*****
Fika sudah rapi dengan memakai dres selutut dengan lengan pendek, terlihat anggun dan santai di padukan dengan hells yang tidak terlalu tinggi, tak lupa tas slempang kecil yang sudah melingkar di badannya.
Fika hendak bertemu dengan Sofi, barusaja Sofi menelfon nya dan mengajak Fika bertemu di Cafe X
"Ma.. Fika mau keluar dulu ya, Mau ketemu Sofi" Fika pamit pada mama nya yang sedang duduk santai di sofa sambil menikmati acara televisi.
"Sofi temen kamu SMA sayang?" Mama.
"Iya ma, rencananya mau reuni bulan ini, jadi kita mau bahas itu" Fika.
"Yaudah kamu hati hati ya sayang, kamu nyetir sendiri?" Mama.
"Iya ma"
"Kamu kan belum lama belik kesini sayang, kamu pasti belum hafal jalanan, tungguin supir papa aja ya fi, bentar lagi pasti dateng tuh mang Udin" Mama Rani sangat memanjakan Fika dan benar benar menjaga Fika.
"Haha, ma Fika ini udah 26 tahun Fika juga nggak selupa itu sama jalanan sini ma, Fika berangkat ya, udah di tungguin soalnya" Fika pun mengambil tangan mama Rani dan menciumnya, dan memberikan dua kecupan di pipi sang mama membuat sang mama tersenyum bahagia.
"Yaudah hati hati, jangan pulang malem malem ya sayang" mama Rani sedikit mengeraskan suaranya karna Fika sudah berlari menjauh.
"Siap mama sayaaang" Fika pun menyauti dengan sedikir teriak.
***
Fika pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadi Fika memang sempat menerima telpon dari Sofi yang mengajak nya bertemu membahas acara reuni yang rencananya akan di adakan bulan ini
"Oh ya, kan aku janjian sama mas Wildan nanti" gumam Fika.
Fika teringat kalai Wildan tadi bilang akan menjemputnya di rumah sepulang kerja. jam sudah menunjukkan pukul 15.30 wib, sebentar lagi sudah jam pulang kantor, Fika pun mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan pada Wildan.
"Mas, Fika di luar ada urusan nanti gausah jemput kerumah kita ketemu aja di Cafe X" Fika.
****
Wildan sudah kembali ke kantor baru saja menyelesaikan meeting nya di luar, saat sampai di ruangannya Wildan terkejut melihat seorang wanita sudah menunggunya di Sofa dalam ruang kerjanya.
"Van, kapan datang? udah lama?" Tanya Wildan pada Vania yang kini tersenyum ke arahnya.
"Baru aja will, aku mau ikut kamu pulang laptopku kan waktu itu ketinggalan di apartmen kamu wil," Vania.
Vania, Zain dan Wildan memang sesekali ngumpul, dan beberapa minggu yang lalu saat mereka sedang berkumpul di rumah Wildan, Vania meninggalkan laptop nya disana karna dia terburu buru ke rumah sakit karna mendapat telpon ibunya masuk rumah sakit.
"Oh iya, Yaudah tunggu bentar ya , aku masih ada sedikit kerjaan" Wildan pun segera duduk di kursi nya dan membuka laptopnya.
"Iya santai aja Will" Vania.
Vania menatap Wildan yang sedang serius dengan pekerjaannya.
Vania sangat menyukai Wildan, dan Wildan pun sudah tau itu karna Vania memang sudah menyatakan cintanya namun Wildan memang menolaknya secara baik baik, tak ingin membuat persahabatan ini hancur baik Vania ataupun Wildan bersikap seolah olah tak ada apa apa.
Namun Vania masih tak putus asa, sebagai seorang dokter dia sangat mengetahui kondisi Wildan dan dia sangat tau perasaan Wildan yang masih berpaut dengan Fika, mantan kekasihnya itu. Tapi Vania sangat yakin jika Fika bukan Fika maka hanya Vania yang bisa mendapatkan hati Wildan , karna Wildan memang sangat jarang bahkan hampir tak pernah menunjukkan sedikitpun ketertarikannya pada perempuan.
Tiba tiba ponsel Wildan bergetar menandakan ada pesan masuk, Wildan segera membuka pesan itu yang ternyata dari Fika.
"Baiklah, kabari mas kalau urusan kamu sudah selesai fi" Wildan.
****
Gunawan baru sampai di rumah, Keluar dari mobil dan langsung menghampiri istrinya yang masih setia menikmati kripik sambil menonton drama sore favoritnya.
"Fika kemana ma?" Gunawan.
"Oh papa sudah pulang, Fika keluar bertemu dengan Sofi" Rani pun melihat kearah suaminya dan segera bangkit menghampiri Gunawan dan mencium punggung tangan suaminya.
