Toko Buku & Penyelundupan

Aprita memejamkan matanya setelah selesai dari kamar mandi dan makan malam. Seketika membuka ponselnya sebentar dan melihat berita tentang kejadian di mall tadi. Ternyata dia sudah viral dan banyak yang mendukung aksi Prita tersebut.

Matahari sudah menampakkan diri diufuk timur. Kehangatan cahayanya memasuki sela-sela jendela. Aprita masih tertidur pulas dengan sprei dan bantal yang sudah tidak beraturan. Hingga bunyi jam alarm berdering dengan kencang, barulah Aprita membukakan matanya dan mematikan jam alarm itu.

" Hooaamm." Aprita menguap.

Ada pesan masuk di ponselnya, ternyata dari Zeevan. Dia mengajaknya keluar jalan-jalan, tapi sepertinya Aprita beralasan capek dan ada acara dengan temannya. Tiba-tiba Zeevan menelfonnya.

" Ya halo kak." jawab Aprita.

" Prita, kenapa kamu bisa terlibat dalam pencurian itu?!" tanya Zeevan.

" Oh kakak udah liat videonya ya, iya itu nggak sengaja kak, pencurinya ada didepan mata masa aku diam aja." jawab Aprita masih setengah ngantuk.

" Kamu tahu nggak, itu bisa aja membahayakan nyawa kamu, tapi kamu sendiri nggak ada yang terluka kan ?" tanya Zeevan lagi.

Aprita memperhatikan pergelangan tangannya yang sedikit memerah dan bengkak itu.

" Nggak ada kok kak, aman aja. Kakak nggak usah khawatir, aku bisa jaga diri kok." jawab Aprita dengan senyuman kecil.

" Bener nggak ada apa-apa. tapi lain kali, kalau kamu butuh bantuan langsung telfon aku ya." ucap Zeevan.

" Siap kak. Makasih ya udah khawatirin aku. Aku jadi terharu." kata Aprita.

" Ya iya lah bodoh. Kan kamu adik aku ! Walaupun kita bukan saudara kandung dan umur kita sama, kamu tetap adikku dan dalam pengawasanku." ucap Zeevan sedikit emosional.

" Iya iya." jawab Aprita dengan tertawa kecil

" Kamu yakin hari ini nggak mau jalan-jalan, mumpung weekend loh." tawar Zeevan lagi.

" Enggak kak, aku kayaknya mau istirahat aja deh, nanti siang aku juga ada acara sama temen kantor." jawa Aprita yang sebenarnya itu hanya alasan saja.

" Oh gitu, ya udah, istirahat aja ya." ucap Zeevan yang mengakhiri telfonnya.

Aprita mematikan ponselnya. Dia sebenarnya tidak ingin berbohong, tapi melihat tangannya yang bengkak dia lebih tidak ingin membuat Zeevan semakin khawatir. Lebih tepatnya dia tidak ingin merepotkan Zeevan lagi.

" Kayaknya aku perlu ke apotik." celetuk Aprita.

Aprita pergi ke apotik untuk membeli beberapa obat-obatan yang diperlukan. Dia melihat ada toko buku di dekat apotik. Dia penasaran dan ingin mencoba memasukinya.

" Sekalian aku mau beli buku novel dan komik deh, buat koleksi." ucap Aprita sembari memasuki toko buku itu.

Ternyata toko buku itu sepi dan penjaganya pun tidak ada. Aprita merasa keheranan, tapi saking penasarannya dia langsung mencari-cari rak buku yang berisi novel-novel thriller kesukaannya.

Sedari tadi Aprita berkeliling mencari buku, dia tidak melihat ada pengunjung lain yang datang sejak 7 menit yang lalu. Terakhir itu pengunjung lain sudah keluar toko saat Aprita baru masuk toko.

Aprita melihat buku yang menarik perhatiannya itu di rak paling atas, walaupun Aprita memiliki badang 168cm namun itu tidak cukup untuk mengambilnya. Aprita berjinjit dan tiba-tiba ada seseorang yang jauh lebih tinggi mengambil buku yang sama dengan yang ingin di ambil oleh Aprita. Dia seorang laki-laki yang tinggi dengan perawakan yang tegap dan berisi. Mereka saling bertatapan beberapa saat.

" Kenapa auranya mistis sekali." ucap Aprita dalam hati.

Aprita merasakan tatapan tajam dari laki-laki itu. Dia lalu segera memalingkan wajahnya dan mencari buku lain. Sementara laki-laki itu pergi meninggalkannya sambil membawa buku itu.

