Evan terlihat sangat ketakutan melihat apa yang sedang di pegang Monic.
" Singkirin nggak!" Teriak Evan keras.Evan berdiri dan menjauh dari Monic.
" Abang ini sudah besar, masa sama ginian saja takut." Ucap Monic sambil membuang ular-ularan dari tangannya. Monic sangat suka menjahili Evan.
" Aku bukannya takut, tapi aku geli dan aku pobia sama ular." Ucap Evan lalu kembali duduk di samping Monic.
Evan saat masih kecil pernah di gigit ular. Untungnya ular itu tidak berbisa, semenjak saat itu Evan menjadi pobia sama ular walaupun itu cuma ular mainan.
" Kamu ini ya jadi orang jahil banget sih! Kenapa juga aku harus punya sepupu kayak kamu." Ucap Evan kesal.
" Kayak yang bilang nggak jahil saja, siapa dulu yang duluan ngejahilin Monic? Sekarang giliran Monic untuk ngejahilin abang." Ucap Monic sembari mengurucutkan bibirnya. Evan saat masih kecil sering ngejahilin Monic makanya sekarang Monic membalas menjahili Evan.
" Oya..gimana kabar Ricart? apa dia betah sekolah di New York?" Tanya Evan yang tiba-tiba ingat dengan sepupunya yang sekolah di luar negeri.
Mery mempunyai satu anak lagi. Namanya Ricart Geovani. Ricart lahir dua tahun setelah Monic lahir, tepatnya seminggu setelah kematian Marcel dan Mira. Ricart saat ini sedang sekolah di New York. Ricart duduk di bangku 2 SMA.
" Bentah banget, katanya dia nggak mau pulang tapi papa menyuruhnya untuk pulang setelah lulus. Papa ingin Ricart kuliah disini saja, sudah cukup 3 tahun berpisah katanya." Ucap Monic lalu menyandarkan kepalanya ke punggung sofa.
" Monic juga sangat merindukannya." Imbuhnya.
" Dasar Ricart, masih kecil tapi betah jauh dari orangtua. Kalau aku ma ogah, enakan di rumah bisa dekat sama mama dan papa." Ucap Evan lalu ikutan menyadarkan kepalanya ke punggung sofa.
" Ya kan bagus bang, bisa mandiri, nggak kayak abang, sudah besar tapi uang masih minta sama orangtua. Contoh itu bang Carlos, lebih milih bekerja dari pada meneruskan S2 nya. Aku bangga mempunyai sepupu seperti bang Carlos." Ucap Monic. Carlos adalah panutan Monic. Monic ingin seperti Carlos bisa mandiri dan mencari uang sendiri.
" Aku juga akan bekerja di kantor papa kalau aku sudah lulus nanti. Untuk sekarang aku akan puas-puasin untuk bersenang-senang." Ucap Evan. Evan kembali memainkan ponselnya. Ia ingin pergi tidur tapi tidak enak masih pada kumpul.
" Bang.." Ucap Monic sambil mencolek lengan Evan.
" Hemmm..." Sahut Evan tapi ia masih fokus dengan ponselnya.
" Bang...." Ucap Monic sedikit keras di telinga Evan.
" Apaan sih! bisa tuli telinga aku karena teriakan kamu." Ucap Evan kesal sambil menatap Monic.
" Lihat itu bang Carlos dari tadi diam saja. Apa kita kesana saja untuk menemaninya ? " Ucap Monic sambil melihat Carlos yang sedang duduk sendirian sambil menatap layar ponselnya.
" Biarkan saja Carlos sendiri, dia butuh waktu untuk sendiri. Jangan sekali-kali kamu menganggunya kalau kamu nggak mau kena semburan Carlos." Ucap Evan dan kembali lagi fokus sama ponselnya.
" Maksud abang apa?" Ucap Monic.Setahu Monic Carlos nggak pernah marah marah sama siapapun.
" Kalau Carlos lagi ingat sama orangtuanya dia nggak ingin diganggu siapapun termasuk aku. Dulu aku pernah mau menemaninya tapi aku malah di maki-maki." Ucap Evan lalu menghembuskan nafas lelah.
Evan kenal betul bagaimana sifat Carlos. Carlos memang jarang marah tapi dia tidak mau menunjukan kesedihannya kepada orang lain. Makanya saat ingat akan kedua orangtuannya Carlos lebih memilih menyendiri.
" Monic nggak tega melihat bang Carlos saat seperti ini Bang. Setiap tahun bang Carlos pasti sedih saat mengingat kedua orangtuanya." Ucap Monic sedih.
" Monic saja lupa gimana tante Mira dan om Marcel dulu, waktu itu kan Monic masih kecil jadi Monic belum begitu mengenal mereka." Imbuhnya.
" Siapa saja pasti sedihlah, bukan hanya
Carlos."