"Dia membawa mobil sendiri?" Gunawan.
"Iya, mama udah masak tadi sama bibi, mau mama siapim sekarang?"
"Nanti aja ma, papa mau bicara sama mama penting" Gunawan pun mengajak Rani berbincang di kamarnya, Gunawan menceritakan pada Rani tentang rencananya dan Reyhan.
Rani sedikit ragu jika membiarkan Fika pergi dengan Wildan ke Bali berdua saja, Namun Gunawan berhasil meyakinkan istrinya sebagaimana Reyhan juga meyakinkan Gunawan yang juga sempat ragu seperti respon istrinya sekarang ini.
"Baiklah mama setuju pa, mama berharap mereka bisa kembali seperti dulu lagi" Rani.
"Iya ma" Gunawan dan Rani sangat mengharapkan putrinya bisa kembali seperti dulu yang terlihat sangat bahagia saat bersama Wildan.
****
Fika sedang bersama dengan Sofi di Cafe X.
mereka membicarakan banyak hal dan rincian rencana reuni bulan ini tepatnya kurang dua minggu lagi, di adakan di Puncak kebetulan keluarga Sofi memiliki Vila di sana.
"Yaudah, fix ya fi kamu harus dateng sama Ela kamu boleh bawa pacar kamu juga kok nggak papa, yang lain juga pada bawa pasangan mereka, Nina juga bawa anaknya" Sofi.
"Oke oke deh" Fika.
"Aku seneng akhirnya kamu mau ikutan fi reuni SMA, tiap tahun cuman kamu yang nggak pernah dateng pas kita ngadain acara gini" Sofi.
Fika tersenyum tipis,
"Yaudah, balik yuk.." Sofi pun meraih tas nya dan akan beranjak.
"Lo duluan deh sof, soalnya aku masih ada janji" Fika.
"Kamu janjian sama pacar kamu ya fi?" Sofi.
(Sofi memang sedikit kepo orangnya gaes)
"Nggak kok sof, temen" Fika.
"Oke deh aku duluan ya, mau ketemuan soalnya sama calon pacar, hehehe" Sofi.
"Oke oke"
Sofi pun berlalu meninggalkan Fika .
"Ini kan nggak jauh dari apartmennya mas Wildan, males juga duduk sendirian disini, apa aku jemput mas Wildan aja ya di apartmennya?" Fika berguman sendiri merasa aneh duduk sendirian di cafe.
Fika pun meraih ponsel nya dan melihat sudah jam 17.30 wib.
"Udah maghrib juga, aku keluar dulu aja deh Sholat maghrib dulu." batin Fika.
Fika pun keluar dari cafe. hendak mencari masjid, Jika saja ini dulu maka Fika tak akan ragu untuk ke apartmen Wildan dan sholat di sana, Namun untuk sekarang rasanya begitu tak etis Fika begitu.
*****
Wildan baru saja sampai ke apartmen nya bersama Vania.
"Masuk dulu van, laptop kamu aku simpan di laci sebelah tv itu" Wildan pun menunjuk ke arah tv yang di maksud.
"Kamu kalau mau minum sperti biasa ya, buat sendiri" Wildan sambik terkekeh di balas senyuman oleh Vania.
"Aku mandi sholat dulu" Wildan pun berlalu ke kamarnya.
Vania ke dapur dan membuat dua cangkir kopi.
30 menit Wildan pun keluar dari kamarnya menggunakan kemeja lengan pendek dengan celana jeans hitam terlihat rapi dan wangi.
"Kamu mau keluar will?" tanya Vania yang duduk di sofa sambil memangku laptop nya.
"Iya van, ada perlu soalnya" Wildan duduk di samping vania dan menyeruput kopi yang sudah di buatkan Vania.
"Siapa?" Vania.
"Adalah Van," jawab Wildan, rupanya Wildan enggan membicarakan Fika pada Vania.
"Apa Wildan akan bertemu dengan Fika?"
"Kamu buru buru nggak?" Vania.
Wildan mengambil ponselnya dan memang belum ada notif apapun.
"Nggak juga sih Van" Wildan.
"Will, ada yang mau aku omongin" Vania menutup laptop nya dan menatap Wildan. mereka saling memandang, Melihat tatapan Vania sepertinya Wildan sudah bisa menebak apa yang akan di katakan Vania saat ini.
"Will,, kamu tau kan perasaan ku sama kamu. aku masih nunggu kamh membuka hati kamu untukku Wil." Vania.
"Van, kamu tau aku..."
"Aku tau wil, kamu masih mencintai mantan kamu. Tapi Afika sudah menghianatimu Wil.
