Evan sudah lama curiga kalau selama ini Frans selalu memantau gerak-geriknya.
" Papa cuma asal menebak saja, habis dari tadi kamu uring-uringan kayak orang lagi putus cinta saja." Ucap Frans menyangkal.
" Enggak kok Pa, Evan nggak lagi putus cinta."
" Sudah sayang, masih banyak cewek lain. Anak mama ini kan gantengnya selangit, jadi akan banyak cewek-cewek yang akan mengantri untuk jadi pacar kamu."
Evan mengambil nafas panjang dan membuangnya secara perlahan. Ia menatap keluar jendela. Sesampainya di rumah Sandy. Frans mengetuk pintu.
Tokk..tokk..tokk..
" Sebentar..siapa sih yang datang malam-malam gini." Ucap Monic kesal. Monic berjalan menuju pintu utama dan membuka pintu.
" Om, tante, bang Evan." Ucap Monic terkejut.
" Apa kabar Mon?" Tanya Frans sambil mengusap puncak kepala Monic.
" Baik om, mari silahkan masuk."
" Papa dan mama kamu mana?" Tanya Dona lalu masuk ke dalam rumah.
" Papa dan mama lagi pergi tante, mungkin sebentar lagi pulang." Ucap Monic sembari mencium tangan Dona dan Frans.
" Terus oma kamu?" Tanya Frans sambil melihat sekeliling yang masih sama dan tidak berubah sama sekali.
Frans dan Dona sudah 5 tahun tidak mengunjungi Mona dan Meysa di Bandung karena biasanya mereka yang akan ke Jakarta untuk menemui cucu-cucu nya.
" Oma lagi di kamar Pa."
" Ya sudah om dan tante akan menemui oma kalian."
" Evan mau kekamar dulu Pa, capek." Ucap Evan lalu melangkah pergi.
" Bang..tunggu." Teriak Monic.
" Ada apa?"
" Kamar abang lagi di renovasi dan belum selesai, jadi abang tidur di kamar tamu."
" Kenapa nggak bilang dari tadi." Ucap Evan lalu berjalan menuju kamar tamu yang berada di belakang.
" Abang kan nggak nanya! " Gerutu Monic.
Frans berjalan menuju kamar Mona, ia mengetuk pintu kamar Mona.
Tokk..tokk..tokk.
" Ma..boleh Frans masuk?" Ucap Frans. Setelah mendengar sahutan dari dalam Frans membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Mona dan di ikuti Dona di belakangnya.
" Kapan kalian datang?"
" Baru saja kok Ma." Ucap Frans lalu mencium tangan Mona. Begitu juga dengan Dona.
" Kalian datang sama siapa? Evan dan Carlos juga ikut. Mama sangat merindukan mereka."
" Carlos nggak ikut Ma karena dia ada kerjaan. Carlos kan seorang dokter jadi banyak pasien yang harus dia urus, cuma Evan yang ikut."
" Apa Evan masih susah di atur seperti dulu?"
" Sudah nggak Ma, Evan sekarang sudah sedikit mau menurut. Evan mungkin cuma merasa kasih sayang kedua orangtuanya terbagi, makanya dia bersikap seperti itu tapi walau begitu Evan sangat menyayangi Carlos seperti adiknya sendiri." Ucap Dona.
" Mama merasa kasian sama Carlos, dia harus kehilangan kedua orangtuanya saat usianya masih belia, di saat seorang anak membutuhkan kasih sayang lebih. Untung kalian mau menerimanya seperti anak kalian sendiri."
" Kami nggak pernah membeda-bedakan mereka Ma, mereka anak-anak kami." Ucap Frans.
" Mama bangga sama kamu sayang, untung kamu nggak mewarisi sikap papa kamu."
" Mama salah, sebelum Frans kenal sama Dona, sifat Frans nggak seperti sekarang ini Ma. Frans nggak kenal ampun, siapa yang berani menyakiti dan menyinggung Frans maka Frans akan membalasnya berkali-kali lipat rasa sakit yang Frans rasakan. Karena Dona lah Frans bisa jadi seperti sekarang." Ucap Frans sembari menggenggam tangan Dona.
" Papa jangan berlebih-lebihan. Sebenarnya papa itu punya hati yang baik cuma saja papa kurang akan kasih sayang makanya papa bersikap seperti itu."
" Makasih Ma, karena sudah hadir dalam hidup papa." Ucap Frans lalu mencium tangan Dona.
Mona senang melihat anaknya hidup bahagia bersama wanita yang sangat di cintainya. Mona bersyukur Dona bisa hadir dalam hidup Frans. Karena Mona merasa sangat bersalah karena telah meninggalkannya dan tidak bisa memberinya kasih sayang seorang ibu. Tanpa sadar air mata membasahi pipi Mona.
