Trauma

⚠️WARNING ⚠️

TERDAPAT ADEGAN DEWASA KHUSUS 21+ HARAP KEBIJAKSANAANYA DALAM MEMBACA

DAN MOHON TINGGALKAN LIKE DAN KOMENTAR POSITIF SUPAYA BISA MENDUKUNG KARYA AUTHOR

***

Aprita semakin tidak bisa menahan tangisannya dan isakan semakin kencang. Namun Aprita sadar bahwa dirinya sedang dipeluk oleh pria yang sudah membuat dirinya seperti itu. Aprita mencoba melepaskan pelukan pria itu namun pria itu tetap memeluknya dengan erat dan semakin erat.

" Diam." ucap pria itu dengan tegas.

Aprita kemudian terdiam lalu memandangi wajah pria itu dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti.

" Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku jadi seperti ini? kenapa pria brengsek ini bersikap seperti ini? Dia memelukku? tapi dia sama sekali tidak merasa bersalah atas perbuatannya semalam? Jadi selama ini dugaan aku benar, dia ingin mempermainkanku dan menghancurkan hidupku ... lalu setelah itu dia akan dengan mudah melupakan ini semua tanpa merasa bersalah sedikitpun. Benar-benar pria bajingan ! Ya Tuhan kenapa ini harus terjadi padaku ? Kenapaaaaa?" gumam Aprita dalam hati.

Dia tidak bisa melepaskan pelukan pria itu karena pria itu memeluknya dengan sangat erat. Setelah beberapa saat pria itu merenggangkan pelukannya lalu melepaskan pelukannya. Pria itu memandangi wajah Aprita dengan wajahnya yang memerah. Mendekatkan wajahnya ke wajah Aprita dan menempelkan bibirnya ke bibir Aprita. Namun kali ini dia melakukannya dengan lembut dan perlahan.

Aprita hanya terdiam dan terpaku mendapatkan perlakuan seperti itu lagi, dia terkejut ketika pria itu mencium bibirnya. Namun Aprita merasakan kehangatan dan kelembutan yang ada dibibirnya dan itu membuatnya sedikit tenang. Air matanya sudah tidak keluar lagi dan isakan tangisnya pun berhenti seketika. Aprita mulai memejamkan matanya dan membiarkan pria itu menciuminya tanpa membalas ciumannya.

Hingga beberapa saat kemudian, pria itu masih menciuminya dan ciumannya semakin bergairah. Iramanya semakin cepat dan itu membuat nafas Aprita tersengal. Aprita mulai merasa sulit bernafas dan hanya desahan nafas yang terdengar. Pria itu benar-benar mendominasi ciumannya itu, dia mulai memainkan lidahnya. Aprita ingin melepaskan diri namun pria itu menahannya dengan kuat, akhirnya dia hanya bisa terpaku mengikuti kemauan pria itu hingga benar-benar merasa puas. Aprita mulai mengikuti irama yang dimainkan pria itu dan sedikit demi sedikit mulai menikmatinya.

Lagi dan lagi, apa yang sebenarnya ada di pikiran Reyn saat ini. Panas tubuhnya mulai membara dan itu bisa dirasakan oleh Aprita. Begitu juga Aprita yang wajahnya sudah mulai memerah karena merasakan kobaran hasrat membara yang diberikan oleh pria itu kepadanya.

" hmm ... Hnggh ..." desahan Aprita sangat menggelora di telinga Reyn.

Membuat pria itu semakin brutal dan tangan liarnya mulai memainkan perannya. tangannya mulai masuk ke dalam kaos kedodoran yang dikenakan Aprita itu, menemukan tali bra yang menggantung di leher Aprita dan melepaskannya. Dibukalah baju Aprita dan kini Aprita tidak memakai sehelai pakaian apapun. Bagian tubuhnya terlihat jelas dan kedua mata pria itu menatapnya dengan buas. Tangan pria itu mulai menjalar kemana-mana meraba setiap lekuk tubuh Aprita. Aprita tersentak dan mencoba menghentikan perbuatan itu namun pria itu menahan kedua tangannya dengan kuat sehingga Aprita tidak bisa bergerak.

" Aahhh ... Ahhh .. Hmm ..." Aprita mendesah merasakan kesakitan karena tindakan itu.

Bibirnya masih terpaut dengan bibir pria itu. Entah apa yang terjadi sebenarnya, Aprita masih sangat sadar bahwa dirinya sedang terjebak dalam hasrat si pria mafia itu. Tapi dia sangat kesusahan untuk melepaskan diri. Bahkan untuk sekedar bernafas saja dia begitu kesulitan.

