sepertimu."

"Bagaimana mungkin, kamu seorang laki-laki?"

"Kali ini aku mengalah padamu. Pakailah!"

"Tak mungkin. Kamu sama sekali tak bisa menghargaiku. Aku tak bisa."

"Ya, kalau itu maumu. aku tak menghalangi."

"Itu lebih baik."

Aku meninggalkannya seorang diri. Lepas sudah beban yang ada. Meski aku tak tahu akhirnya dimana.

"Hai sudah selesai ngobrolnya?" Kak Nadya menemui kami.

"Nggak ada yang perlu diomongkan lagi." aku berlalu begitu saja tanpa berpamitan dengannya.

"Ada apa denganmu, Nur."

"Ada apa dengan kalian?" Hamdan melihat tajam ke arah Bahrul.

"Nur tak menginginkan pernikahan ini."

"Mengapa?"

"Aku tak tahu."

"Dan kamu?"

"Aku tak perduli dengan ini semua."

"Maksudmu?"

"Sejak awal aku tak punya keinginan sedikitpun atas pernikahan ini."

"Lalu?"

"Maafkan aku."

"Kamu harus bisa jelaskan pada keluarga."

"Tidak saat ini."

"Menunggu kamu bisa menikahi adikku. Dan adikku merasa terhina. Begitu maksudmu."

Hampir saja telapak tangan Hamdan melayang, kalau saja Nadya tidak mencegahnya.

"Sejak pertama, orang tuamu menghendaki untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Kamu hanya diam. Seolah-olah kamu mengiyakan keputusan mereka."

"Maafkan."

Bahrul hanya menunduk, tak punya keberanian mengangkat wajahnya.

"Benar keputusan , Nur."

Lalu Nadya dan Hamdan meninggalkan Bahrul sendiri. Terduduk di kursi beranda.

Tak lama, Bahrul juga beranjak dari tempat itu. Dengan meninggalkan cincin pertunangannya tergeletak di atas meja. Mendekati abahnya. Mengatakan sesuatu dengan berbisik. Terlihat abah Arif mengangguk

Lalu dia berdiri dengan enggan. Memberi salam pada semua. Berjalan menyusuri jalan yang sepi dan gelap. Hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang tersenyum malu. Meninggalkan tempat yang seharusnya jalan untuk kebahagian untuk sebagian besar orang.

Namun tidak untuk dirinya. Seorang hamba yang telah berlumur dosa. Hingga meninggalkan jejak di tubuhnya yang tak mungkin dia ungkap. Bahkan pada orang tuanya sekalipun.

Bulir-bulir air mata tak sanggup lagi untuk dibendung, dalam danau kecil di bening matanya. Tak menghentikan langkahnya, untuk menjauh dari tempat ia menebar dan membakar amarah, dari orang yang ingin dia cinta.

Cukup jauh dia melangkah, hingga tak terasa

mengarah pada sebuah sendang, di dekat sebuah Masjid kecil nan asri. Meski dalam bayangan yang samar.

Terdengar suara gemiricik air yang mengalir, menggoda untuk disentuh dalam damai.

Berlahan dia turun dimana suara gemericik itu ada. Membasuh air matanya hingga menyatu dalam rasa dingin dari embun yang mulai turun. Untuk hilangkan sedikit keresahan yang selama ini dipendamnya.

Setelah itu dia melangkah pada jalan yang sedikit mendaki untuk mencapai gerbang masjid untuk bersujud.

Di kesendiriannya mencoba untuk mengadukan semuanya.

Dalam air matanya, dia mencoba berbisik pada Yang Maha Pendengar. Meski lirih dia ucapkan.

Ampuni hambamu,

Wahai Robbku yang penuh Kasih

Biarlah kemarahan yang kucipta membakar diriku yang tiada arti lagi.

Aku hanya tak ingin menyakitinya lebih jauh lagi.