Sebagai seorang yang mencintaimu tentu aku tak ingin kamu menemui dan kembali dengan Fika, Tapi, sebagai doktermu aku berharap kamu bisa lepas dari penderitaanmu. Maka dari itu, temuilah Fika dan apapun itu kamu hafus menyelesaikannya. Agar kamu bisa membuka hatimu lagi Wil.. dan aku" Vania menjeda kalimatnya.
Wildan dengan seksama mendengarkan Vania.
"Aku akan selalu menunggumu Wil.. "lanjut Vania seraya tersenyum.
Wildan menatap Vania dengan tatapan yang sulit di artikan. ada rasa bersalah dan kasih sayang.
"Terimah kasih Van, baik sebagai teman maupun sebagai pasien aku sangat berterimah kasih padamu" Ucap Wildan tulus.
"Kamu akan bertemu Fika?" Vania.
"I iya" Wildan menjawab sedikit ragu.
"Baiklah, selesaikan semua masalah kalian di masa lalu Will, aku balik dulu" Vania
"Baiklah ayo aku antar Van"
"Nggak usah Will, kamu kan mau ketemu Fika?"
"Dia masih bertemu temannya, Lagian rumahmu nggak jauh Van"
Vania dan Wildan pun berjalan beriringan menuju lantai bawah. mereka sangat dekat Vania melingkarkan tangannya di lengan Wildan.
"Wil, aku naik taksi saja kamu langsung temui Fika saja, lagian aku masih harus mampir ke tempat lain" Tiba tiba Vania memutuskan untuk naik taksi saja, Vania pun menghentikan taksi yang barus saja melintas di depan lobi Apartmen.
"Baiklah van" Wildan pun membukakan pintu taksi itu untuk Vania.
"Will.." Vania tiba tiba memeluk Wildan, Wildan sedikit terkejut dengan yang di lakukan Vania saat ini.
"Kalau pun kamu ingin kembali dengan Fika, aku tetap mendukungmu wil, tapi kamu jangan berubah padaku. izinkan aku tetap menjadi temanmu seperti ini" ucap Vania sambil memeluk Wildan.
"Tentu saja Van, apapun yang terjadi kita akan terus besahabat" Wildan
Tanpa mereka sadari Fika melihat mereka dari mobilnya.
Fika memutuskan untuk menyusul Wildan ke Apartmen nya, Fika menyingkirkan rasa gengsinya dan bersikap biasa biasa saja seperti dulu. karna dia yakin Wildan tak akan masalah jika dia menjemput Wildan.
"Apa ini? Dia sudah memiliki kekasih?"
Fika tak tau lagi harus bagaimana. Tiba tiba air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Bodoh... bodoh sekali aku datang kesini, dan mengharapkan Mas Wildan akan kembali padaku, Aku memang bodoh" batin Fika memaki dirinya yang entah mengapa begitu buta dalam mencintai Wildan.
Taksi yang di tumangi Vania pun berlalu, Wildan segera berlari kecil ke parkiran mobil di depan gedung, Fika saat itu sudah memarkirkan mobilnya di area parkir depan Apartmen. Wildan melihat Fika di dalam mobilnya . mata mereka saling bertatapan, Wildan tersenyum dan menhgampiri mobil Fika, Namun tiba tiba Fika menyalakan mobilnya dan memutar stir berlalu dari sana.
Wildan di buat bingung dengan Fika yang tiba tiba pergi tanpa menyapanya.
Mencoba mengejar namun tak bisa karna Fika sudah berlalu dengan cepat.
"Kenapa langsung pergi?" batin Wildan.
Wildan pun mengambil ponselnya dan melihat pesan yang di kirim Fika beberapa menit yang lalu.
"Mas, Aku jemput kamu aja ya, soalnya aku di sekita apartmen mas. Mas Wildan udah pulang kan?"
Wildan di buat bingung dengan Fika yang tiba tiba pergi begitu melihatnya.
Wildan mencoba menghubungi Fika namun tak di jawab. dia mencoba menghubungi Fika lagi tapi malah nomer ponselnya tidak aktif.
"Kenapa langsung pergi fi, mas baru mau keluar menemuimu" Wildan.
Namun tetap tak ada jawaban dari Fika.
******
*Seperti biasa jangan lupa like dan komen yaaaaa... biar author smangat nulisnya.
maaf kalau typo bertebaran di mana mana🙏🙏😍😍😍😍*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟEᷞmͥiͣ M⃠🏚🄷❦⃝ᶠ
salah paham lg...
2021-01-14
1
Ceng Ceng
alaaaahh susahnyaa,
2021-01-03
1
Halimah Amanda
gitu lah laki nga peka nian
2021-01-02
2