Siapa laki-laki itu?

Seorang laki-laki berpawakan tinggi, tegap dan gagah memakai pakaian serba hitam itu keluar dan segera menyerang 3 orang penjahat itu. Pukulan demi pukulan langsung mendarat di wajah mereka. Tanpa basa-basi laki-laki itu menghabisi mereka bertiga tanpa ampun. Hingga oara penjahat itu tersungkur dengan wajah babak belur.

" Jangan coba-coba menyerang seorang wanita, brengsek!!!" ucap laki-laki itu.

Para Penjahat itu sudah lemah tak berdaya. laki-laki itu mencari barang di saku jaket salah satu penjahat itu, dan setelah ditemukan ternyata barang dia cari adalah kalung berbandul batu kristal warna biru dengan tulisan inisial "R".

setelah mengambil kalung itu dan menyimpannya didalam saku jaket, laki-laki itu menghampiri Aprita yang masih pingsan dengan mata dan mulut yang masih tertutupi oleh kain. Dia langsung mengangkat tubuh Aprita dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Di dalam perjalanannya laki-laki itu sempat memperhatikan tubuh Aprita yang ternyata cukup bagus bentuknya. Badan tinggi, berisi tapi ramping dan kulit yang bersih.

Namun perhatian itu buyar ketika dering telepon dari ponselnya berbunyi.

" Ya ... halo..." sapanya.

" Saya ada urusan sebentar, suruh pak Yogi untuk menandatangi perjanjian itu."

" Perjanjian pembelian pistol tipe xxx secara ilegal. Sebelum itu pastikan pihak kedua sudah menjamin keamanannya." ucap si laki-laki itu.

Aprita sudah siuman sedari tadi, dia mendengar obrolan laki-laki itu.

" Apa?? Ilegal ? Dia seorang mafia?" cetus Aprita yang secara tak langsung laki-laki itu mendengar cetusannya.

" Akh ... Sial." gumam laki-laki itu seraya mempercepat laju mobilnya.

" Siapa anda?? anda pasti bos dari penjahat yang tadi kan ?? Heh ... saya mau dibawa kemana ?" tanya Aprita sambil berusaha menyerang laki-laki itu.

Tapi laki-laki itu berhasil menangkis serangan Aprita, namun mobil malah menjadi oleng dan hampir celaka. laki-laki itu terpaksa menghentikan mobilnya dan menyelesaikan masalah ini.

" Anda... pengecut !!! Beraninya anda menyerang seorang wanita ?"

" Bukan saya yang menyerang anda!" jawab laki-laki itu.

" Justru saya yang menyelamatkan hidup anda." tambahnya lagi.

" Mana mungkin? Terus kenapa saya bisa ada di mobil ini, anda pasti mau culik saya kan ? Dan oh ... Ternyata anda seorang mafia ?? Pantas saja otak anda sekotor itu."

laki-laki itu hanya menghelas nafasnya dan dengan terpaksa menahan diri.

" Saya mendengar semua obrolan anda tadi, bahwa anda akan melakukan jual beli senjata ilegal. Akan saya ingat baik-baik suara anda dan ... Nama anda, siapa nama anda. Akan saya laporkan ke kantor pusat."

laki-laki itu kembali menghela nafasnya dan mengambil pistol di rak saku mobil bagian depan. Lalu ingin menarik pelatuknya. Pistol itu diarahn ke jidat Aprita yang masih tertutupi kain.

Cklek ! Suara peluru pistol dimasukkan.

" Apa anda mencoba mengancam saya? Kita bahkan tidak saling mengenal." ucap laki-laki itu.

Aprita terkejut, tapi dia tidak boleh panik meskipun dia merasakan bahwa pistol sedang mengarah ke jidatnya. Kalau saja laki-laki itu emosi dan langsung menarik pelatuknya dia sudah tidak bisa bertemu keluarganya lagi besok dan selamanya.

" Dan satu hal lagi ... Apa begini caramu mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah menyelamatkan hidup anda?!" ucap laki-laki itu dengan suara lebih sangar lagi dan terasa begitu dekat di telinga Aprita.

Sampai-sampai Aprita menelan ludahnya sendiri dan keringat bercucuran di jidatnya.

" Pilihan anda hanya ada dua, Tutup mulut anda atau saya tembak kepala anda." kata laki-laki itu.

Kali ini laki-laki itu menahan leher Aprita dengan mencengkeramnya kuat-kuat seperti mencekik. Aprita kesulitan bernafas hingga rasanya mau pingsan.

" Saya minta turunkan saya disini." jawab Aprita sambil terbata-bata karena leher yang sesak.

Akhirnya laki-laki itu melepaskan cengkeramannya yang sudah membekas kemerahan di leher Aprita dan membuka pintu mobil, meskipun tidak sesuai pilihan yang diberikan laki-laki itu tetap berbaik hati untuk membantu Aprita keluar dari mobilnya.

Setelah turun dari mobil, Aprita hanya diam dan mencoba menjaga jarak. Laki-laki itu sebenarnya merasa kasihan dengan Aprita karena sejatinya dia tidak tega menurunkan seorang wanita di tengah jalan, tapi apa boleh buat. Keadaan malah berbalik.

" Satu lagi, bisa anda lepaskan kain penutupnya?!" pinta Aprita dengan nada ketus.

" Lebih baik tidak perlu." jawab laki-laki itu yang masih mau membantu melepas ikatan tali ditangannya lalu segera masuk lagi ke dalam mobilnya dan meninggalkan Aprita sendirian.

" Hey ... Akhh sialan. Cowok brengsek !!! Dasar Mafia brengsek !!!" gumam Aprita.

Dia lalu mencoba melepaskan kain penutup mata dan mulutnya setelah ikatan ditangannya terlepas. Dia mengeluh pergelangan tangannya kesakitan karena ikatan tali yang kencang.

Setelah dia sadar, dia segera mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi Zeevan.

***

Zeevan sudah menjemput Aprita dan membawanya pulang ke kontrakan. Diobatinya luka-luka Aprita dengan obat-obatan seadanya.

" Kenapa bisa-bisanya kamu tidak langsung menelfon aku saat kamu diserang?" tanya Zeevan dengan penuh emosi.

" Maaf kak, aku nggak sempat. Mereka terlalu banyak dan aku tidak bisa melarikan diri." jawab Aprita.

" Kalau keadaanya kaya gini, aku nggak bisa biarin kamu tinggal sendirian!" ucap Zeevan marah.

" Enggak kak, aku nggak papa kok. Aku janji setelah ini bakal lebih hati-hati lagi." jawab Aprita meyakinkan sang kakak.

" Kamu baru sehari aja udah kaya gini, gimana seminggu, sebulan, setahun ? Apalagi kalo bapak sama ibu tahu?!" kata Zeevan.

" Kak pliss, jangan kasih tau mereka. Plisss yaa plisss. " pinta Aprita dengan wajah memelasnya.

Zeevan memperhatikan wajah Aprita yang sudah semakin dewasa dan terlihat mempesona itu tidak bisa menolak permintaanya itu. Zeevan menghela nafasnya dan menempelkan plester di jidat serta leher Aprita karena terdapat beberapa luka goresan yang cukup parah.

" Kak, maafin aku ya, ini kesalahan aku karena kurang hati-hati. makasih juga ya udah selalu ada buat aku dan ngelindungi aku." ucap Aprita dengan penuh penyesalan.

" Enggak Prita, ini sudah tugas aku sebagai kakak buat ngelindungi kamu. Justru aku yang harusnya minta maaf karena sudah lalai menjaga kamu." balas Zeevan dengan rasa bersalahnya.

Aprita lalu memegang tangan Zeevan dengan lembut dan menggelengkan kepalanya.

" Enggak kak, justru kalau tidak ada kakak, mungkin aku tidak tau caranya pulang. Untung saja ... laki-laki itu ... " ucapa Aprita berhenti karena dia mengingat sesuatu tentang laki-laki itu.

" laki-laki itu kenapa ? Apa kamu kenal dia ? " tanya Zeevan penasaran.

" Enggak. Laki-laki itu seperti seorang penjahat atau semacam boss mafia. Karena aku mendengar ucapan dia waktu aku setengah sadar dimobil bahwa dia akan melakukan jual beli senjata secara ilegal. tapi dia dengan baik hati mau menurunkan aku dan membukakan ikatan tali tangan walaupun dia hampir menembak kepala ku." jelas Aprita panjang lebar.

Zeevan terkejut mendengar penjelasan Aprita yang jika dibayangkan itu sangat menakutkan.

Terpopuler

Comments

Sara la pulga

Sara la pulga

Tambahin lagi adegan romantisnya, thor. Aku suka banget sama chemistry antara tokoh utama 😍

2025-04-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!