Reyn masih terjebak dalam gelora hasratnya dan tidak ingin menyudahinya, sama seperti kejadian tadi malam. Dia menerkam tubuh Aprita tanpa henti. Aprita mengerang kesakitan, dia sudah mulai tidak tahan dengan tindakannya itu.

Reyn mulai membuka resleting celananya dan melepaskan celana Aprita. Aprita menolaknya dan berusaha kabur dari cengkeraman pria itu. Namun pria itu sangat brutal dan membabi buta. Raut wajahnya tampak ganas dan menatap tajam mata Aprita.

Aprita tidak bisa kabur kemana-mana dan celananya berhasil dilepas paksa oleh Reyn. Tanpa berpikir panjang Reyn langsung menerkam Aprita dan menggagahinya.

" Aaaahhhh ... hmm ... s .. sakit .. Aahh .." gerang Aprita kesakitan.

Aprita merasakan perih dan nikmat secara bersamaan. dia tidak tahu bahwa apa yang dialaminya saat ini akan mengubah masa depannya. Tadi pagi Aprita masih melihat mengenakan celananya ketika bangun tidur. dan menandakan bahwa dirinya masih suci dan kehormatannya masih terjaga, dia tidak merasakan sakit perih dan juga tidak ada bekas darah di atas kasur.

Namun kini ada darah yang mengalir di kedua paha kaki Aprita. Yang berarti bahwa kesuciannya benar-benar telah direnggut oleh pria asing itu. Aprita hanya bisa pasrah dan air matanya perlahan mengalir lagi.

Lambat laun tubuh Reyn semakin panas dan birahinya memuncak, Reyn membabi buta. Hingga Aprita sudah merasakan lemas dan tidak tahan lagi. Aprita menjerit sekaligus mendesah menahan rasa perih dan nikmat bersamaan. kedua bibir mereka masih berpautan. Hingga Reyn telah mencapai batasnya.

Reyn mulai mengerang merasakan puncak kenikmatan dan berhenti memainkan Aprita lagi. bibirnya melepaskan bibir Aprita dengan perlahan, mengatur nafasnya yang tersengal dan matanya perlahan-lahan mulai terbuka. Begitu juga Aprita yang sudah mencapai batas maksimalnya, nafasnya mulai cepat dan suhu tubuhnya naik. Lalu tubuh Aprita bergetar beberapa saat hingga lemas dan tidak berdaya.

Reyn mencoba mengatur nafasnya lagi. Matanya masih tertuju pada bibir Aprita yang sudah cukup memar. Aprita masih memejamkan matanya karena tubuhnya yang sudah lemas dan tidak bergerak lagi. Keringat bercucuran dan membasahi wajah serta tubuh mereka. Reyn mengusap bibir Aprita dengan lembut lalu mengecupnya lagi, setelah itu Reyn mengangkat tubuh Aprita dan membawanya masuk ke dalam kamar dan membaringkannya dengan perlahan serta memasangkan selimut.

Reyn membersihkan cairan yang tertumpah berserakan di atas karpet. Dia menyadari bahwa mereka melakukan hal itu di ruangan tengah di atas karpet.

" Ada darah? .. " gumam Reyn saat menyadari ada darah yang cukup banyak di atas karpet.

Reyn mengecek kondisi luka tusukan perutnya, tidak ada darah di luka perutnya bekas tusukan pisau karena sudah ditutupi perban. Lalu dia mengecek kaki Aprita juga lukanya sudah kering dan tidak ada darah yang keluar lagi, mencoba mengecek paha Aprita karena masih belum mengenakan pakaian apapun, dan disitu terdapat bekas darah menempel di paha dan daerah kesucian Aprita.

Saat itu dia baru menyadari, bahwa dia telah merenggut kehormatan seorang wanita.

Reyn hanya menghela nafas panjangnya dan membersihkan darah itu dengan tissu. dia lalu duduk di sofa dan memegangi kepalanya. Dia merenung sejenak menenangkan pikirannya. Namun bukannya dia menyesal dia justru tersenyum. Sepertinya dia merasakan puas dan senang melakukan hal itu.

Sepertinya Reyn tidak benar-benar memahami alasan mengapa dia bisa begitu bergairah pada wanita itu dan bahwa apa yang dia lakukan kepada wanita itu akan membuat trauma yang begitu mendalam. Perbuatannya itu sudah sangat melewati batas.

Saat ini pun entah dia masih ingat dengan tujuan utamanya atau tidak.

Terpopuler

Comments

Wills

Wills

mohon untuk yang usia dibawah 21+ diharapkan kebijaksanaanya dalam membaca bab ini

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!