Sekali lagi

Ampuni aku atas semua ini

Sejenak dia duduk menatap langit yang jernih tak berawan. Indah dengan bintang yang bertebaran. Kerlipnya semitsal mutiara. Membimbing khayalnya untuk melukiskan wajah seseorang. Yang telah dinantinya sejak 17 tahun silam. Namun tiada sangkah kalau dirinya akan menemukannya jua.

💎

Nur Aini fil Islam. Itu adalah sebuah nama yang selalu ku ingat semenjak kelas 7.

Adalah gadis kecil yang selalu dibawa bu Farhan ketika bekerja di tempatku.

"Kakak ...." sambil berteriak, dia berlari ke arahku. Ketika sepasang ayam talkun terus mengejarnya

Dia dengan cepat berpegangan erat di kakiku. Lalu bersembunyi di belakangku. Dengan rasa takut dia mengibas-ngibaskan tangannya agar ayam itu pergi. Membuatku tertawa.

"Kenapa?"

"Ayamnya nakal."

Lalu kuraih tubuh kecilnya dalam gendonganku. Mengajaknya ke dalam kamar.

Disana meja belajarku pasti akan diacak-acaknya. Tapi biarlah ....

Habis gemesin banget. Digoda sedikit, ngeeek .... nangis tapi hanya sebentar.

"Ayo bergaya ..." dengan centilnya dia mengikuti arahanku. Dan ceklik ...

Lupa dech ... dengan tangisnya.

Inisiatif dan tak mudah mengalah.

Adik yang menyenangkan.Membuatku kangen untuk segera pulang. Dan berjumpa dengannya. Dengan membawa hadiah kecil yang selalu dia nanti.

Begitu aku datang, dia akan mengikutiku terus, hingga ke dalam kamar. Lalu tanpa permisi membuka tasku. Dan mengeluarkan semua isinya. Sampai menemukan hadiah yang dia cari. Tak perduli meski aku dari sekolah. Pasti dia akan cari hadiah itu sampai ketemu. Kalau nggak, dia pasti akan menghukumku.

Ini anak pembantu sama tuannya nggak ada takutnya ....

Terkadang membuat bu Farhan tak enak hati, atas tingkah laku putri kecilnya itu. Tapi ummi dan abah malah senang dengan tingkah laku Nur yang lucu itu. Dan membiarkan dia bermain-main denganku. Bahkan tertidur di kamarku. Atau ketika aku mengajaknya makan bersama. Mereka sama sekali tak keberatan dan tak ambil pusing.

Mungkin mereka sudah tak mungkin memberiku seorang adik.

Ini karena ummi pernah terkena kanker rahim. Hingga harus merelakan rahimnya diangkat.

Hari-hari bersamanya sangat menyenangkan. Hanya sayang kami harus berpindah tempat tinggal. Mengikuti abah kemana dia bekerja. Sehingga aku harus berpisah dengan adik kesayanganku.

Ingin rasanya aku mengajaknya pergi bersama kami. Tapi Ummi dan abah keberatan. Takut kalau kenapa-napa. Apalagi pak Farhan dan bu Farhan juga menahannya.

Meski kutahu Nur itu bukan putri mereka. Tapi kasih sayang mereka sungguh luar biasa. Sehingga Nur akan sulit terpisah dari mereka.

Abah dan Ummi tak keberatan waktu aku mengajak ke bandara. Tentu dengan ditemani ibu dan bapak Farhan dan keluarga.

Nur kecil memakai baju yang dibelikan ummi . Berwarna pink pastel dengan kerudung senada dengan gambar froze. Tampak lucu dan unik. Dia selalu menutup wajahnya dengan ujung kerudungnya hingga tak terlihat. Membuatku gemas.

Dia mengikutiku dari belakang dengan menggandeng tanganku. Maksudnya ... aku yang menggandengnya.

"Kakak akan pergi ya ..."

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaanya.

Aku melihat mata yang sayu dan sedih seakan ingin menangis.

Makanya dia tutup wajah imutnya dengan kerudung. Hingga ku tak bisa mencium pipinya yang tembem itu.

