Pov Zelia
Aku merutukki taksi online yang ku pesan untuk mengantarku pulang dari pusat perbelanjaan, sialnya taksi itu harus mengalami ban bocor di jalanan masuk ke perumahanku, yah meski tak terlalu jauh tapi kan ini sudah lumayan malam, tak baik bagi seorang gadis berjalan sendirian di luar rumah.
Ku paksakan kakiku melangkah lebih cepat, meski sebenarnya rasanya sangat melelahkan, tiba-tiba langkahku terhenti karena sebuah suara yang membuatku bergidik.
"Guk guk guk!" aku menoleh ke sumber suara yang sepertinya tak jauh dari tempatku berdiri saat ini, astaga tepat lima meter di belakangku seekor anjing tengah menatapku dengan penuh kebencian.
"Apa salahku?" batinku sambil berlari menghindari anjing sialan itu, yang mencoba mengejarku sebelumnya.
Deru napasku tak beraturan, untung saja aku pernah memenangkan lomba lari jarak jauh, jadi aku bisa terbebas dari anjing gila itu,
ku langkahkan kakiku untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Eh sejak kapan dady mengganti design rumah kita?" gumamku melihat keanehan pada rumah yang ku tinggali, langkahku menuju ke pintu utama, semuanya kenapa berubah hanya dalam sehari ku tinggal pergi.
"Eh kenapa pintunya terbuka?" tanyaku heran melihat pintu tak terkunci dan sedikit terbuka.
Aku tak terlalu memusingkan tentang hal itu, rasa lelah membawa kakiku melangkah ke kamar, ingin segera menyegarkan tubuhku dengan air hangat.
"Lah dady ngerubah kamarku juga?" aku mulai kesal dengan apa yang di lakukan dady, dia pasti tak mengatakan kalau ingin membuat kejutan dengan mengubah interior rumah kami.
"Ada suara air, siapa yang mandi?" aku mendekat ke arah kamar mandi, benar-benar ada orang, tapi siapa?
Tiba-tiba pintunya terbuka, aku kaget setengah mati, seorang pria tengah bertelanjang dada di depan mataku.
"Aaaaaaahhh!" mulutku tak bisa ku kontrol lagi, aku berteriak sekeras-kerasnya.
"Hei siapa kamu?!" tanyaku menyadari keberadaannya.
"Harusnya aku yang tanya begitu?" ucap pria itu tak kalah kaget, ku pandang wajah pria di depanku,sepertinya aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya.
Dia terlihat santai dengan tubuh yang hanya berbalut handuk di bagian bawah saja, sedangkan bagian atasnya terbuka, astaga mataku benar-benar teracuni.
"Udah puas lihatnya!" ucapnya membuyarkan pandanganku tentang roti sobek yang baru akan terbentuk.
"Eh" aku benar-benar seperti orang bodoh di hadapannya.
"Kenapa kamu di rumahku hah?" dia bertanya dengan wajah yang dingin.
"Rumahmu?" aku baru menyadari bahwa, kakiku salah melangkah ke rumah dia.
"Jangan bilang kamu salah masuk? atau kamu sengaja ingin mendekatiku?" dia nyerocos tak mau berhenti tak memberikanku waktu untuk segera membela diri.
"Stop! aku tak berniat mendekatimu, dan memang aku salah masuk rumah, lagian aku tadi di kejar anjing gila," aku mencoba menjelaskan.
"Pftt," dia menahan tawanya.
"Anjing? mana ada di perumahan ini ada anjingnya?" dia tak mempercayaiku.
"Sudahlah aku tak perduli kamu percaya atau tidak," aku berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan pria aneh itu, rasanya benar-benar malu dengan kejadian ini.
"Tunggu!" tiba-tiba dia menarik tanganku.
"Tentang pagi itu, tubuhmu benar-benar bagus!" telingaku hendak lepas dari tempatnya mendengar pria itu berbicara tentang pagi yang memalukan itu, ternyata aku masuk ke rumah orang yang mengintipku, eh bukan mengintip lebih tepatnya aku yang memperlihatkan kepadanya, dengan tidak sengaja.
Aaaahhh hatiku menjerit, aku tak bisa membalas ucapannya, segera ku berlari sambil menahan malu.
"Dasar cowok mesum!" batinku berteriak menahan amarah.
*****
Di kamar Andrew dia tengah mengingat kejadian yang sedikit menghiburnya tadi.
