Hasrat Membara (21+)

⚠️WARNING ⚠️

TERDAPAT ADEGAN DEWASA KHUSUS 21+ HARAP KEBIJAKSANAANYA DALAM MEMBACA

DAN MOHON TINGGALKAN LIKE DAN KOMENTAR POSITIF SUPAYA BISA MENDUKUNG KARYA AUTHOR

***

Reyn semakin buas menciumi bibir wanita itu, mengulumnya hingga menggigit bibirnya. Namun wanita itu masih memejamkan matanya dan hanya terdengar desahan nafasnya.

Reyn tidak ingin sekalipun menyudahi ciuman itu.

justru dia sangat menikmatinya dan semakin bergairah.

Aprita mengerang kesakitan ketika bibirnya digigit hingga berdarah, namun matanya masih terpejam karena dia masih dalam keadaan mabuk berat.

" Hmm ... Engh ... emm." Aprita mendesah karena dia sulit bernafas.

Aprita tidak tahu bahwa dirinya sudah melakukan kesalahan yang fatal. Dia mabuk berat dan sudah tidak bisa dikendalikan lagi seperti halnya Reyn.

Tiba-tiba tangan pria itu mulai kehilangan kendalinya dan meraba kemana-mana. Tangan pria itu meraba ke bagian perut Aprita lalu semakin naik dan terus naik hingga tangan pria itu meraba bagian dada Aprita. Aprita merasakan sakit ketika buah dadanya di remas. Tapi dia tidak bisa menghentikan tangan pria itu yang begitu buas meremas buah dadanya. Dengusan nafas pria itu semakin kencang, maka semakin buas pula pria itu memainkan bibirnya dan menggigit bibir Aprita.

Tanpa sadari mereka berdua begitu menikmati aktivitas itu sampai tidak ada yang ingin menyudahinya.

Reyn yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi,

dia mencoba menciumi leher aprita dan menggigitnya. tidak ada penolakan dari Aprita, karena dia sudah tidak berdaya. Dalam keadaan mabuknya dan juga tubuhnya yang sudah melemas. Matanya masih terpejam begitu juga Reyn.

" hmm ... hngth..." desahan Reyn semakin kencang.

Reyn kelabakan, kemudian dia melepas baju Aprita dengan paksa. Lalu langsung menerkam tubuh Aprita dengan buas. Menciumi setiap lekuk tubuh Aprita tanpa henti. Membuat bekas cupang dimana-mana. Aprita hanya mendesah dan menikmati sentuhan demi sentuhan.

Hingga tanpa sadar, mereka melakukan itu selama 2 jam.

Reyn sudah kelelahan, akhirnya mereka berdua tertidur pulas setelah melakukan adegan panas itu.

Tujuh jam sudah mereka tertidur pulas, hingga jam alarm berbunyi berulang kali namun mereka tak kunjung bangun. Sampai akhirnya Aprita terbangun dan segera mematikan jam alarm yang terus berbunyi itu.

Aprita merasa tubuhnya berat untuk diangkat, dan seketika dia melihat ada sesuatu yang menindihnya diatas tubuhnya. matanya tertuju ke atas perutnya, terdapat seonggok kepala manusia yang sedang tertidur pulas.

" Aaaaaakkhhhh ... " jerit Aprita.

Aprita sangat terkejut dengan keadaannya sekarang. Dia mendapati dirinya terbangun dari tidurnya dalam keadaan tanpa mengenakan baju dan ada seorang pria tidur diatas perutnya sambil memeluknya.

" Aaaaaaakkhhh ... " Aprita menjerit lagi dan menyingkirkan kepala pria itu ke sampingnya.

Pria itu kemudian terbangun dengan mata sayup-sayup.

" Apa yang anda lakukan pada saya?!" ucap Aprita sembari memakai banjunya yang tergeletak dilantai.

" Heh pria mesum, apa yang anda lakukan pada saya??!!" ucap Aprita histeris.

" Apa yang sudah anda lakukan?! Anda memperkosa saya kan?!" ucap Aprita masih histeris.

Tiba-tiba perut Aprita merasa mual dan ingin muntah. dia segera menuju ke kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya.

" Hooeekk, hooeekk ... hooeekk .."

Aprita memuntahkan lagi isi perutnya. Sepertinya ini karena efek mabuk semalam. Tubuhnya terasa lemas dan bergetar.

" Apa yang sudah terjadi samalam? Kenapa tiba-tiba seperti ini." Ucap Aprita sedih dan menitikkan air mata.

Reyn masih mengumpulkan nyawanya lalu duduk termenung. Membayangkan apa yang terjadi tadi malam begitu di luar dugaannya.

" Rasanya diluar kendali." gumam Reyn.

