Selamat membaca yaaa😍😍😍.
****
Fika sedang sibuk merapikan baju bajunya dari koper di tata rapi ke lemari nya.
Sejak pagi dia sibuk menata kembali barang barangnya mulai dari buku sampai baju baju. lama meninggalkan rumah membuat banyak barang barang nya yang tidak bisa di pakai lagi. Fika pun memilah milah barang barangnya itu.
Saat tengah sibuk dengan baju bajunya ponselnya bergetar dan menandakan ada pesan masuk, Fika membuka sarung tangannya dan beralih mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas.
"***Fi, ini Wildan bisa kita bertemu**?"
"Mas Wildan? benarkah ini mas Wildan*?"
Fika sedikit terkejut melihat Wildan mengirimnya pesan, karna sejak tiga tahun lalu Fika sudah mengganti nomor ponselnya dan tentu saja Wildan tak pernah tau nomor baru Fika, dan selama ini Wildan juga tak pernah mencari tahu nomor baru Fika terbukti bahwa selama ini Wildan tak pernah sekalipun memghubungi nya.
"Aku harus jawab apa?"
Fika terlihat berpikir,
"Iya mas, ada apa?"
terkirim.
"***Ada yang ingin mas bicarain, siang ini bisa*?" Wildan.
"Bisa, dimana?" Fika.
"Nanti mas jemput " Wildan.
"Baiklah" Fika**.
"Apa yang akan di katakan mas Wildan?" batin Fika
Fika tersenyum, dalam hati nya dia sangat berharap Wildan akan menjelaskan alasan yang terjadi tiga tahun yang lalu.
***
Wildan tersenyum membaca pesan dari Fika,
Mungkin memang dia terlihat sangat tak tahu malu mengharapkan maaf dari Fika begitu saja, setelah dia begitu saja meninggalkan Fika.
Namun Wildan hanya ingin mengikuti kata hatinya, setidaknya dia memperjuangkan perasaanya bagaimanapun hasilnya.
tok tok tok
Terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan Wildan.
"Iya masuk" Wildan.
pandangan Wildan menatap pintu yang baru saja terbuka, terlihat Papi nya dan Gunawan sedang berjalan ke arahnya, seketika Wildan langsung bangun dan menghampiri kedua orang yang ia hormati itu dan mencium tangan keduanya bergantian.
Wildan mempersilahkan papi dan om Gunawan duduk di sofa.
Ketiganya pun telah duduk.
"Papi udah melihag laporan Resort di Bali wil,," Reyhan.
"Oh iya pi, gimana menurut papi" Wildan.
"Kita memang harus kesana untuk melihatnya secara langsung will, papi percayakan sama kamu urusan ini ya will?" Reyhan.
"Iya pi" Wildan mengangguk setuju.
"Gimana om, sepertinya masalah ini juga menyeret bagian Resto.?" Wildan bertanya pada Gunawan.
"Iya om sudah membahasnya dengan papi mu, tapi masalahnya om nggak bisa pergi ke Bali dalam waktu dekat ini, Nanti om akan kirim seseorang untuk menanganinya" Gunawan.
Wildan pun mengangguk tanda mengerti.
"Tapi, om juga meminta bantuanmu untuk menemani perwakilan om ya? karna om lebih percaya kamu dari pada yang lainnya Wil" Gunawan.
"Baiklah om" Wildan.
"Kapan kamu akan berangkat?" Reyhan.
"Besok sore pi, Karna jumat pagi juga ada jadwal Meting pemegang saham. Sekalian Wildan bisa melihat secara langsung sejauh apa kekacauan di sana pi" Wildan.
"Baiklah , papi dan om tidak perlu khawatir Wildan bisa menangani ini" Wildan.
Gunawan dan Reyhan tersenyum penuh arti.
Setelah setengah jam mereke bertiga membahas perusahaan. Gunawan dan Reyhan pun pamit untuk kembali keruangan nya.
