" Apa kalian berdua bisa berhenti saling memandang seperti itu?" ucap Aprita.
" Bisa kamu jelaskan Aprita, siapa orang ini?" ucap Zeevan.
" Perkenalkan, gua Reyn. calon pacar adik lu." jawab Reyn yang langsung mengulurkan tangannya ke arah Zeevan sebelum Aprita menjawabnya.
Mereka berdua terkejut, Aprita memelototi Reyn. lalu Reyn menurunkan uluran tangannya karena Zeevan tidak membalas jabatan tangan dari Reyn.
" Bukan kak. Jadi dia adalah Reyn, dia orang yang pernah aku ceritain, dia orang yang pernah .. nolongin aku waktu aku dihadang penjahat. Kak zeevan masih ingat?" ucap Aprita.
Zeevan hanya mengerutkan dahinya sambil menatap tajam Reyn.
" Jadi dia orangnya?" ucap Zeevan.
Aprita mengangguk.
" Heh, kenapa lu bilang lu calon pacar adik gua? Maksud lu apa? " tanya Zeevan.
Reyn terdiam sambil melirik ke arah Aprita yang wajahnya sudah memerah.
" Apa ada masalah?" tanya Reyn.
" Tentu saja. Tampang lu tuh tampang laki-laki mesum." ucap Zeevan menebak.
" Aprita, jujur sama aku, kamu sudah di apain sama dia?" tanya Zeevan.
Reyn tersenyum mendengar pertanyaan itu.
" Eh .. eng .. enggak. Enggak di apa-apain kok, kenapa kakak bertanya seperti itu?" ucap Aprita mengelak.
" Jujur saja?" tanya Zeevan sedikit memaksa.
" Enggak kak, dia nggak ngapa-ngapain aku. dia .. dia .. baik kok orangnya." ucap Aprita sedikit berat.
" Yakin kamu? kalo dia orang baik?" tanya Zeevan lagi.
" Iya kak. sekarang disini aku cuma mau ngenalin kakak ke Reyn. Dan juga anda ... eh .. maksud saya .. kamu Reyn, kenalin dia Zeevan, dia kakak aku." ucap Aprita.
" Halo, calon kakak ipar." ucap Reyn sambil tersenyum ramah.
Aprita merasa risih dan menginjak kaki Reyn diam-diam di bawah meja. Reyn tersentak dan menahan rasa sakitnya.
" Bisa lu jelasin, kenapa tadi lu narik-narik Aprita?" tanya Zeevan.
" Gua cuma mau mastiin kalau dia pulang dengan selamat. Gua pikir lu cowok yang mau nyulik dia." ucap Reyn.
Zeevan mengernyitkan dahinya.
" ck ... " decak Zeevan dengan kesal.
" Ada urusan apa lu sampai mau mastiin segala kalau Aprita pulang dengan selamat?" tanya Zeevan lagi.
Reyn terdiam dan memikirkan jawabannya beberapa saat.
" Sepertinya Aprita belum menceritakan kejadian di apartemen ya?" ucap Reyn mengalihkan perhatian.
Aprita terkejut dengan jawaban Reyn. Benar-benar diluar dugaan. Aprita segera menginjak kaki Reyn kedua kalinya dengan sekuat tenaganya supaya Reyn tidak melanjutkan ucapannya.
Reyn meringis kesakitan, namun ditahan. Reyn kemudian menenangkan diri dan menarik nafas dalam-dalam.
" Gua bikin kesalahan sama dia, dan gua ... mau menebus kesalahan gua, dengan menjadi bodyguardnya." ucap Reyn.
Aprita terheran-heran dengan jawaban Reyn. Dia paham apa yang Reyn maksud. Namun, Aprita tidak menyangka bahwa seorang Reyn mengakui kesalahannya dan bahkan dia mau menebus kesalahan itu. Tapi apakah benar yang dikatakan Reyn itu ? Atau dia hanya berkata seperti itu hanya didepan Zeevan saja supaya Zeevan percaya bahwa dia laki-laki yang baik?.
" Kesalahan? lu ngelakuin kesalahan apa ke adik gua?" tanya Zeevan lagi.
Aprita tiba-tiba menyodorkan minuman kepada mereka berdua.
" Aprita kenapa kamu gugup seperti itu? Apa ada yang ingin kamu jelaskan?" tanya Zeevan.
" Oh ... Enggak kak. Jadi maksud Reyn itu ... dia cerita ke aku kalau dia sudah punya apartemen, tapi dia bilang kalau apartemen itu mau dijual. Ternyata pembeli yang mau beli apartemennya itu seorang penipu, jadi dia marah kak. Hehe, Begitu ceritanya kak." jelas Aprita sambil meringis paksa.
