...**...
" Kenapa aku tidak asing dengan wajah itu ?". Gumam Yuma menautkan kedua alis menatap selidik. Yuma menajamkan pendengarannya agar apa yang mereka bicarakan terdengar.
" Yuma ? tch, aku sudah tidak menginginkan nya lagi Ki, kau lebih nikmat dari nya ! Opss, memegang tangan nya pun aku tidak pernah, karena dia terlalu menjaga jarak untuk itu !". Jelas Axel.
Air mata Yuma mulai turun tak lagi bisa di bendung saat kata demi kata yang di ucapkan oleh Axel-kekasih nya itu.
" Tch tch, dia memang begitu lugu dan polos ! tapi itu bagus, aku dapat memanfaatkan nya dengan leluasa ". Ujar Kirei di sela aktifitasnya.
" Kau memang pintar sayang ". Seru Axel memuji.
Telinga Yuma mulai memanas begitupun matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air mata.
Tubuh Yuma bergetar sampai berdiri pun tak mampu lagi, dia menetralkan perasaannya agar tetap tenang dalam kondisi apapun.
Siapa yang tahan melihat kekasih dan juga teman nya seperti itu, ingin rasanya Yuma melempar semua pot bunga yang berada di hadapannya itu tapi tidak di lakukan. Kenapa ? itu bukan gaya nya, melampiaskan kemarahan memanglah epik jika langsung pada orang nya, tapi hati dan kepalanya tak sejalan saat ini, Yuma lebih memilih untuk pergi dari ruangan terkutuk itu.
Lemas ? tidak, Yuma kembali berjalan dengan tegap, namun tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Dia terus berjalan dengan menahan sedikit senyum di bibir nya, menunjukkan jika dirinya baik-baik saja.
" Bi, aku pulang ya !". Pamit Yuma, reaksi mereka saat mendengar suaranya begitu terhiasi ketegangan dan penuh keterkejutan.
" Baik non, hati-hati di jalan ". Sahut nya memandu Yuma keluar dari rumah sesekali melirik gadis yang entah dia hancur ataukah dia baik-baik saja. Pikiran kepala pelayan itu seakan mencari kebenaran di sela memandu Yuma ke pelataran rumah.
Yuma memutar balikkan badan nya, karena dia merasa jika kepala pelayan itu terus memandangi nya dengan khawatir " Tidak apa bi, aku baik-baik saja !". Ujar Yuma dengan tenang seraya mengulas senyum. Hati kepala pelayan itu tertegun dan terenyuh akan senyum dari Yuma
" Maaf non, maafkan bibi ".
Yuma menghela nafas, menetralkan semua nya agar air mata Yuma tak kembali keluar.
" Kenapa bibi minta maaf padaku ? Tidak apa, aku baik, lihatlah ! ". Seru Yuma memeluk kepala pelayan itu sejenak dan kemudian menjauhkan tubuh dari pandangan pelayan itu, Yuma merentangkan tangan seolah menunjukkan jika dia benar baik-baik saja saat ini.
" Ini hampir malam, aku permisi ya bi ! oh iya bi, titip handphone ini untuk teman wanita Axel yang sekarang ada di kamarnya, tadi ketinggalan di apartemen ku ! maaf merepotkan bibi !".
Yuma berlalu dari sana, melajukan mobil miliknya membelah kota yang masih tampak ramai. Hirup pikuk kota membuat Yuma mencari tempat yang lebih tenang.
" Ada apa dengan hidup ku ini ? kenapa tak semulus seperti yang aku harapkan ?! ". Yuma menengadahkan kepalanya meminta jawaban pada yang maha kuasa atas semua pertanyaan nya, hatinya sakit, lebih sakit dari apapun.
Jika sudah seperti ini, siapa yang akan menjadi sandaran untuknya jika mereka pun mengkhianati dirinya.
" hiks,,hikss,hikss,, ". Deru nafas Yuma semakin sesak tercekat di tenggorokan. Tangisnya tak bersuara keras membuat Yuma merasa pengap. Wajahnya dia sembunyikan di antara lutut yang di lipat dan tangan sebagai bantalannya.
Tersedu Yuma di malam hari yang senyap, angin semilir pun semakin berani menelusup masuk ke dalam pakaiannya, sekarang ini hanya air mata yang menemani Yuma di sini.
...**...
"Aku tebak, seperti nya wanita itu baru putus dari kekasih nya." Ucap asal Shen yang tengah terduduk di bawah jembatan, dimana di sana telah menjadi taman kota.
Daniel mengikuti tatapan Shen dan sekilas memukul punggung Shen. " Bukankah kau pandai dalam menenangkan wanita Shen ?! ". Ujar Daniel menunjuk Yuma dengan dagunya.
" Tidak ! Jangan jerumuskan aku dengan hal-hal semacam ini ". Berdiri Shen menjauhi Daniel.
" Maka diam lah ! ". Tajam Daniel. " Jika kau peduli kepada nya maka pergilah." Lanjut nya acuh.
