***
Pagi ini Fika dan Wildan sudah berada di ruang meeting, semua orang orang penting ada disini, para dewan direksi dan pemegang saham kini menduduki kursi di meja panjang ini, ini adalah pertama kalinya bagi Fika berada di sini, Namun Manager Arya benar benar membantunya hingga Fika pun mulai mengerti dan mengikuti arahan dari Arya.
Seperti biasa Wildan adalah sosok yang tegas dan cerdas, Semua setuju dengan solusi Wildan, dan sangat puas dengan jiwa kepemimpinan putra kedua pemilik hotel ini.
Begitupun Fika benar benar sangat kagum pada Wildan yang memang terlihat sangat berbeda dari Wildan yang dulu Ia kenal, Wildan sekarang terlihat sangat berwibawa.
Selesai meeting Fika menuju Resto papa nya yang ikut di kelola oleh hotel ini, Manager Arya masih setia menemani Fika dan membantu menjelaskan yang perlu di jelaskan pada Fika.
"Terimah kasih banyak pak Arya, saya pasti akan sangat kesulitan kalau Pak Arya tidak membantu saya" Fika mengucapkan terimah kasihnya pada Arya.
"Iya nona, sudah menjadi tanggung jawab saya" Arya.
Fika tersenyum.
"Apa nona tidak mau menikmati senja di pantai?" Arya.
"Iya Pak Arya kelihatannya menyenangkan, sudah lama saya tidak ke Pantai" Fika.
"Kalau begitu, saya akan menjadi pemandu wisata untuk nona hari ini, mari nona.." Arya.
"Pak Arya panggil saya Fika saja, jangan terlalu formal umur kita juga tidak berpaut jauh sepertinya Pak Arya" Fika.
"Baiklah, selama di luar jam kerja saya tidak akan terlalu formal, nona juga jangan panggil saya pak, karna seingat saya saya masih belum memiliki anak" Arya.
"Hahaha,, baiklah Bang Arya" Fika.
"Itu juga tidak buruk" Arya tersenyum.
keduanya sudah keluar dari resto, mereka di sambut dengan Wildan yang baru saja sampai di depan Resto lantai 1 Hotel.
Sejak pagi Wildan memang banyak pekerjaan dia baru saja keluar dari kantor dan langsung mencari Fika.
dan kini malah melihat pemandangan yang sangat menjengkelkan baginya, Fika terlihat sangat akrab dengan Arya, mereka bahkan saling tertawa.
Wildan memperhatikan keduanya dengan menahan kesal, rahangnya mengeras rasanya tak terima Fika tertawa dengan laki laki lain seperti itu, Wildan segera melangkahkan kakinya cepat menghampiri mereka berdua.
"Kalian mau kemana?" Wildan.
Fika dan Arya melihat pada Wildan yang tiba tiba saja berdiri di depan mereka.
"Saya mengajak Fika ke Pantai pak, Fika bilang sudah lama tidak menikmati senja di pantai" Arya.
"Dia bahkan menyebut nama Fika dengan begitu akrab" Batin Wildan.
"Kamu kembali ke kantor dan buat laporan yang tadi pagi saya minta" Wildan.
"Tapi pak, saya bisa kerjakan nanti saya sudah berjanji menjadi pemandu Wisata nona Fika sore ini" Arya masih menawar Wildan.
"Kamu jangan terlalu keras mas dengan karyawan kamu, ini sudah sore dan jam kerja sudah berakhir, biarkan Bang Arya ke pantai bersamaku" Fika.
mendengar Fika memanggil Bang Arya Wildan semakin memanas, Wildan langsung menarik tangan Fika.
"Kalai begitu kamu pulang saya Ar, Fika biar saya yang menemani" Wildan berujar pada Arya lalu segera menarik Fika pergi dari hadapan Arya.
"Pak Wildan sepertinya menyukai putri pak Gunawan" Batin Arya.
***
"Mas apa apaan siih..." Fika meronta menari pergelangan tangannya yang kini di genggam Wildan dengan kuat.
Wildan tak menghiraukan, terus melangkahkan kakinya mendekati pantai yang memang tak jauh dari hotel.
"Lepasin mas,, tanganku sakit" Fika.
Wildan langsung melepas genggamannya begitu mendengar Fika mengeluh sakit, dan memang pergelangan tangan Fika sedikit memerah karna Wildan menggenggamnya dengan kuat .
"Maaf fi," Wildan mengelus pergelangan tangan Fika.
"Mas ngapain sih marah marah nggak jelas sama Bang Arya" Fika.
Wildan smakin kesal Fika menyebut nama Arya, tapi dia mencoba meredan emosinya saat ini.
"Nggak papa fi, ayo kita ke pantai,," Ajak Wildan.
Wildan kembali meggenggam tangan Fika lembut dan berjalan ke arah pantai, Fika pun hanya bisa mengikuti langkah Wildan meskipun dengan bibir cemberut.