Reyn hanya menahan tawanya sembari meminum minuman alpukat dingin yang dipesannya.
Aprita menginjak kakinya Reyn lagi dengan kencang.
Zeevan mengernyitkan dahinya. Dia curiga dengan gelagat Aprita dan Reyn, dia merasa seperti ada yang disembunyikan dari mereka berdua. Tiba-tiba telfon Zeevan berdering, itu panggilan dari atasannya, sepertinya dia mendapat tugas dadakan.
Zeevanpun akhirnya berpamitan.
" Kali ini lu gua biarin, tapi awas aja kalo lu berani macam-macam ke Aprita, gua yang akan menghabisi nyawa lu dalam sekejap." ucap Zeevan sedikit mengancam.
Reyn hanya diam dan tenang tidak bergeming.
Kemudian Zeevan berpamitan kepada Aprita karena harus menjalankan tugas dadakannya. Aprita melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Zeevan.
Setelah Zeevan pergi dan sudah tidak terlihat lagi, barulah Aprita menghela nafas panjangnya dan terduduk lemas di kursi.
Reyn memandangi Aprita dengan senyuman menggodanya, namun Aprita membalas tatapan itu dengan wajah marahnya.
" Apalagi sekarang? Anda benar-benar gila ya? Apa anda tidak bisa memberi penjelasan yang lebih masuk akal? Kalau sampai kak Zeevan tau apa yang terjadi di apartemen itu ... dia ... dia ... pasti akan sangat marah padaku." ucap Aprita.
" Haha ... Kenapa kau sebegitu takutnya dia marah? dan lagi ... mulai sekarang panggil aku Reyn. Bukan anda, mengerti !" ucap Reyn sembari tertawa kecil.
Aprita sangat kesal dan rasanya ingin mencakar wajah pria itu namun tertahan.
" Apa kalian seumuran?" tanya Reyn.
" Memangnya kenapa?" jawab Aprita ketus.
" Jadi ... Aku tebak, kalian bukan kakak adik kandung ya?" tebak Reyn.
Reyn sudah bisa menebak hubungan Aprita dengan Zeevan.
" Rupanya dia bisa menebak." ucap Aprita dalam hati.
" Iya, kenapa?" tanya Aprita.
" Kamu yakin dia kakak yang baik?" ucap Reyn.
" Maksud anda ... Eh maksud kamu apa?" tanya Aprita.
Reyn menatap lekat-lekat mata Aprita.
" Aku rasa sebaiknya kamu berhati-hati dengan dia. Dia bisa menjadi duri dalam hubunganmu dengan dia." ucap Reyn.
" Aku nggak ngerti, anda ... eh kamu .. benar-benar tidak waras. Sekarang apa kamu bisa untuk tidak menggangguku lagi?" pinta Aprita.
" Lalu bagaimana tugasku sebagai bodyguardmu?" ucap Reyn.
" Aku tidak pernah menyuruhmu menjadi bodyguardku. Aku juga tidak akan mau kalo kamu jadi bodyguardku. Mengerti?!" ucap Aprita marah.
" Baiklah, kalau kamu tidak mau aku menjadi bodyguardmu, seharusnya kamu mau menjadi pacarku saja?" ucap Reyn dengan senyuman menggodanya.
" Dasar tidak waras! Huh ... Anda .. Eh maksud saya kamu ... sudah cukup mengganggu saya. sekarang katakan saja yang sebenarnya, apa tujuanmu mengganggu saya? setiap hari anda selalu muncul dihadapan saya?" tanya Aprita.
" Bukannya tadi kamu sudah mendengarnya sendiri, kalau aku akan menebus kesalahanku." jawab Reyn.
Aprita teringat lagi ucapan Reyn, bahwa dia akan menebus kesalahannya. Tapi untuk apa? Dia bukan siapa-siapanya Reyn.
" Kesalahan? dengan cara apa kamu akan menebusnya? dan kenapa kamu sangat bersikeras ingin menebus kesalahan itu? Bukannya itu atas dasar kemauan anda sendiri?" tanya Aprita.
Pertanyaan yang cukup membuat Reyn bimbang harus mengatakan alasannya sekarang atau nanti. Reyn terdiam sejenak, dia lalu memanggil waiters dan membayar makanannya. Dia kemudian langsung menarik tangan Aprita dan membawanya keluar dari kafe itu.
" Ikut aku sekarang." ucap Reyn datar.
Apria hanya diam dan mengikuti perkataan Reyn. Dia mau menolakpun tidak bisa, Reyn menggenggam tangan Aprita dengan kuat. Lalu masuk ke dalam mobil dan pergi ke suatu tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments