Pov Author
Matahari mulai mengintip di balik jendela yang tertutup oleh tirai warna putih itu, di kamar bernuansa biru muda Zelia tengah bergelut dengan selimut dan guling miliknya, dari luar terdengar suara wanita tengah meneriakkan namanya.
"Zelia cepat bangun!" panggil sang mommy pada Zelia, namun gadis itu masih tak bergerak dari ranjangnya.
Pintu kamar terbuka, di tatapnya anak gadis yang begitu malas itu dengan tatapan penuh keheranan.
"Astaga Zelia, mommy dah bangunin dari tadi gak beranjak juga!" ucap mommy kesal sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Zelia.
"Mom sepuluh menit lagi," ucap Zelia.
"Gak ada sepuluh menit menitan, ini udah jam setengah tujuh pagi!" mata Zelia langsung terbuka lebar mendengar ucapan sang mommy barusan.
"Mom aku bisa terlambat!" Zelia kalang kabut, dengan cepat beranjak untuk menuju ke dalam kamar mandi, namun dia masih gadis ceroboh tanpa sengaja kakinya masih tersangkut di selimut dan terjadilah insiden itu, dia jatuh tersungkur di lantai, lututnya terluka.
"Zelia!" teriak sang mommy, dia segera membantu Zelia.
"Auuuhh sakit mom," ucap Zelia sambil mendudukkan tubuhnya di lantai, terlihat darah segar keluar dari lututnya.
"Sini mommy obati," dengan sigap Zelia mendapatkan pertolongan pertama dari mommy nya.
Usai mengobati lukanya, Zelia tetap memilih pergi ke sekolah meski kakinya sakit.
"Biar James yang mengantarmu Zelia," ucap dady pada Zelia, namun matanya mengarah ke James, pria itu tak bisa lagi menolak perintah dadi nya.
"Cepat lah kita bisa terlambat!" James yang telah selesai sarapan segera mengajak Zelia untuk berangkat ke sekolah.
"James," Zelia memanggil kakaknya dengan manja sambil menjulurkan kedua tangannya.
James mengerti apa yang di maksud Zelia, dia selalu seperti itu saat lututnya terluka,ini bukan pertama kali dalam hidup gadis itu jatuh dari tempat tidur, dan bukan pertama kalinya dia terluka di bagian lututnya. James memapah tubuh adiknya, kedua orang tua mereka tersenyum bahagia melihat kedua anaknya yang akur.
"Sampai kapan sih kamu merepotkan semua orang?" ucap James dingin, Zelia merasa sesuatu menyengat tepat di ulu hatinya.
"Kenapa James bilang seperti itu? ini bukanlah James yang ku kenal," batin Zelia dia hanya terdiam sampai di sekolah.
Semua mata menatap ke arah James dan Zelia, terutama para gadis yang mengidolakan James.
"Udah sampai sini aja, kamu bisa kan ke kelas sendiri," ucap James pada Zelia,sedangkan gadis itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.
James mengerutkan dahinya melihat perubahan Zelia, namun dia tak terlalu memperdulikan saudara manjanya itu,dia meninggalkan Zelia dan menuju ke kelasnya sendiri.
Zelia sedikit merasakan nyeri di lututnya, dia berjalan sambil terpincang-pincang.
"Zelia," sapa Andrew dari belakang Zelia, dia menatap kaki gadis itu yang tengah di perban.
"Kenapa lututmu?" tanya Andrew.
"Insiden kecil, bukan hal besar," jawab Zelia santai, mereka kini sudah sampai di dalam kelas.
"Oh ya bagaimana rencana nanti?" tanya Andrew merasa berhutang budi pada Zelia.
"Kurasa bukan waktu yang tepat jika sekarang bertemu nenek,"ucap Zelia sambil melihat ke arah lututnya.
"Em baiklah, tapi kamu tidak boleh mengatakan apapun tentang kita berpacaran di sekolah ini, paham!" Zelia mengangguk, dia juga tidak mengharapkan hubungan apapun dari pria mesum itu, selain saling menguntungkan di antara keduanya.
"Apa kalian berpacaran!" ucap Ziko teman sebangku Andrew dengan suara lantang.
Semua mata mengarah ke Zelia dan Andrew, terlebih para gadis yang ingin sekali menguliti Zelia, mereka tak menginginkan pria idamannya di miliki oleh gadis manapun, apalagi gadis dengan prestasi yang sangat jauh dari mereka, gadis peringkat pertama dari bawah itu.
Glek!
Zelia dan Andrew menelan ludah mereka dengan susah payah, kini para teman sekelas sedang mengerumuni keduanya untuk meminta kebenaran dari apa yang di ucapkan oleh Ziko.