Untunglah di depanku ada supermarket yang ada es krimnya. Segera kuajak ke sana sebentar. Membelikan 2 es cream kesukannya.

Dia tertawa tapi masih menutup wajahnya.

"Bagaimana bisa makan es cream kalau wajahmu, kau tutupi."

Lalu dia melepas ujung kerudung yang menutup wajahnya dan meraih es cream yang ku beri.

Terpopuler

Comments

juni

juni

👍👍👍

2021-09-14

0

Lia Rosita

Lia Rosita

Nur ingat gak ya

2021-04-17

1

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

semangat😉🙏

2021-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Pulang
2 BAB 2 : Lamaran.
3 BAB 3 : Nur dan Aku
4 BAB 4 : Moment Pagi
5 BAB 5 : Kak Uya
6 BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7 BAB 7 : Rujakan
8 BAB 8 : Perhatian Andre
9 BAB 9 : Kangen
10 BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11 BAB 11 : Yang Tersimpan
12 BAB 12 : Langkah Nyata
13 BAB 13 : Bu Retno
14 BAB 14 : Lagi dan Usai
15 BAB 15 : Rombongan Tamu
16 BAB 16 : Bertemu Keluarga
17 BAB 17 : Persiapan
18 BAB 18 : Calon Menantu
19 BAB 19 : Hasil DNA
20 BAB 20 : Diikuti
21 BAB 21 : Bertemu Ulya
22 BAB 22 : Lupakan Kakak
23 BAB 23 : Persiapan
24 BAB 24 : Keraguan
25 BAB 25 : Penelusuran
26 BAB 26 : Janji Suci
27 BAB 27 : Kubawa Dirimu
28 BAB 28 : Aku Masih Takut
29 BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30 BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31 BAB 31 : Terseret Ombak
32 BAB 32 : Dimana Mas Andre
33 BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34 BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35 BAB 35 : Rela Melepasmu
36 BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37 BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38 BAB 38: ULYA POV
39 BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40 BAB 40: Belanja
41 BAB 41: Di Pusara Andre
42 BAB 42: Ungkapkan Rasa
43 BAB 43 : Papa Sofyan
44 BAB 44: Baby Twins
45 BAB 45: Aku Ingin Pulang
46 BAB 46 : Cari Makan
47 BAB 47 : Tentang Devra
48 BAB 48 : Selamat Tinggal
49 BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50 BAB 50 : Sandiwara Naura
51 BAB 51 : Malam Ini
52 BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53 BAB 53 : Insiden Kecil
54 BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55 BAB 55 : Rasaku
56 BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57 BAB 57 : Rindu
58 BAB 58 : Melahirkan
59 BAB 59 : Ibu yang bahagia
60 BAB 60 : Meminang
61 BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62 BAB 62 : Semua Harus Jelas
63 BAB 63 : Mustofa (POV)
64 BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65 BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66 BAB 66 : ke KBRI
67 BAB 67 : Keinginan Mustofa
68 BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69 BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70 BAB 70 : Semua Pergi
71 BAB 71 : Memendam Rindu
72 BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73 BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74 BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75 BAB 75 : Rumah Baru
76 BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77 BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78 BAB 78 : Luka Lama
79 BAB 79 : Kembali
80 BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81 BAB 81 : HAGYA
82 BAB 82 : Putri Kita
83 BAB 83 : Engkau Kekasihku
84 BAB 84 : Awal Cerita
85 BAB 85 : Akmal Menghilang
86 BAB 86 : Mencari Akmal
87 BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88 BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89 BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90 BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91 BAB 91 : Awal Perjalanan
92 BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93 BAB 93 : Kabar Akmal
94 BAB 94 : Akmal Ditemukan
95 BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96 BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97 BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98 Keluarga Tarzan
99 Rima
100 Utuh atau Berbagi
101 Krucil Ceria
102 Lanjut Untuk Rima
103 Dinner Ala Mustofa dan Rima
104 Ungkapkan saja
105 Restu Yang Sempurna
106 Sesuatu Tentang Mustofa
