Sementara menunggu Aprita mandi, Reyn pergi ke dapur. Entah apa yang mau dilakukannya lagi.
Setelah menunggu setengah jam lamanya, Aprita keluar kamar dan sudah berganti pakaian. Dia mencari Reyn yang ternyata Reyn ada di dapur.
" Hm ... baunya sedap sekali. siapa yang memasak?" gumam Aprita sambil mendengus bau masakan.
Aprita berjalan menuju ke dapur dan menemukan Reyn sedang memasak makanan untuknya.
Reyn kemudian meletakkan makanan diatas meja, ternyata ada beberapa makanan yang sudah jadi.
" Ini semua kamu yang masak?" sapa Aprita sedikit mengagetkan Reyn.
" Sekarang kamu duduk dan cobain masakan ini." ucap Reyn.
Reyn menarik kursi untuk Aprita dan mendudukannya dikursi itu. Aprita mencoba mencicipi masakan Reyn, satu sendok makanan sudah masuk ke mulut Aprita, mengecapnya dan menelannya. Raut wajah Aprita yang tadinya masam berubah jadi sumringah dan berseri-seri.
" Hm ... enak banget." ucapnya.
Lalu Aprita menyendok makanan itu lagi dan masuk ke mulutnya dengan lahap. Tanpa sadar Aprita menghabiskan makanan itu dalam sekejap mata.
" Darimana kamu dapat bahan makanannya?" tanya Aprita.
Mulutnya masih dipenuhi makanan.
" tadi aku order." jawab Reyn datar.
Reyn juga mencoba mencicipi masakannya sendiri. Lalu mereka berdua makan malam bersama.
Reyn menatap wajah Aprita dalam-dalam. Dia sudah sangat menyayangi Aprita, meskipun dia tahu bahwa dia sudah terlalu keras menyakiti hati dan tubuh Aprita. Tapi hanya dengan cara itu supaya Aprita mau menurut dengannya dan tidak memiliki celah untuk melarikan diri lagi. Sebab Reyn juga tahu bahwa Aprita sedang dalam bahaya, dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Apalagi Aprita adalah misi utamanya sekarang, yaitu untuk menjaga dan melindunginya.
Aprita benar-benar brutal saat sedang makan. Dia memang suka makan banyak, makanya tenaganya bisa kuat dan tubuhnya tinggi serta berisi. Meskipun tidak terlalu berisi, tapi langsing dan perutnya ramping, panggulnya lebar dan pahanya begitu seksi sampai-sampai Reyn selalu ingin menyentuhnya. Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada Aprita dan semua yang ada didalam diri Aprita.
Sampai Aprita tidak sadar bahwa sisa makanan menempel di pipi dan bibirnya. Reyn yang melihatnya risih dan langsung mengelapnya dengan jarinya. seketika Aprita terkejut dan terdiam terpaku menatap Reyn yang begitu tampan dan perhatian sedang mengelap bibirnya.
" Kenapa dia perhatian sekali, pasti dia ada maunya." gumam Aprita dalam hati.
Reyn tiba-tiba tertawa kecil.
" Sudah kubilang, buang jauh-jauh prasangka burukmu itu." ucap Reyn.
Aprita tersentak. Dia menjadi tersedak dan segera mengambil minuman.
" Siapa yang kamu makusd Reyn? Aku tidak berpikir apa-apa." ucap Aprita.
Reyn tertawa kecil dan mengangkat sebelah alisnya yang tebal.
" Yakin kamu tidak berpikir apa-apa? bukannya kamu tadi berpikir kalau aku perhatian ke kamu pasti ada maunya. Begitu kan?" ucap Reyn.
" Apa? Bagaimaan dia bisa tahu isi pikiranku?" gumam Aprita dalam hati.
" Aku tahu isi pikiran orang lain. karena aku punya kekuatan membaca pikiran orang. Jadi aku tahu mana orang-orang yang berniat buruk padaku." ucap Reyn.
Aprita tidak habis pikir lagi, dia speechless. bingung mau berkata apa. Antara percaya atau tidak, Aprita mencoba untuk menghargai ucapan Reyn.
" oh jadi kamu bisa membaca pikiran orang, kamu dukun ya?" kata Aprita.
Reyn hanya tertawa mendengar perkataan Aprita yang sedikit nyeleneh. Baru kali ini dia melihat Reyn membuka mulutnya dan tertawa dengan cukup keras. Aprita memperhatikan tawa itu, seperti ada sesuatu yang lain dari sisi sifat Reyn yang pemarah, pemaksa dan penuh nafsu itu.
" Apa dia senang? Apa dia bahagia? dengan perbuatannya itu? Apa dia ... benar-benar .. akan menebus kesalahannya?" gumam Aprita dalam hati.
Lagi-lagi Reyn mendengar pikiran Aprita.
" Jadi, kamu masih meragukan ku?" tanya Reyn setelah menghentikan tawanya.
Aprtia tersentak, dia lupa kalau Reyn bisa baca pikirannya.
