Pulang Ke Kontrakan

Lalu Reyn segera mengambil kunci mobil dan tiba-tiba dia menggandeng tangan Aprita keluar apartemen dan berjalan di koridor atau loby. Aprita kaget, baru kali ini ada seorang pria yang menggandeng tangannya selain Zeevan dan Pamannya. Aprita berjalan dibelakang Reyn dan hanya memandangi punggungnya saja, karena dia malu jika harus memberontak di tempat umum.

Sesampainya di parkiran, Aprita dibawa ke tempat duduk mobil bagian depan disamping Reyn. Namun Aprita langsung menolak.

" Saya duduk dibelakang saja!" Kata Aprita.

Namun Reyn menarik tangan Aprita dan memaksanya agar tetap duduk disampingnya.

" Jangan menolak!" kata Reyn singkat.

Segera ditutupnya pintu mobil dan dikunci oleh Reyn. Kemudian Reyn memakaikan sabuk pengamannya Aprita. Mereka saling bertatapan dan wajah mereka begitu dekat. tiba-tiba jantung Aprita berdegup dengan kencang.

" Apa-apan ini? ada apa dengan pria mesum ini? Daya tarik apa yang ada pada dirinya sampai jantungku berdegup sekencang ini. Kenapa aku sebenarnya?" gumam Aprita dalam hatinya.

Aprita duduk termenung dengan wajah masam dan kesal. Pandangannya selalu tertuju keluar jendela. Reynpun segera menutup kaca jendela mobilnya.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jarak antara apartemen dengan kontrakannya tidak begitu jauh. Sehingga dalam waktu 7 menit sudah sampai. Keadaan disekitar kontrakan sudah aman. Reyn mengantarnya hingga Aprita masuk ke dalam kontrakan dengan selamat. Reyn memandangi wanita itu dari kejauhan. Matanya berbinar-binar seperti memancarkan perasaan bersalah, bahagia, rindu dan takut menjadi satu.

Aprita baru masuk beberapa langkah, tiba-tiba ponsel barunya itu berdering. Ada nomer telfon asing masuk ke panggilan. Aprita mencoba menjawab panggilan telfon itu.

Dengan ragu-ragu Aprita menyapa.

" H .. Halo .." sapa Aprita.

" Jangan lupa kunci pintu, jendela. Hubungi aku jika kamu dalam masalah." ucap seseorang dari seberang telefon.

Ternyata orang yang menelfon adalah Reyn.

" Hah? Anda? Bagaimana anda bisa tau nomer saya ... tolong jangan ganggu ..." jawab Aprita.

Belum selesai bicara panggilan sudah terputus.

Tuut tuut tuut ...

" Heh, halo .. halo .. dasar pria tidak waras ! Kenapa dia bisa tahu nomer ku. Pasti dia mengobrak abrik ponselku. Awas aja, tunggu pembalasanku." gumamnya Aprita marah.

Sementara Reyn hanya tersenyum kecil.

Aprita lalu menghela nafasnya dan duduk di atas sofa.

" Akhirnya aku bisa pulang juga ... Huft ..." ucap Aprita.

Seketika dia terbayang-bayang dengan kejadiannya saat bersama Reyn. Dia mengelus perutnya karena ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.

" Kenapa masih terasa hangat ya." ucap Aprita sembari mengelus perut rampingnya itu.

" Jika sudah berbuat seperti itu, selanjutnya tidak akan terjadi sesuatu kan. tidak kan? aku tidak mau !" desisnya.

Aprita mulai menghawatirkan sesuatu. Sesuatu yang sama sekali tidak ingin dia pikirkan.

Kemudian dia teringat Zeevan dan langsung menghubunginya.

" Halo ... Kak zeevan ..." sapa Aprita ke telfon.

" Halo, Prita? Ini kamu ? Astaga ... Kamu dari mana saja? Kamu menghilang, tidak ada kabar, kamu kemana sebenarnya? aku mencari kamu dan nungguin kamu seharian di depan kontrakanmu. Kamu kemana? Sama siapa?" jawab Zeevan marah.

Berbagai pertanyaan datang dari Zeevan.

" Eh ... hehe, maaf kak, em .. kemarin .. aku .. nginep dirumah temen, terus ponsel aku tiba-tiba jatuh di toilet, terus mati total dan dibawa ke bengkel. ternyata katanya ponselnya rusak parah dan nggak bisa dibenerin lagi, alhasil ini aku beli ponsel baru lagi. Hehe, maaf ya kak, aku lupa mengabari kakak." jelas Aprita berbohong.

Aprita mencari alasan yang masuk akal supaya Zeevan tidak curiga yang tidak terlalu mengkhawatirkannya.