"Kejam sekali kau ini tuan ! Sudahlah, pekerjaan ku sudah selesai bukan ? jika begitu saya pamit undur diri ". Seru Shen terdengar ketus.
"Pergilah sana ! tapi jangan protes jika gaji mu aku potong ". Ancam Daniel.
"Uuh ? Tidak bisa, jangan potong gaji ku ! ok ok, aku tetap di sini ". Panik Shen, Daniel mengatupkan bibirnya. Dia tidak ingin tertawa di hadapan Shen, karena itu akan menimbulkan ejekan pada akhirnya.
...**...
"Sayang aku lapar, apa kau tidak akan memberiku sedikit saja energi hmm ?!". Manja Kirei menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Axel, tubuh polos mereka masih terekspos tanpa ditutupi oleh selimut.
"Ada apa ?". Tanya Kirei memperhatikan Axel yang sibuk mengutak-atik handphone nya.
"Tidak ada, hanya saja Yuma tidak bisa ku hubungi ". Gelisah nya terlihat jelas dari Wajah Axel.
"Kenapa kau masih saja mengkhawatirkan dia ? ada aku di sini yang bisa memuaskan mu sayang !". Geram Kirei tidak suka jika Axel masih saja mengkhawatirkan Yuma.
" Tchh, kau pencemburu juga ya sayang!".
Axel kembali membenamkan bibirnya di atas bibir Kirei dan Kirei pun menerima nya dengan sangat senang.
" Ayo tidur, besok kau bekerja bukan ?!". Seru Axel mengakhiri aktifitas nya dan akhirnya mereka terlelap dalam tidur.
...**...
Pagi pun menjemput, Yuma tak gentar dengan rasa lukanya yang semalam menyeruak merusak setiap organ dalam tubuhnya. Seperti biasa, Yuma bersiap untuk pergi ke kantor dengan stelan formal, tapi tetap terlihat casual membalut di tubuh nya.
Yuma berpikir, untuk apa merusak diri sendiri hanya karena kekasih dan sahabat yang tengah mengkhianatinya, bukan kah itu tidak berguna sama sekali ?.
Ya, hati Yuma memang keras jika di hadapkan dengan hal yang berbau kemunafikan dan inilah salah satu yang tidak dapat di rubah.
Apa mengalah untuk zaman yang keras ini masih berlaku ? ya tentu masih berlaku, tapi mungkin kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda jika untuk hal seperti ini.
" Semangat Yuma, tunggulah hari menyenangkan mu akan segera tiba !". Semangatnya pada diri sendiri.
" Selamat pagi semua !". Sapa Yuma pada setiap karyawan yang berlomba masuk ke dalam perusahaan dan terlihat banyak sekali yang mengantri di depan lift, Yuma memilih memakai tangga darurat untuk naik ke kantornya.
" Pagi kak yuma !". Sapa mereka dan Yuma membalas nya sopan.
Hoshh,,hoshh,hoss huffhh.
Yuma mengatur dan menetralkan kembali nafasnya sesaat setelah akhirnya dia sampai di kantor.
" Yow,, ada angin apa kau sudah duduk manis di sana ?!". Ledek Yuma pada partner kerjanya.
Kantor Yuma berisikan mereka yang memiliki ahli dalam bidang nya masing-masing dan itu sangat terhitung, ada sekitar lima orang di dalam departemen itu termasuk Yuma di dalam nya.
" Yak yak !". Kesal Levon.
Mereka semua terpandang dingin pada semua departemen yang berada di perusahaan itu, hampir semua karyawan dari departemen lain menganggap Yuma dan rekan nya itu gila kerja. Padahal fakta nya tidak seperti itu, yang ada mereka semua orang-orang konyol.
" Aku bicara sesuai fakta, benar bukan Fan ?!". Seru Yuma polos dengan wajah tanpa dosa. Yuma bertos ria dengan Wu Fan.
" Selamat pagi rekan-rekan ku yang sangat aku cintai ". Teriak Jingyi sembari menenteng minuman dan juga makanan di tangan nya.
" Ayo sarapan dahulu -! Baik bukan aku ini ?!". Jingyi selalu semangat setiap harinya, membuat mereka saling melengkapi atas kelebihan dan juga kekurangan, walaupun Yuma terbilang baru di sana, tapi suasana seperti ini membuat Yuma senang.
" Terimakasih nona, kau memang yang terbaik !". Ujar Yuma meraih roti panas dan juga susu coklat kesukaannya.
" Yak !". Protes Lao Da saat Yuma mengatakan hal itu.
" Iya iya iya, kalian semua terbaik !". Ralat Yuma sebelum mata mereka keluar dari wadahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
IG: Warnyiwarnyi
karakter nya selalu tentang para perempuan tangguh... aku suka
2021-11-05
1
Wiwik Astuti
goog ceritanya
2020-12-06
2
Helena Samuel
suka dgn karakter Yuma yg tegar
2020-12-03
3