"Dasar Ziko kampret!" batin Andrew, masalah akan menjadi rumit jika sahabatnya itu yang berbicara.
"Apa itu benar kak Andrew?" tanya Afei gadis paling cantik di kelas mereka.
"Bukan, bukan itu hanya Ziko bercanda saja, ya kan Ziko?" Andrew menepuk pundak Ziko sedangkan kakinya menginjak kaki milik Ziko agar dia mengerti kode yang dia maksud itu.
"Auh," Ziko merasa kesakitan tepat di kaki kanannya.
"Eh iya tadi aku cuma bercanda," ucap Ziko, kerumunan dengan cepat berhuu ria kepada pria culun itu, dia mendapatkan banyak jitakan di kepalanya.
"Dasar pria aneh, jelas tidak mungkin kak Andrew menyukai gadis jelek seperti Zelia ini," ucap seseorang di antara banyak gadis di dalam kelas itu, Zelia mengepalkan tangannya namun sedetik kemudian dia tersadar itu hanya akan memancing emosinya, dan mungkin kedok keduanya akan terbongkar dihadapan para gadis pemburu Andrew itu.
Kerumunan akhirnya kembali ke bangku masing-masing setelah seorang guru datang untuk mengajar mereka.
"Selamat pagi anak-anak, oya untuk semester kali ini ibu harap kalian bersungguh-sungguh dalam belajar, karena nilai kali ini akan menentukan kelas kalian di kelas berikutnya," ucap bu Sisil.
"Maksudnya gimana bu?" tanya salah satu siswa,Zelia hanya memperhatikan saja.
"Jika kalian masuk 20 besar maka kalian akan masih satu kelas, sedangkan peringkat 20 keatas akan kita campur ke kelas yang lain, jadi untuk peringkat 20 besar sudah di pastikan akan masuk kelas unggulan, tentunya dengan nilai-nilai yang bagus di semester ini," penjelasan bu Sisil seperti tamparan bagi Zelia, di semester yang lalu dia hanya mendapat peringkat pertama, namun bukan dari atas tapi dari urutan paling bawah.
Hal itu membuat beberapa siswa di kelasnya sering mengejek Zelia.
"Hei Zelia dengarkan itu, jika kamu bisa masuk 20 besar aku akan melakukan apapun yang kamu minta," ucap Andrew berbisik pada Zelia.
Gadis itu terkejut bukan main dengan apa yang di ucapkan Andrew, mereka tak sedekat itu kenapa harus dia mengatakan hal itu.
Namun Zelia masih tenang tak membalas sedikitpun, dia tahu kemampuannya, dan mungkin Andrew hanya sedang mengejeknya.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga jam pulang telah tiba, kini semua anak di dalam kelas sudah keluar, tinggal Zelia dan Andrew yang masih berada di dalam kelas.
"Perlu bantuan?" tanya Andrew ketika melihat Zelia sedikit kesulitan berdiri.
"Tidak perlu!"
"Oh ya jangan terlalu dekat denganku, kau tahu kan maksudku?" Zelia berucap dingin, Andrew bisa merasakannya namun alasan apa yang membuatnya berubah dia tidak tahu.
Zelia berusaha berdiri namun saat melangkah kakinya tersandung kaki meja, dan dia kembali terjatuh tepat mengenai lututnya yang terluka.
"Aaah," Zelia mengaduh kesakitan.
"Zelia!" teriak Andrew menghampiri gadis itu, dia memapah Zelia untuk duduk di bangku kembali.
"Tunggu sebentar akan ku ambilkan obat untukmu," ucap Andrew menghampiri kotak obat.
Dia berlutut di hadapan Zelia dan mulai mengganti perban dan memberi obat kepada luka di lutut Zelia, gadis itu hanya menatap pria di depannya, entah kenapa jarak sedekat ini dengan pria itu membuat jantungnya sedikit berdetak kencang.
"Sudah selesai, mari ku bantu berjalan," ucap Andrew.
"Terima kasih," baru saja Zelia hendak berdiri di bantu Andrew,James kemudian datang dan menghampirinya.
"Ayo pulang," ucap James mengambil alih memapah Zelia, Andrew hanya terbengong dengan sikap James.
"James?" sapa Andrew, baru menyadari Zelia dekat dengan pria itu.
"Dia adikku!" ucap James dingin kemudian meninggalkan Andrew yang masih mematung di tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
👑
hadir
2020-12-15
2
ARSY ALFAZZA
👍🏻
2020-12-02
1
ARSY ALFAZZA
kakak ketinggalan jauh 🙄 sambungan dukungan boomlike 👍🏻
2020-12-02
1