"Astaga kenapa ada gadis sebodoh dia di dunia ini?" ucapnya sambil tersenyum.
Drrt drrt drrt
Getaran handphone menyadarkannya.
"Kakek?" ucapnya dengan wajah enggan dia terpaksa mengangkat telepon itu.
"*Halo Kek? ada apa?"
" Kamu harus bertunangan dengan calon istrimu."
Jleder bagai kilat di siang bolong, Andrew mendengar ucapan kakeknya di telepon.
"Halo Ndrew? apa kamu baik-baik saja?" suara kakeknya Andrew terdengar cemas.
"Biar Andrew besok pulang ke rumah kek," ucap Andrew mengakhiri pembicaraan mereka.
Esoknya Andrew benar-benar pergi ke rumah kakeknya, dia ingin membicarakan tentang pertunangannya, lebih tepatnya dia ingin menolak bertunangan dengan gadis yang di pilihkan oleh kakeknya itu.
"Kakek?" Andrew kini berada di ruang keluarga bersama dengan kakek dan kedua orang tuanya.
"Cucuku akhirnya kamu pulang juga," ucap kakek Andrew, Afziel Tan.
"Sudahlah kek, langsung saja ke intinya," ucap Andrew dingin tanpa mau berbasa-basi.
"Kamu ini, baru saja pulang tapi sudah bersikap dingin seperti itu!" kali ini ayah Andrew yang berbicara, Zulian Tan.
"Aku malas berbasa-basi dengan kakek, papa tahu kan gimana mau ku?" ucap Andrew.
"Dasar anak nakal!" suara Zulian sedikit meninggi.
"Sudahlah pa, biarkan Andrew mendengarkan dulu keinginan kakeknya," ucap istri Zulian yang merupakan ibu sambung Andrew, Marrie Zen.
Andrew hanya diam tam menyahuti ucapan Marrie, hubungan mereka sedikit tidak membaik sejak wanita itu masuk ke dalam hidupnya,Andrew menjadi sangat dingin dengan siapapun.
Kepergian ibu kandungnya menyisakan kesedihan yang teramat dalam, di usia Andrew delapan tahun harus melihat ibunya yang meninggal karena bunuh diri, Andrew menyalahkan ayah dan ibu sambungnya yang tiba-tiba menikah beberapa bulan setelah ibu kandung Andrew meninggal.
"Andrew, dengarkan kakek," ucap Afziel pada cucu satu-satunya itu.
Andrew hanya menatap dingin ke arah kakeknya,jika bukan dia menyayangi kakeknya dan juga dia satu-satunya orang yang mendukung Andrew, pria itu tak akan mau menuruti perintahnya.
"Kakek ingin kamu segera bertunangan dengan calonmu, agar kalian bisa cepat beradaptasi," ucap Afziel.
"Andrew gak mau kek."
"Alasan apa yang bisa membuat kakek mempercayaimu?" kakek menantang Andrew.
"Karena Andrew sudah mempunyai pacar!" Andrew berucap sangat tegas, meski dalam hatinya merutukki kebodohannya berbicara tentang pacar yang dia sendiri belum mempunyai.
Kakek terlihat menyunggingkan senyumnya, dia tahu cucunya sedang berbohong.
"Baiklah ku beri waktu tiga hari untuk membawa gadis pilihanmu ke hadapanku," ucap pria tua itu, Andrew terkejut bukan main, ucapannya menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Tapi kek?" Andrew hendak protes namun sang kakek mengisyaratkan untuk menurutinya, dia meninggalkan Andrew bersama kedua orang tuanya.
"Ah sial, dimana nyari cewek dalam tiga hari, meski aku tahu bisa dengan mudah memilih mereka para gadis cantik, tapi aku tidak mau salah memilih," batin Andrew berkecamuk dalam kebingungan.
Entah apa tujuan kakeknya meminta Andrew menikah muda, apa lagi dengan gadis aneh yang pernah dia temui beberapa hari yang lalu.
Andrew tak mau menikahi gadis itu, dia harus menemukan pengganti gadis itu untuk membuktikan pada kakeknya bahwa dia bisa memilih calon istrinya sendiri, tanpa perlu sebuah perjodohan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
👑
nyicil like
2020-12-15
1
ARSY ALFAZZA
👍🏻
2020-12-02
1
𝑺𝒖𝒏𝒔𝒉𝒊𝒏𝒆 🌞
semangat up!!
2020-09-28
1