107 Memutuskan Hari H
108 Kenangan Masa Lalu
109 Dengan Vidio call
110 Ini Papa Sayang
111 ke Halim
112 Samperin Aja
113 Pengantin Baru
114 Tengah Malam
115 Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116 pengumuman
117 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1 : Pulang
2
BAB 2 : Lamaran.
3
BAB 3 : Nur dan Aku
4
BAB 4 : Moment Pagi
5
BAB 5 : Kak Uya
6
BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7
BAB 7 : Rujakan
8
BAB 8 : Perhatian Andre
9
BAB 9 : Kangen
10
BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11
BAB 11 : Yang Tersimpan
12
BAB 12 : Langkah Nyata
13
BAB 13 : Bu Retno
14
BAB 14 : Lagi dan Usai
15
BAB 15 : Rombongan Tamu
16
BAB 16 : Bertemu Keluarga
17
BAB 17 : Persiapan
18
BAB 18 : Calon Menantu
19
BAB 19 : Hasil DNA
20
BAB 20 : Diikuti
21
BAB 21 : Bertemu Ulya
22
BAB 22 : Lupakan Kakak
23
BAB 23 : Persiapan
24
BAB 24 : Keraguan
25
BAB 25 : Penelusuran
26
BAB 26 : Janji Suci
27
BAB 27 : Kubawa Dirimu
28
BAB 28 : Aku Masih Takut
29
BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30
BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31
BAB 31 : Terseret Ombak
32
BAB 32 : Dimana Mas Andre
33
BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34
BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35
BAB 35 : Rela Melepasmu
36
BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37
BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38
BAB 38: ULYA POV
39
BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40
BAB 40: Belanja
41
BAB 41: Di Pusara Andre
42
BAB 42: Ungkapkan Rasa
43
BAB 43 : Papa Sofyan
44
BAB 44: Baby Twins
45
BAB 45: Aku Ingin Pulang
46
BAB 46 : Cari Makan
47
BAB 47 : Tentang Devra
48
BAB 48 : Selamat Tinggal
49
BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50
BAB 50 : Sandiwara Naura
51
BAB 51 : Malam Ini
52
BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53
BAB 53 : Insiden Kecil
54
BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55
BAB 55 : Rasaku
56
BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57
BAB 57 : Rindu
58
BAB 58 : Melahirkan
59
BAB 59 : Ibu yang bahagia
60
BAB 60 : Meminang
61
BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62
BAB 62 : Semua Harus Jelas
63
BAB 63 : Mustofa (POV)
64
BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65
BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66
BAB 66 : ke KBRI
67
BAB 67 : Keinginan Mustofa
68
BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69
BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70
BAB 70 : Semua Pergi
71
BAB 71 : Memendam Rindu
72
BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73
BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74
BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75
BAB 75 : Rumah Baru
76
BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77
BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78
BAB 78 : Luka Lama
79
BAB 79 : Kembali
80
BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81
BAB 81 : HAGYA
82
BAB 82 : Putri Kita
83
BAB 83 : Engkau Kekasihku
84
BAB 84 : Awal Cerita
85
BAB 85 : Akmal Menghilang
86
BAB 86 : Mencari Akmal
87
BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88
BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89
BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90
BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91
BAB 91 : Awal Perjalanan
92
BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93
BAB 93 : Kabar Akmal
94
BAB 94 : Akmal Ditemukan
95
BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96
BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97
BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98
Keluarga Tarzan
99
Rima
100
Utuh atau Berbagi
101
Krucil Ceria
102
Lanjut Untuk Rima
103
Dinner Ala Mustofa dan Rima
104
Ungkapkan saja
105
Restu Yang Sempurna
106
Sesuatu Tentang Mustofa
107
Memutuskan Hari H
108
Kenangan Masa Lalu
109
Dengan Vidio call
110
Ini Papa Sayang
111
ke Halim
112
Samperin Aja
113
Pengantin Baru
114
Tengah Malam
115
Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116
pengumuman
117
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!