****
Fika dan Wildan sudah selesai makan malam, mereka kini berjalan menuju kamar mereka.
Fika masih tak begeming tak membuka suaranya sedikitpun.
Mereka barusaja masuk kedalam lift yang mengantar mereka ke lantai kamar mereka.
"Kamu marah karna pertanyaan mas tadi fi?" Wildan.
Fika tak menjawab hanya menggelengkan kepalanya sambil memainkan ponselnya.
"Mas cuma menjalankan amanah om Gunawan untuk mengajari kamu fi" Wildan masih menatap Fika yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Jadi papi memang sengaja mengirimku kesini supaya bisa bersama dengan mas Wildan, mereka bersekongkol untuk mendekatkan kami lagi" Fika.
Wildan sedikit tertawa membuat Fika melihat ke arahnya, karna tiba tiba Wildan tertawa.
"Kenapa tertawa?" Fika.
"Tidak..." Wildan masih menahan tawanya membuat Fika mengernyitkan dahinya dan di buat semakin penasaran.
"Kenapa? katakan..?" Fika.
Wildan melihat wajah Fika yang benar benar terlihat smakin cantik di mata Wildan, apalagi selama Wildan mengenal Fika tak pernah Wildan melihat Fika jutek seperti ini, karna dulu Fika adalah sosok yang sangat manja pada Wildan.
"Kamu kalau cemburu smakin cantik" Wildan.
Fika smakin mengernyitkan dahinya dan menatap Wildan tajam.
"Cemburu..???" Fika.
"Hemm.. " Wildan tak hentinya tersenyum.
Lift terbuka, Wildan mendahului Fika keluar dari lift, Fika mengikuti langkah Wildan dengan langkah kesal.
"Aku nggak cemburu..!!" Fika berkata dengan sedikit penekanan.
"Terus kamu kenapa??" Wildan menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Fika tiba tiba membuat Fika yang sedang berjalan di belakangnya menabrak Wildan sehingga membuat Fika terbentur dada Wildan.
Fika sangat terkejut dan segera mundur satu langkah.
"Kenapa berhenti tiba tiba..!!" Fika kesal.
"Jawab dulu kenapa kamu terlihat marah terus sama aku?" Wildan.
"Nggak papa" Fika.
"Aku kan sudah bilang, Vania itu temanku kemarin dia ke apartmenku mengambil laptopnya yang tertinggal" Wildan menjelaskan lagi pada Fika tentang kejadian kemaren malam.
"Apa an sih nggak jelas,," Fika memutar bola matanya meninggalkan Wildan begitu saja.
"Kamu masih marah?" Wildan menarik tangan Fika.
"Nggak, aku nggak perduli dia siapa dan sekali lagi aku katakan aku nggak cemburu" Fika.
Wildan tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu berhentilah bersikap tak ramah padaku" Wildan.
"Iya" Fika menjawab singkat.
"Besok kita meeting jam 9 pagi, dan mengenai keputusan yang kamu katakan tadi, aku pun sangat setuju dan itulah yang akan aku lakukan" Wildan.
"Baiklah" Fika.
"Fi.. " Wildan memanggil Fika dengan lembut, saat ini mereka sudah berada di depan kamar Fika.
Fika menatap Wildan yang kini melihatnya dengan sendu.
"Maaf..." Wildan.
Fika mengerti kemana kata maaf ini berpangkal.
Entah kenapa Fika tiba tiba tersenyum begitu teduh di mata Wildan. senyuman yang sangat dia rindukan. Wildan masih menatap Fika dengan sendu.
"Yang lalu biarlah berlalu mas" Fika.
Semudah itukah dia memaafkan?Apa yang kulakukan bukanlah hal seremeh itu? bukanlah hal sesederhana itu? Aku meninggalkannya! Aku mempermalukannya di hari pernikahan! Aku bahkan bersikap begitu kasar padanya! Semua itu yang kini menyelimuti hati Wildan. Mengapa begitu mudah Fika mengatakan biarlah yang lalu berlalu.
Wildan masih menatap Fika dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Yasudah aku masuk dulu mas, sampai ketemu besok pagi mas" Fika.
Wildan sontak tersadar dari lamunannya.
"I-iya.." Wildan.
Fika pun berlalu dan masuk ke kamarnya meninggalkan Wildan yang masih mematung di sana.
Fika menutup pintu kamar hotel lalu menyandarkan punggungnya di balik pintu.
"Tak ada gunanya membencimu mas, karna aku tidak akan bisa. melupakan semua hal menyakitkan itu lebih mudah dari pada membencimu, aku masih berharap kau mau menjelaskan alasan dari yang kau lakukan dulu mas, aku akan menunggunya" batin Fika.
****
Di kediaman Gunawan semua keluarga sedang berkumpun, begitupun Alin dan Reyhan yang saat ini sedang berada di rumah Gunawan.
"Waaah.. jadi kalian sudah merencanakan ini? kenapa tidak memberitahuku pi?" Alin.