" Eh ... Em..." Aprita kebingungan ingin menjawab apa.
Reyn menghela nafanya dan kemudian menatap mata Aprita secara intens dan mendalam. Tatapannya berubah menjadi lembut dan penuh kehangatan. Aprita bisa merasakannya dari sorot mata Reyn.
Reyn kemudian menggenggam tangan Aprita.
" Aku akan membuktikan ucapanku, jika aku gagal, kamu boleh membenciku seumur hidupmu atau bahkan membunuhku sekaligus." ucap Reyn dengan serius.
Aprita langsung menepis dari genggaman tangan Reyn.
" Apa maksudmu berkata seperti itu, Aku tidak akan membunuh siapapun. kalau memang benar kamu mau menebus kesalahanmu, dengan cara apa? Dan seandainya kamu gagal, ya sudah, aku juga pasti akan memaafkanmu dan melupakan semua yang sudah terjadi, mungkin ini takdir hidupku. Asalkan kita sudah tidak ada ... hubungan apa-apa lagi, aku pasti bisa melupakan kejadian itu dan menerimanya." ucap Aprita.
" Mungkin juga aku tidak akan menikah dengan siapapun, karena laki-laki mana yang mau dengan wanita yang sudah tidak suci lagi?!" ucap Aprita dengan mata berkaca-kaca.
Mendengar ucapan Aprita itu membuat hati Reyn sedikit sedih. Tapi dia tahu apa yang harus dilakukannya. Dia akan tetap berusaha menebus kesalahan itu dengan menikahinya. Ingin sekali Reyn mengatakan kalau dia mau dan akan menikahinya. Tetapi waktunya terlalu cepat untuk mengatakan hal itu. Reyn tidak mau jika nantinya Aprita berpikir bahwa Reyn mau menikahinya karena sudah terlanjur menidurinya. Sebenarnya kesalahan itu tidak perlu ditebusnya juga tidak masalah, karena memang Reyn akan berusaha untuk mendapatkan Aprita apapun caranya. Karena Reyn sudah jatuh cinta dengan Aprita. Namun dia memerlukan waktu untuk membuat Aprita jatuh cinta dengannya juga. Paling tidak bisa membuat Aprita nyaman dan percaya bahwa dia laki-laki yang bertanggung jawab.
Reyn terdiam dan merenung sejenak. Saat ini hanya ada keheningan.
" Aku akan memasak makanan untuk mu setiap hari dan menjadi bodyguardmu untuk mengantar dan menjemputmu pulang kerja. Bagaimana tawaranku?" ucap Reyn sedikit mengalihkan perhatiannya.
Aprita menghela nafasnya.
" Huft ... Aku kan sudah bilang, kamu tidak perlu menjadi bodyguardku. Tapi kalau memasakn makanan, deal !" ucap Aprita sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Reyn.
Reyn tersenyum dan berjabat tangan. Lama sekali berjabat tangan dan memandangi wajah Aprita. Aprita mulai merasa risih dan ingin melepaskan jabatan tangannya, tapi Reyn lagi-lagi menahannya. Tiba-tiba Reyn mencium jemari tangan Aprita.
Aprita terkejut dengan perbuatan Reyn.
" Apaan sih Reyn? Dasar pria mesum!" gertak Aprita sambil melepaskan menepis tangannya.
Reyn hanya tersenyum.
" Eh .. Ini sudah malam, sekarang kamu pulang! Nanti dikira aku ngapa-ngapain lagi sama kamu. Cepat pulang sana." ucap Aprita sembari menarik tangan Reyn dan membawanya ke ruang tamu agar Reyn keluar dari rumahnya.
" Jadi kamu mengusirku? Aku kan calon pacarmu? Hehe ..." ucap Reyn menggodanya.
" Cepat pulang sana! Aku sudah lelah dan mengantuk. aku mau istirahat." ucap Aprita sambil mendorong-dorong tubuh Reyn agar keluar dari rumah itu.
" Hm ... ya ya. Aku akan pulang. Boleh kasih satu ciuman." ucap Reyn.
" Apa? Kamu sudah gila ya? Dasar pria mesum! Cepat pulang !" gertak Aprita.
" Ya sudah kalau kamu memaksa." kata Reyn.
Bukannya berjalan keluar pintu, dia menarik kepala Aprita dan mendaratkan kecupan di keningnya.
cup ...
Bibir Reyn menyentuh kening Aprita. Rasanya hangat dan sedikit menenangkan pikiran Aprita. Aprita hanya terdiam dan terpaku merasakan kehangatan kecupan dari Reyn. setelah itu Reyn berpamitan dan keluar dari rumah itu. Memasuki mobilnya dan meninggalkan rumah itu.
Aprita mengusap-usap keningnya yang baru saja di kecup oleh Reyn.
" Dia benar- benar mesum." gerutu Aprita.
Belum ada 5 menit, sebuah pesan masuk ke ponsel Aprita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments