Tolong Selamatkan Aku !

Aprita menyebut nama Zeevan berulang kali, tapi suaranya lirih dan hampir tidak terdengar.

Disaat yang bersamaan ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang dan menerobos masuk lalu menghantam mereka. Aprita juga ikut terpental. Lalu 3 orang keluar mobil dengan membawa senjata yang cukup besar.

DUARRR DUARRR DUARR !!!

Bunyi tembakan bergema di gedung itu, namun karena tempatnya jauh dari perkotaan dan pemukiman sehingga tidak mungkin ada yang mendengarnya.

3 orang itu lalu menyerang para mafia yang menculik Aprita itu tanpa ampun. Serangan demi serangan menghantam ke orang-orang itu. Sementara Aprita hanya tergeletak ditanah tak sadarkan diri. Wajahnya sudah mulai pucat karena kehabisan darah. Tapi Aprita masih bisa membuka matanya dan melihat keadaan disana walaupun sudah lemas sekali.

3 Orang itu mengubah rencana, 1 orang mengamankan Aprita dan membawanya masuk ke dalam mobil dan 2 orang lagi menyerang para penjahat itu.

Meskipun mereka hanya bertiga dan lawan mereka berjumlah 6 orang, tapi mereka cukup tangguh dan kuat, serta komunikasi mereka sangat terkoordinasi. Sampai ada kesempatan melarikan diri, mereka bertiga segera memasuki mobil dan keluar dari gedung itu membawa Aprita.

" Sialan. Boss, ada seseorang yang menerobos masuk ke markas kita. Sepertinya wanita itu sudah melaporkannya." ucap salah seorang anak buah yang menelfon bossnya.

" Siap dia? Berani-beraninya menerobos masuk, dan darimana dia tahu keberadaan markas ini. Sejauh ini tidak ada yang tahu keberadaan markas ini. Apa ada penunjuk lain?" tanya Bos itu.

" Dia memakai mobil sport hitam, berinisialkan R bos. Ada 3 orang dengan pakaian serba hitam dan mereka memakai masker serta topi hitam." jawab anak buahnya itu.

" Inisial R ? Pakaian hitam ? Tidak mungkin ... " jawab Bos gemuk itu dengan wajah yang tidak bisa dipercaya.

***

Mobil melaju dengan kencang, membawa Aprita keluar jauh dari kota itu entah kemana perginya.

Hingga sampai suatu ditempat sebuah gedung kosong yang sangat luas, namun kali ini sedikit terawat dan rapih. Hanya saja tempatnya sepi dan dekat dengan sungai perbatasan.

Digendongnya Aprita keluar dari dalam mobil dan dibawa masuk kedalam ruangan. Dibaringkannya tubuh Aprita di atas sofa yang ada di depan.

" Bos, sepertinya dia kehabisan darah. Wajahnya pucat." ucap salah satu dari kedua anak buah itu.

" Cepat ambilkan P3K." jawab bos itu dengan singkat

Lalu salah satunya segera mengambilkan kotak P3K yang berisi obat-obatan untuk luka. laki-laki yang disapa bos itu segera membersihkan luka di kaki Aprita dengan kapas. Perlahan-lahan kaki Aprita menjadi bersih dan bekas darah juga menghilang. Lalu di cabutnya peluru yang menancap di kulit kaki Aprita dengan perlahan-lahan, Aprita mengerang kesakitan namun matanya masih tertutup rapat. Bos itu memandangi wajah Aprita yang masih merasa kesakitan, lalu dia segera mengobati lukanya dan menutupnya dengan perban secara perlahan-lahan.

2 jam setelah kaki Aprita di obati, namun belum juga sadar.

" Reyn, lu yakin dia orangnya?" tanya salah satu dari ke dua anak buah itu.

laki-laki yang sebelumnya disapa bos itu ternyata bernama Reyn.

" Gua yakin Jordi, dia orangnya." jawab laki-laki bernama Reyn itu.

" Tapi apa lu yakin ini akan aman? Lu yakin dia nggak akan membocorkan hal ini ke polisi?" tanya salah satu anak buahnya lagi.

" Gua akan memastikannya sendiri Rios. Kalau dia tidak akan membocorkan hal ini." jawab Reyn lagi.