Seketika hening dan angin berhembus masuk ke toko itu. terdengar suara percakapan dari dalam ruangan. Aprita penasaran dengan asal suara itu, dia mencari sumber suaranya, dan ketemulah di sebuah pintu yang tak terlihat di balik rak-rak buku paling belakang. Pintu itu sedikit terbuka dan suasanana sepi. Jadi tidak ada salahnya jika Aprita mengecek sebentar. Apritapun memasukinya karena saking penasarannya. Didalamnya masih ada lorong yang cukup luas dan gelap, dia menelusuri lorong itu dan mencari sumber suara percakapan yang semakin keras terdengar.

" Astaga, kenapa ada lorong gelap seperti ini didalam toko buku?" gumam Aprita dalam hatinya.

Sembari menelusuri jalan lorong itu, Aprita sudah menemukan sumber suara itu yang ternyata ada 4 orang didalam ruangan itu, mereka sedang membicarakan bisnis.

" Sepertinya mereka membicarakan bisnis, tapi bisnis apa? Kenapa harus ditempat seperti ini, bukannya ini hanya sebuah toko buku?!" gumam Aprita lirih.

Setelah didengarkan dengan seksama, mereka ternyata sedang melakukan jual beli obat-obatan terlarang alias narkoba. Sontak Aprita langsung terkejut dan memekik suaranya.

" Ini adalah markas mafia?! Tapi kenapa ?.." ucap Aprita sambil berjalan mundur menjauhi tempat itu.

Tiba-tiba dia menabrak seseorang di belakangnya dan mulut Aprita ditutupi oleh kain hingga Aprita tak sadarkan diri. Orang itu membawa Aprita masuk kedalam ruangan dimana terdapat orang-orang sedang melakukan transaksi jual beli tersebut.

" Maaf boss, ada penyusup masuk dan mendengar percakapan kalian." ucap orang yang membuat Aprita pingsan dan membawa tubuh Aprita ke dalam, tergelatak di lantai.

Orang yang dipanggil bos itu segera mendekati dan memperhatikan Aprita dengan tatapan buas.

" Cantik juga dia, bawa dia ke markas gedung." jawab bos berbadan gemuk, rambut ikal dan mata hitam serta asap rokok yang selalu mengepul tebal.

" Baik bos." jawab anak buahnya itu.

Lalu Aprita digendong dan diangkat ke dalam mobil. Dibawanya dia ke sebuah gedung tua yang sepertinya sudah terbengkalai dan tidak terawat. Banyak rumput liar tumbuh digedung itu serta reruntuhan bangunan yang berserakan kemana-mana. Suasana yang gelap, sunyi dan membuat bulu kuduk berdiri. sepertinya itu gedung kosong bekas kebarakan atau gempa.

Aprita masih tak sadarkan diri, dibawanya dia ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas, di letakkannya dia diatas meja lalu dibiarkan begitu saja.

Setelah 1 jam lamanya Apritapun siuman. Kepalanya terasa pusing dan matanya masih samar-samar. Dia mendengar percakapan orang-orang diluar ruangan itu bahwa mereka berencana ingin memperkosa Aprita setelah itu ingin membunuhnya. Aprita langsung merekam percakapan mereka namun lampu flash kamera belakang ponselnya menyala dan membuat para komplotan itu menyadari kehadiran Aprita. Mereka langsung menatap ke arah Aprita berdiri dan berjalan menghampirinya.

Aprita langsung lari keluar ruangan itu dan mencari jalan keluar. Dia menyimpan ponselnya didalam saku celananya.

4 orang anak buah bos mafia itu mengejar Aprita dengan membawa sebuah pistol. Ditembakkannya peluru itu tepat di kaki kirinya.

Aprita mengerang kesakitan, dia terjatuh dan tersungkur di tanah. tapi mencoba untuk tetap berdiri dan berlari sekencang mungkin. Namun, dia tetap berhasil tertangkap.

" Lepaskan aku!!!" teriak Aprita.

" Lepaskan aku brengsek!!!" teriaknya lagi.

Aprita memberontak, akan tetapi dia ditahan oleh 2 orang berperawakan besar dan berotot sehingga Aprita tidak bisa melawannya ditambah kakinya sudah berdarah karena tembakan peluru tadi. Aprita masih mengerang kesakitan dan badannya semakin lemas, pandangannya semakin buyar dan kepalanya seperti berputar-putar, Aprita akan jatuh pingsan.

" Kak zeevan .. T .. Tolong ... a .. Aku ..." ucap Aprita yang sudah tidak terdengar suaranya lagi.

Terpopuler

Comments

Wills

Wills

gimana kelanjutan ceritanya? tolong berikan like dan komentar positif ya, serta masukannya supaya author makin semangat nulisnya ☺️

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!