"Mami kan sibuk di salon, jadi papi nggak mau ganggu mami" sindir Reyhan pada istrinya.
"Iih papi,,, mami nanya baik baik juga, masih aja di ejekin" Alin mencubit perut suaminya.
"Sakit mi.." Reyhan sambil mengelus perutnya yang sedikit nyut nyutan.
"Semoga mereka bisa baikan ya mbak" ucap Rani pada Alin.
"Iya Ran... aku sangat berharap mereka bisa kembali seperti dulu" Alin.
"Papa tadi telpon Wildan kan? gimana katanya?" Rani menatap suaminya.
"Sepertinya Wildan sudah menyadari ini rencana kita, tapi syukurlah Wildan sepertinya akan memanfaatkan ini dengan baik" Gunawan.
"Benarkah Gun??" Tanya Alin heran.
"Iya.. tadi aku sudah bicara dengan Wildan" Gunawan.
"Dia tidak marah??" Alin.
"Tidak, dia bicara dengan baik dan aku menasehatinya tadi" Gunawan.
"Kenapa dia menurut sama kamu Gun, sedangkan sama aku dia selalu saja marah marah" Alin.
Reyhan terkekeh mendengar ucapan istrinya yang di sambut plototan tajam dari kedua mata Alin.
"Kenapa papi ketawa?" Alin.
"Wildan begitu sama mami karna mami terlalu cerewet" Reyhan.
Semuanya tertawa.
"Itu karna mami sangat merindukan Wildan yang dulu ceria dan manja sama mami" Alin tiba tiba berubah melow.
Rani mengelus punggung Alin mengerti mengapa Alin begitu, Alin merindukan putranya begitupun Rani juga merasakan hal yang sama, dia juga merindukan Fika yang dulu sangat manja padanya.
"Wildan itu nggak bisa terlalu di tekan mi, mami selalu mendesak dia untuk menikah, hal itu malah membuat dia semakin jarang kerumah karna menghindari mami" Reyhan menasehati letak kesalahan istrinya.
"Iya pi, mami ngerti sekarang, Wildan menerima nasehat dari orang yang tenang seperi kami Gun" Alin melihat ke arah Gunawan membuat Reyhan dan Gunawan tersenyum.
******
Fika sudah mengganti bajunya dengan baju tidur, kini dia membaringkan tubuhnya di ranjang hotel yang begitu empuk dan nyaman.
memejamkan matanya walau dia tidak mengantuk.
dering ponsel mengagetkan nya.
Fika mengambil ponselnya di nakas, tenyata ada panggilan video dari Ela.
Fika tersenyum dan segera menggeser icon hijau lalu menjauhkan tangannya hingga wajahnya kini terlihay di layar.
"Haaaaaaaiii" Fika menyapa ketiga sahabatnya yang kini tampak di layar ponselnya.
Ela Aldo dan Steve rupanya sedang bersama.
"Kamu lagi apa fi??" Ela.
"Aku baru mau tidur" Fika.
"Fifi, kamu nggak kangen aku??" Steve mulai menggoda dengan suara manjanya seperti biasanya.
Fika tertawa.
"Kamu di Bali fi?" Aldo.
"Hemm.. aku di Bali" Fika.
"Gimana kerjaan kamu fi? kamu kesulitan nggak?" Ela .
"Nggak aku cuma ngikutin arahan papa aja kok" Fika.
"Fifi.. kamu belum jawab pertanyaan aku"
Steve.
"Apa steeve" Fika sambil tersenyum melihat tingkah Steve yang selalu saja menggodanya.
"Kamu nggak kangen aku??" Steve mengulang lagi pertanyaanya.
"Aku kangen kaliaan semuaa" ucap Fika membuat Ela dan Aldo tertawa melihat ekspresi Steve yang kini mengerucutkan bibirnya.
"Kalian lagi di luar ya...??" Tanya Fika melihat baground mereka sepertinya sedang di sebuah cafe.
"Iya fi, biasalah para jomblo ya begini menghabiskan waktunya" Ela.
"hahaha... " Fika tertawa renyah.
"Fi, kamu sama Wildan di Bali??" Aldo.
Fika menatap layar ponselnya dengan bingung,
"Emm.. iya" jawab Fika ragu ragu.
"Kamu mau balikan sama dia fi..???" Aldo bertanya sarkas.
membuat Ela melihat pada Aldo dan menatapnya tajam.
Fika tak menjawab pertanyaan Aldo,
"Ohya fi, kamu sampai kapan di Bali??" Ela mengalihkan pembicaraan.
"Rencananya minggu aku balik ke Jakarta, tapi entahlah kalau masih ada yang perlu aku kerjain mungkin aku masih disini beberapa hari lagi" Fika
"Emang ada masalah apa fi disana?" Steve.
"Ada Staf yang korupsi gitu, dan kerugiannya cukup besar juga entahlah aku juga nggak begitu memahami nya Steve" Fika.