✓✓✓✓
Evan yang sedari tadi menunggu Carla yang nggak kunjung-kunjung keluar dari kelas pun merasa penasaran. Evan kembali masuk ke dalam kelas dan menghampiri Carla yang sedang duduk termenung.
" Lagi ngelamunin apaan sih? lagi mikirin aku ya." Ucap Evan lalu duduk di samping Carla.
Carla hanya diam dan tidak memperdulikan Evan. Ia tetap fokus sama ponselnya.
" Kamu masih ngambek sama aku?" Ucap Evan. Evan paling nggak suka saat melihat Carla cuek kepadanya.
" Sudah tahu nanya." Ucap Carla tanpa menatap Evan.
" Apa salah aku coba?" Ucap Evan sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya. Evan menatap Carla hingga Carla pun harus memalingkan wajahnya.
" Kamu pikir saja sendiri!" Ucap Carla ketus.
Evan paling sebel sama cewek kalau sedang di tanya apa alasan mereka ngambek pasti di suruh mikir sendiri.
" Memangnya aku paranormal yang bisa tahu masa depan dan isi hati seseorang." Guman Evan.
" Sana pergi, aku nggak mau lihat kamu." Ucap Carla sambil mendorong tubuh Evan.
Evan tetap diam tak bergeser sedikit pun. Ia tidak ingin meninggalkan Carla saat dia sedang ngambek seperti ini, karena nanti urusannya akan menjadi semakin panjang.
" Temani aku dong!" Ucap Evan sambil merangkul pundak Carla.
" Ogah!" Tolak Carla. Ia mencoba menyingkirkan tangan Evan dari pundaknya. Tapi Evan malah semakin mempererat genggamannya.
" Please!" Ucap Evan memohon. Evan melebarkan senyumannya hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih.
" No..." Tolak Carla lagi.
" Kalau kamu nggak mau menemani aku, aku nggak akan makan sampai besok." Ancam Evan. Lalu melepaskan rangkulannya. Evan mensedekapkan kedua tangannya sambil mengerucutkan bibirnya.
" Terserah!" Ucap Carla cuek nggak perduli.
" Kalau aku mati gimana?"
" Ya tinggal di kubur saja, gitu saja repot." Ucap Carla tanpa menatap Evan.
" Kamu tega ya, kamu senang kalau melihat aku mati." Ucap Evan lalu menatap Carla. Evan nggak menyangka Carla tega mengucapkan kata-kata itu.
" Cuma nggak makan sehari saja juga nggak bakalan mati, ancaman kamu nggak mempan." Ucap Carla. Ia langsung menatap Evan yang terlihat sangat sedih. Carla menjadi merasa bersalah.
" Aku nggak makan sejak kemarin karena aku selalu memikirkan kamu. Aku nggak suka kamu ngambek kayak gini." Ucap Evan lalu menundukan kepalanya.
" Seriusan!" Ucap Carla terkejut.
" Dua rius malahan."
" Aku nanya serius ini." Ucap Carla kesal.
" Aku juga serius sayang, aku lapar banget ini. Temani aku makan ya..please! " Ucap Evan memohon.
Carla tidak tega melihat Evan memohon-mohon seperti itu.
" Ya sudah ayo, tapi jangan lama-lama ya."
" Ok..ayo berangkat." Ucap Evan lalu berdiri dan menarik tangan Carla.
Mereka masuk ke dalam mobil dan Evan melajukan mobilnya menuju restoran. Sesampainya di restoran mereka masuk ke dalam restoran.
" Kamu mau makan apa?" Tanya Evan sambil melihat buku menu.
" Terserah kamu saja."
Evan memanggil pelayan dan memesan makanan dan minuman.
" Makasih ya sudah mau menemani aku makan." Ucap Evan dan tersenyum menatap Carla.
" Hemmm.."
" Kamu masih marah sama aku?" Ucap Evan sambil menggenggam tangan Carla.
" Hemmm.."
Pesanan mereka pun datang, mereka mulai makan dalam keheningan. Setelah selesai makan Carla malah asyik dengan ponselnya.
" La..." Ucap Evan sambil menatap Carla yang sedari tadi tidak mengubrisnya.
" Hemm.."
" La.." Ucap Evan yang mulai kesal dengan tingkah Carla yang kekanak-kanakan.
Evan semakin geram melihat sikap Carla yang terus mendiamkannya. Paling sulit bagi Evan saat Carla sedang ngambek seperti ini.
🌟🌟🌟🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 520 Episodes
Comments
Dhita Tata
clarisa sama nena kok g ada kbr nya thor
2020-04-22
1
📸⃝ᴿᴳDOWN BLACK
clarisa sma neng dn deo kbrnya gmna yah,ap evan pindah
2020-03-28
1
BundaNa Wawa
Kasihan carlos
2020-01-07
5