" Ya ampun, Aprita, kamu tau nggak sih, aku khawatir banget sama kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa, aku pikir kamu diculik ! " jawab Zeevan dengan penuh khawatir.

" Eng .. Enggak kok, aku baik-baik aja kak. Ini aku udah pulang ke kontrakan." kata Aprita.

" Ya sudah syukurlah kalau kamu baik-baik aja. Tapi, kamu nginep di rumah siapa?" tanya Zeevan lagi.

" Em .. dirumah ... e .. dirumah Hana kak. Iya, Hana itu temen sekantor aku." jawab Aprita berbohong lagi.

" Oh gitu, bener kamu nggak bohong kan? Kamu nggak lagi beralasan kan?" Zeevan mulai curiga.

" Eh .. Enggak kak. Percaya deh sama aku, masa iya aku bohong sama kakaku yang paling ganteng ini." ucap Aprita.

" Halah ... kamu ini pinter banget godain aku ya. lain kali, kabari aku dulu kalo mau kemana-mana. Aku harus menjadi orang pertama yang kamu kabari kalau terjadi sesuatu sama kamu. Dan ingat, jangan mudah percaya sama omongan laki-laki. kamu harus selektif, itu pesan ayah. " ucap Zeevan sedikit serius.

" Iya kak. Aku selalu ingat pesan itu kok. Lagian mana pernah sih aku main sama cowok, pacaran aja terakhir dulu waktu smp, itupun masih cinta monyet." kata Aprita.

" Iya, jangan mudah tergoda sama laki-laki tampan, karena laki-laki tampan biasanya menyakitkan. Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama kamu karena kesalahan kamu sendiri, itu berarti aku gagal melindungi kamu sebagai kakak, dan aku juga mungkin tidak akan memaafkan kamu." ucap Zeevan dengan nada serius.

Aprita terkejut dengan ucapan Zeevan. Baru kali ini dia berbicara seperti itu. Itulah yang ditakutkan Aprita selama ini. Zeevan adalah laki-laki yang selalu ada untuknya disaat dia menghadapi kesulitan dan kehancuran. Dia selalu menemani dan membuatnya merasa nyaman dan senang. Dia tidak pernah mengecewakannya. Bahkan dia pernah meninggalkan pacarnya demi menjemput Aprita yang pada saat itu jatuh sakit. Intinya, Zeevan adalah orang kepercayaannya dan yang harus dia bahagiain selain paman dan budhenya.

Tapi bagai disambar petir, hatinya bergetar dan seperti ditusuk oleh ribuan jarum tajam. Ketika dia menyadari bahwa apa yang dikhawatirkan Zeevan itu sudah terjadi padanya. Tanpa terasa bibir Aprita bergetar, matanya mulai berkaca-berkaca dan air mata mulai menetes.

" Aprita ... halo ... Kamu masih disitu kan? Kenapa diam?" ucap Zeevan menyadarkan lamunan Aprita.

" I .. Iya kak, aku cuma ... lagi merenungi ucapan kak Zeevan tadi, aku pasti akan menjaga diri kak." ucap Aprita meyakinkan Zeevan.

Dengan nada lirih dan bergetar, Aprita terpaksa harus menguatkan diri untuk menghadapi kenyataan saat ini.

Singkat cerita, keesokan harinya.

Hari ini adalah hari senin, Aprita sudah mulai masuk kerja lagi. Meskipun kaki masih pincang, badan masih kelelahan, dia berusaha menutupi itu semua.

" Aprita, kaki kamu kenapa? Kok jalannya pincang gitu?" tanya Hana.

" Em ... Ini gara-gara .. aku kepleset di kamar mandi." jawab Aprita.

" Ya ampun, kok bisa? Kamu lagi bengong ya di kamar mandi atau lompat-lompat ?" tanya Hana lagi.

Aprita hanya tersenyum kecil.

" Tiba-tiba kepleset aja, namanya musibah nggak ada yang tau."

" hm ... terus udah diobati? soalnya muka kamu agak pucat ya. Oh apa kamu masih pusing ? belum sembuh pusingnya ?" tanya Hana lagi.

" Enggak kok, kaki aku udah diobati. Kamu tenang aja, aku baik-baik aja kok." ucap Aprita yang lemas.

Hana merasa Aprita hari ini sedikit lesu terlihat dari wajahnya yang pucat. Hana mulai mengkhawatirkan Aprita, karena sedari pagi hingga jam makan siang, dia sedikit diam dan banyak melamun.

Terpopuler

Comments

Wills

Wills

aduh Reyn bikin baper gak sih?☺️

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!