"Wah. kalau itu kayaknya kamu harus lebih lama di sana fi, hal itu nggak bisa di selesai in dua hari saja" Steve.
"Iya, tapi Mas Wildan kok yang ngurusin semuanya, karna aku juga nggak begitu ngerti sama hal kayak gini" Fika.
"Kabar Wildan gimana fi?" Ela.
"Baik El,," Fika.
"Kamu nggak berantem kan sama dia?" Ela.
"Yah ngga lah El,," Fika.
"Kamu jangan bermurah hati sama dia fi, inget apa yang udah dia lakuin sama kamu!!" Aldo masih saja berkata tajam, seolah sangat tak suka pada Wildan.
"Yaudah fi,, kamu pasti capek, kamu istirahat aja ya.. kita juga mau balik habis ini" Ela segera mengakhiri obrolan ini karna Aldo mambuat suasana jadi tak enak.
"Hemm.. iya.." Fika.
"Fi,, sampe ketemu minggu depan yaa kita ke Jakarta" Steve.
"Iya Steeve" Fika tersenyum dan Steve sangat bahagia melihat senyuman itu.
"Mimpi in aku ya fi.. biar aku bisa masuk ke hati kamu lewat mimpimu" Steve mulai menggombal.
"Hahaha" Fika hanya tertawa mendengar Steve.
"Inget fi, jangan balikan sama dia, jangan maafin dia!!" Aldo.
"Yaudah ya fi.. bye bye, Assalamualaikum" Ela
"Waalaikum salam"
Ela segera menekan icon merah di layar ponselnya. dan menatap Aldo dengan tatapan membunuh.
"Lo kenapa sih Al!! Selalu aja menekan Fika dengan mengatakan hal hal seperti itu!! kita itu sahabat Fika, harusnya lo ngedukung dia dengan apapun yang dia lakukan!! bukan malah menekan dia dengan pemikiran lo sendiri." Ela marah lada Aldo.
Aldo hanya diam sedangkan Steve hanya mendengar kemarahan Ela pada Aldo.
"Fika itu udah cukup menderita, dan kita tau itu Al, susah payah kita membuat Fika bangkit dari keterpurukannya. seharusnya sekarang kita sudah mengerti Fika dan mendukung dia mencari kebahagiaannya dengan siapapun itu" Ela.
"Justru karna aku melihat penderitaannya saat itu aku nggak mau dia kembali dengan laki laki pengecut itu El..!!" Aldo
Ela dan Aldo semakin memanas, membuat Steve rasanya begitu tak enak hati, karna Steve memang mengenal mereka baru 2 tahun ini, Steve tidak tau menau kejadian yang kini Ela dan Aldo peedebatkan.
"Lo harusnya sudah melihat bagaiman Fika masih menjaga hatinya selama ini!!!" Ela.
Steve mendengar seksama perkataan Ela.
"Artinya Fika memang masih sangat mencintai mantan kekasihnya" batin Steve.
"Kalian ini udah jangan bertengkar,, malu tau banyak yang ngelihatin, kasihan juga mereka nggak ngerti dengan bahasa kita ini" Steve mencoba mencairkan suasana dengan memberikan sedikit candaan pada kalimat peleraiannya.
Ela seketika diam dan membuang muka dari Aldo. begitupun Aldo yang tampak angkuh pada Ela.
"Kalian kalau terlalu sering bertengkar, lama lama jodoh kalian" Steve.
"Iidih ogaaah gue berjodoh dengan manusia angker kayak dia" Ela.
"emang gue mau jodoh sama lo, gue juga nggak sudi jodoh sama nenek lampir kayak lo" Aldo.
Keduanya kembali berdebat seperti biasa, Steve sudah terbiasa dengan hal ini, namun perdebatan tentang Fika tadi di penuhi emosi dari keduanya membuat Steve memang harus menyudahinya, kali ini Steve hanya diam mendengar Ela dan Aldo saling mengejek seperti biasa.
****
Wildan sedang berbaring di ranjangnya dia memegang ponsel dan mengetik sebuah pesan pada seseorang.
"Terimah kasih sudah berbesar hati memaafkan aku" Wildan.
Fika langsung membuka pesan Wildan, karna dia memang masih memainkan ponselnya.
Fika tersenyum lalu mengetik balasan untuk Wildan.
"**iya mas" Fika.
"Kenapa belum tidur?" Wildan
"Ini mau tidur" Fika.
"Ya sudah, Good night fi, mimpi indah" Wildan**.
Fika tak menjawabnya lagi, dia menaruh ponselnya kembali di nakas, lalu menaikkan selimutnya dan memejamkan matanya, begitupun Wildan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Nina insiyyah
yg fitnah Fika siapa thor.. aku kok curiga aldo ya
2022-07-29
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟEᷞmͥiͣ M⃠🏚🄷❦⃝ᶠ
mimpi indah jg msd wildan... 😁😁😁
2021-01-14
2