Kedua anak buahnya itu bernama Jordi dan Rios. Terlihat Jordi lebih tua dibanding Rios dan Reyn. Tapi disini Reyn terlihat mendominasi dan penuh gairah ambisi.

" Gimana cara lu memastiin?" tanya Rios.

Reyn masih memikirkan jawabannya. Keningnya berkerut hingga beberapa menit. Jordi dan Rios kebingungan dengan sikap Reyn.

" Bro, ini pasti sulit sekali, sampai-sampai kau belum menjawab pertanyaan yang biasanya sangat gampang buat dijawab." ucap Jordi sambil menepuk pundak Reyn.

Terlihat begitu akrab dan tidak ada jarak diantara mereka, meskipun mereka bos dan anak buah.

" Dia bisa jadi sangat berbahaya buat kita bro." ucap Rios.

" Tapi dia orang yang bokapnya Reyn cari." jawab Jordi.

Reyn masih diam dan keningnya berkerut.

" Bro, lu masih belum menemukan jawabannya."

" Misi ini hanya kita bertiga yang tahu. Kalau ada yang membocorkan misi ini, gua gak akan segan-segan bakar hidup-hidup orang itu." tiba-tiba Reyn berkata demikian.

Membuat Jordi dan Rios menelan ludahnya masing-masing.

" Tenang bro, gua orangnya setia dan loyal. Selama 7 tahun apa pernah gua berkhianat ke lu? " ucap Jordi.

" Gua juga bro, gua selalu patuh sama perintah lu." tambah Rios.

" Orang-orang tadi pasti sedang mengincar wanita ini Reyn. Mereka nggak akan tinggal diam, bahkan mungkin mereka merencanakan pembunuhan saat ini juga." ucap Jordi membukakan pintu jalan keluar untuk Reyn.

" Gua yakin, cepat atau lambat mereka pasti akan menemukan wanita ini dan membunuhnya." tambah Rios.

" Apa ... Membunuhku ? Jadi kalian ingin membunuhku?" ucap seorang wanita yang ternyata itu adalah Aprita.

Dia sudah siuman sejak tadi dan mendengar kalimat terakhir dari ucapan Rios. Aprita terkejut dan langsung memotong pembicaraan mereka. Dia terbangun dengan kaki di balut perban. Jalannya pincang, dia berjalan menuju ke tempat dimana pisau tergeletak dan mengambil pisau itu lalu menodong ke arah mereka bertiga.

Mereka bertiga juga terkejut karena Aprita sudah siuman dan mendengar percakapan mereka.

" Kalian pasti bersekongkol kan? Kalian pasti para mafia brengsek kan ?" ucap Aprita dengan geram.

Keringatnya bercucuran dimana-mana, wajah Aprita masih terlihat pucat, bibirnya bergetar dan rambutnya acak-acakan. Reyn memperhatikan kondisi kakinya yang masih pincang.

" Bos, sebaiknya kita apakan dia?" ucap Rios.

" Aku yang akan mengurusnya." jawab Reyn dengan tenang dan berjalan menuju ka arah Aprita berdiri.

Tanpa merasa takut sedikitpun Reyn langsung menyambar pisau itu dan membuangnya jauh-jauh ke lantai. Reyn menarik tangan Aprita dan menahannya dibelakang, lalu mendorong tubuh Aprita hingga mentok ke tembok. Mata Aprita melotot memandangi wajah Reyn dengan penuh amarah.

Reyn sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Aprita supaya bisa berbicara dengan jelas.

" Kau masih ingat dengan ku?" ucap Reyn lirih.

Seketika Aprita mengingat suara laki-laki itu yang tidak asing baginya. Dimana dia pernah mendengar suara laki-laki itu. Aprita berusaha mengingat kembali dan mengenali suara itu. Dan ternyata dia ingat dia pernah mendengar suara laki-laki itu ketika dia diserang oleh sekelompok penjahat di gang sempit saat malam pertama dia pindah ke kontrakan dan saat di dalam mobil.

" Oh ya, tentu saja saya sangat mengingatnya, suara seorang mafia brengsek seperti anda mana mungkin saya lupa. Apa mau anda? sampai anda menculik saya?" ucap Aprita dengan emosi.

Terpopuler

Comments

Wills

Wills

wah semakin seru nih, yuk intip kelanjutan ceritanya. jangan lupa like, komen dan masukannya supaya author lebih semangat lagi nulisnya ☺️

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!