Mereka kini berjalan berdampingan di bibir pantai, langit sudah mulai berwarna jingga, Fika tak hentinya tersenyum mengagumi pemandangan yang menenangkan jiwa saat ini, benar benar indah.
"Aku denger dari papi kamu udah bangun butik kamu sendiri ya fi?" Wildan mengajak Fika mengobrol sembari menatap matahari yang hampir tenggelam.
"Iya mas, udah dua tahun jalan" Fika.
"Aku seneng impian kamu udah tercapai" Wildan menatap wajah Fika yang terlihat semakin cantik rambutnya bertebaran menutupi wajahnya tersapu angin.
Fika tersenyum,
"Mas Wildan juga udah berhasil membangun hotel mas sendiri kan?" Fika.
"Tapi masih belum fi" Wildan memang sedang membangun hotel sendiri di pusat kota, Wildan memang berniat untuk mengembangkan perusahaannya sendiri sejak kuliah itulah impiannya.
"Sudah berapa persen memangnya?" Fika.
"Kira kira sudah 90%" Wildan.
"Kamu nggak keberatan kan kalau aku minta kamu datang saat peresmian?" Wildan.
Fika tiba tiba memaku, entah apa yang kini ada di pikirannya. dia sepertinya takut jika dia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri untuk menolak pesona laki laki yang sedang di sampingnya ini.
"Kapan mas?" Fika.
"Mungkin bulan depan" Wildan.
"Bulan depan aku ada pameran mas, lihat nanti saja semoga bisa aku pasti dateng" Fika.
"Bagaimana ini? apa aku harus menyatakan cinta lagi agar tidak kaku seperti ini? apa Fika mau menerima aku lagi? tapi aku yakin Fika masih memiliki perasaan yang sama denganku?" batin Wildan.
Keduanya saling melempar senyuman.
"Mas tolong fotokan aku disini" Fika menyodorkan ponselnya pada Wildan, dan Wildan menerimanya.
Fika memposisikan dirinya bak seorang model, dan Wildan memotretnya sesuai permintaan Fika.
"Mana lihat hasilnya" Fika menatap layar ponsel yang di berikan Wildan.
"Waaahhh... memang yaa dari dulu mas Wildan memang bakat jadi fotografer, hasil jepretan mas Wildan selalu saja sempurna, sudah lama aku nggak dapet foto sebagus ini" Fika berkata panjang lebar tanpa sadar apa yang dia katakan seketika Fika sadar apa yang dia katakan lalu segera membungkan mulutnya.
Wildan menatap Fika sendu, menyalahkan dirinya akan kejadian yang lalu yang membuat nya berpisah dengan Fika.
"Ahhh.. bukan begitu maksudku, Ela tidak bisa mengambil foto sebagus ini mas" sambil memamerkan giginya dengan senyuman yang melengkung indah.
"Sini ponselnya, ayo aku foto lagi" Wildan.
"Sudah mas, ini saja sudah cukup" Fika.
"Ohya? bukannya nggak cukup satu foto saja?" tanya Wildan heran, karna dulu Fika memang saangat doyan foto hingga membuat Wildan kadang merasa kesal saat jalan dengan Fika.
Fika mencebikkan bibirnya, dan menatap jengkel Wildan.
"Benar kan? Dulu kamu selalu memintaku menjadi fotografer gratis setiap kali kita keluar, kalau memory card mu tidak penuh maka nggak akan berhenti berpose dan mengabaikan aku" Wildan berkata sedikit kesal mengingat masa lalu bersama Fika.
"Sekarang aku sudah berubah mas! dulu kan aku masih muda, jadi wajar" Fika.
"Lalu sekarang apa kamu sudah tua?" Wildan.
"Tidak jugaaa, aku bukan tua tapi di tengah tengah antara tua dan muda" Fika menjawab asal membuat Wildan tertawa.
Pembahasan yang terlihat biasa ini tak terasa membuat pikiran keduanya serasa kembalu mengulang masa lalu, sudah lama tak ada perasaan senyaman ini baik Fika ataupun Wildan keduanya menikmati kebersamaan mereka saat ini.
"Kamu kapan balik ke Jakarta fi?" Wildan.
"Minggu mas, aku sudah pesan tiket minggu pagi, besok aku ingin jalan jalan sudah lama aku nggak kesini" Fika.
"Kalau begitu besok kita jalan bersama, kamu mau kemana?" Wildan.
"Emang mas Wildan nggak balik ke Jakarta? bukannya disini mas masih ada kerjaan?" Fika .
"Udah selesai, kamu mau kemana besok?" Wildan.
Fika pun menyebutkan daftar tempat yang ingin dia kunjungi, mereka pun akan jalan jalan besok dan pulang lusa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟEᷞmͥiͣ M⃠🏚🄷❦⃝ᶠ
rumit ...sama sama menahan gengsi...
2021-01-14
2