Namun Reyn tampak tidak memperlihatkan rasa bersalah ataupun menyesal atas perbuatannya. Hanya saja Reyn bingung, kenapa dia merasa kekuatan hasratnya kembali lagi setelah empat tahun lamanya dia tidak melampiaskan hasrat itu. Lebih tepatnya selama empat tahun terakhir dia sama sekali tidak tertarik dengan wanita manapun karena perasaan trauma terhadap mantan pacarnya.

Reyn merasa semangatnya pulih kembali. Dia menyibakkan rambutnya yang basah karena keringat.

" Apa yang terjadi sebenarnya? Perasaan macam apa ini?" gumam Reyn dalam hati.

Mendengar suara Aprita menjerit dan menangis didalam kamar mandi membuat Reyn sedikit merasa simpatik. dia lalu keluar kamar dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan menenangkan pikirannya.

Aprita tiba-tiba keluar dari kamar mandi dan pergi kedapur, lalu mengambil pisau dan menodongkan pisau itu ke arah Reyn dengan raut wajah marah.

" Anda harus membayar semuanya !! Anda harus mati !!" kata Aprita dengan histeris.

Aprita menangis terisak dan mencoba menodongkan pisaunya ke arah Reyn. Dengan tenang dan santai Reyn langsung memegangi tangan Aprita yang sedang menodongkan pisau, mencoba menarik pisau itu. Tapi Aprita menggenggam pisau itu dengan sangat erat, sehingga membuat Reyn kesusahan menarik pisau itu. Akhirnya Reyn nekat dan memaksa Aprita agar melepaskan pisaunya. Tangan Reyn mulai berdarah karena gesekan yang kuat dengan sisi tajam pisau itu.

Tanpa menunggu lama, pisau itupun akhirnya terlepas dari genggaman Aprita. Aprita berteriak histeris dan mencoba memukuli Reyn. Reyn mencoba menenangkan tapi Aprita terlalu berenergi ketika memberontak.

" Tenangkan dirimu!" teriak Reyn dengan tegas.

Aprita terkejut karena teriakan Reyn. Reyn mendekatkan wajahnya ke wajah Aprita dan hendak menciumnya lagi. namun Aprita lalu diam-diam mengambil pisau kecil yang tersimpan disaku celananya dan langsung menusuk bagian perut Reyn. Saat itu Reyn belum memakai baju, hanya celana saja sehingga pisau dengan mudah merobek kulit perutnya. Darah mulai keluar dan bercucuran ke lantai.

Reyn terkejut dengan tindakan Aprita yang begitu brutal.

Tangan Aprita bergetar setelah menusukkan pisau ke perut pria itu. Reyn mencoba menahan darah yang keluar tapi tidak bisa. Semakin lama tubuh Reyn lemas dan tidak sadarkan diri.

Aprita ketakutan hebat, tubuhnya bergetar hebat. Dia semakin terisak, raut wajahnya bingung antara ketakutan, sedih dan marah. Dia mencoba untuk meminta pertolongan tapi tidak ada yang dengar.

" M ... Maaf ... Maafkan saya ... Saya tidak bermaksud ... Membunuh anda ... Apa yang harus s .. saya lakukan ..." Ucap Aprita terbata-bata karena saking takutnya.

Aprita panik, dia mencari telepon dan ingin menelfon seseorang tapi tidak tahu nomernya.

Tiba-tiba tangan Reyn menarik tangan Aprita dan membisikkan sesuatu.

" Tenang ... kau bisa mengatasi ini. Ambilkan kotak P3K disana." ucap Reyn lirih sambil menahan rasa sakitnya.

Darah yang keluar semakin banyak, Reyn mengerang kesakitan. Sementara Aprita berlarian mencari kotak P3K yang dimaksud itu lalu segera membawanya ke samping Reyn. Dia lalu mencoba mengeluarkan pisau yang menancap di perutnya lalu memberinya obat dan menutupnya dengan perban. Meskipun tangannya bergetar hebat dia bisa melakukannya. Raut wajah Aprita sudah tidak terbaca lagi, sembab, ketakutan dan merasa bersalah.

" Maaf kan saya ... saya tidak bermaksud ... membunuh anda ... Saya cuma ..." ucap Aprita yang terhenti karena sesenggukan.

Sembari duduk dilantai disamping sofa dimana Reyn tergeletak. Air mata Aprita tidak bisa tertahan lagi dan mengalir deras di pipinya. Aprita mencoba menutupinya dengan kedua telapak tangannya dan menangis sejadi-jadinya.

Setelah beberapa saat Reyn membiarkan Aprita menangis sampai puas tanpa mengganggunya sedikitpun. Reyn yang terbaring disofa kemudian membangunkan diri dan duduk di samping Aprita lalu mendekatkan tubuhnya dan memeluknya dengan lembut.

Terpopuler

Comments

Embun Embun

Embun Embun

teruskan

2025-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!