" Kenapa mama menangis?" Tanya Frans lalu menghapus air mata Mona.
" Maafin mama sayang, karena telah meninggalkanmu bersama papa kamu. Karena mama hidup kamu jadi menderita. Mama nggak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu kepada kamu." Ucap Mona menyesali perbuatannya dulu.
" Ma..itu semua sudah berlalu Ma, yang penting sekarang mama ada disini bersama Frans." Ucap Frans lalu memeluk Mona.
✓✓✓✓
Carla sedang berada di dalam kamar sambil mondar-mandir. Carla ingin sekali menelfon Evan karena Carla sangat merindukan Evan. Carla mengambil ponselnya dari atas meja.
" Ponsel aku ternyata mati." Ucap Carla lalu mulai mengisi daya baterai ponselnya.
Carla menyalakan ponselnya dan melihat notifikasi pesan dari Evan. Carla membaca pesan dari Evan.
" Lebih baik aku telfon saja deh." Ucap Carla lalu menelfon Evan.
Tutt..tutt..tutt..
Evan membuka matanya secara perlahan. Ia mengambil ponselnya dari atas meja.
" Siapa sih pagi-pagi gini menelfon." Gerutu Evan. Evan menjawab telfon tanpa melihat siapa yang menelfon.
" Hallo." Ucap Evan dengan suara paraunya yang baru saja bangun tidur.
" Kamu baru bangun tidur, maaf aku sudah membangunkan kamu."
" Carla..eng...nggak kok, kamu nggak membangunkan aku, aku sudah bangun dari tadi." Ucap Evan sambil menyenderkan tubuhnya.
" Maaf kemarin aku nggak membalas pesan kamu karena ponsel aku mati."
" Ya, nggak apa-apa, lagian kamu kan lagi asyik sama teman baru kamu itu." Sindir Evan.
" Maaf, sekarang kita bisa ketemu nggak?"
" Maaf, aku nggak bisa."
Evan ingin sekali bertemu Carla tapi Evan nggak ingin mengecewakan kedua orangtuanya.
" Kenapa? Kamu marah sama aku? Kamu mau membalas atas sikap aku kemarin."
" Aku sibuk, lebih baik kamu pergi sama teman baru kamu itu."
" Kamu ini kenapa sih, nggak kayak biasanya." Ucap Carla curiga.
" Nggak apa-apa, aku lagi malas kemana-mana."
" Kalau gitu biar aku yang ke rumah kamu."
" Memangnya kamu tahu rumah aku?"
" Benar juga ya, aku kan tidak tahu dimana rumah Evan. Aku kan tidak pernah datang ke rumah Evan." Bathin Carla
" Aku akan cari tahu sampai aku menemukan rumah kamu."
" Walau kamu sudah menemukan rumah aku kamu nggak akan bertemu sama aku."
" Kenapa? Kamu nggak mau menemuiku, ya sudah deh maaf kalau aku sudah membuatmu marah." Ucap Carla pelan.
" Bukan gitu, aku nggak marah kok, cuma sekarang aku lagi ada di Bandung."
" Ngapain kamu di Bandung?"
" Ke rumah oma aku, besok aku akan menemuimu, aku akan menjemputmu."
" Beneran! kamu nggak marahkan! " Ucap Carla senang.
" Mana mungkin aku bisa marah sama kamu, kamu kan sahabat terbaik aku, kalau aku marah sama kamu nanti siapa dong yang mau bantuin aku mengerjakan tugas."
" Dasar, cuma itu saja yang ada di pikiran kamu." Ucap Carla kesal.
" Terus aku harus bilang apa dong, aku bilang pacar, kamu bukan pacar aku. Kamu kan memang sahabat sejati aku yang selalu membantu aku mengerjakan tugas dan yang selalu menemaniku kemana pun aku pergi."
" Ya, kamu benar, sahabat sejati. Ya sudah, kamu lanjutin tidur kamu, kita ketemu besok." Ucap Carla lalu mematikan ponselnya.
" Andai aku bisa bilang kalau aku sangat merindukan kamu." Ucap Evan lalu menghela nafas lelah.
🌟🌟🌟🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 520 Episodes
Comments
Nhurul FAtma
aku kasian sma Evan yg sllu mngalah dmi cahlos...
dulu wktu SMA Evan sudah mnglah...msak ia skrng Evan juga yg harus mnglah thor🙁🙁
2020-05-14
2
Iecha Na Percus
ya elah evan tinggal ngomong doang ribet amat jdi gereget nih baca nya... tpi seru semngat thor 💪💪💪
2020-02-25
2
Sarmiyati Fikhairelyn
lanjut Thor, mkin seru nih
2020-01-13
3