Wildan melihat jam sudah waktunya makan siang, ia bergegas bangkit dan segera mengambil kunci mobil hendak menjemput Fika.
Namun saat dia memakai kembali jas nya ada yang mengetuk pintu Wildan menoleh ke arah Sekretarisnya Luna yang baru saja masuk ke ruangannya.
"Pak, Ini berkas untuk materi meeting" Ucap Luna, Sekretaris Wildan sambil menyerahkan sebuah map pada Wildan.
"Meeting?" Wildan menautkan kedua alisnya sembarib mengambil map itu lalu membukanya.
"Presdir dari Wijaya grup sudah menyetujui proposal kita pak, dan hari ini kita akan kembali meeting untuk menjelaskan secara rinci dan mereka akan menandatangi kontrak hari ini pak, Kita sudah atur pertemuannya saat makan siang" Jelas Luna panjang lebar, meyakini bahwa Wildan sepertinya akan keluar dan memiliki acara lain.
"Baiklah, kita berangkat 5 menit lagi" Wildan.
"Huuuufft" Wildan terlihat sangat kesal saat ini. dia segera mengambil ponselnya di saku celananya.
****
Fika sedang bersiap siap dan memilih baju untuk bertemu dengan Wildan, Fika terlihat sangat canggung dan bahagia hampir 30 menit dia belum juga menemukan baju yang dia rasa cocok untuk di pakainya.
"Aduuuh, kenapa baju baju ku nggak ada yang bagus sih, semuanya udah sering aku pakek,,,
masak harus beli baju baru siih??" batin Fika.
Belum juga Fika menemukan baju yang akan ia pakai ponselnya berbunyi, pesan dari Wildan.
"Fi, maaf tiba tiba mas ada meeting siang ini, Apa kita bisa bertemu nanti malam saja?" Wildan.
Terlihat kekecewaan di raut wajah Fika,
"Iya mas" Fika.
Fika menaruh ponselnya di swmbarang tempat.
"Nyebelin banget, dia sendiri yang ngajakin dia juga yang batalin, apa emang dia berbakat untuk dua hal itu..!!" gerutu Fika dalam hatinya.
Tak berapa lama ponsel Fika berdering.
Terlihat ada panggilang masuk dari nomor yang belum Fika simpan, Wildan.
"**Hallo, Assalamualaikum" Fika
"Waalaikum salam, Fi kamu belum siap siap kan? maaf ya, tiba tiba ada meeting siang yang nggak bisa di tunda" Wildan.
"Iya mas nggak kok aku belum siap siap" Fika.
"Nanti sepulang kantor mas langsung kerumah kamu ya, kita makan malem di luar ya?" Wildan.
"Mas mau ngomong apa sih?" Fika (sedikit jutek**)
"**Nanti aja, kamu nggak marah kan?" Wildan.
"Nggak mas" Fika.
"Yaudah, bagus deh biar kamu nggak cepet tua**"
" iiih apaan sih mas Wildan sok akrab banget" batin Fika.
"**Sampai nanti ya fi," Wildan.
"Hemm" Fika.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam**".
*Panggilan berakhir.
"Mas Wildan bersikap seolah olah tidak pernah terjadi apa apa di antara kita, entah aku harus senang atau kesal dengan sikapnya ini*" batin Fika.
****
Wildan pun keluar bersama sekretarisnya Luna untuk meeting di luar.
Eky memang sedang berada di luar kota, jadi mau tidak mau Wildan harus menggantikan tugas Eky. Selama ini keduanya memang bisa di bilang sangat solid dalam mengatur perusahaan, mereka bisa saling membagi tugas dan saling membantu. Reyhan benar benar beruntung memiliki dua putra yang bisa di katakan sangat berbakat dalam mengembangkan perusahaannya.
***
Vania baru saja selesai memeriksa pasien terakhirnya di jadwal prakteknya sore ini,
Vania melihat ponsel nya tak ada satupun pesan yang dia harapkan.
Vania pun segera membuka jas putihnya dan menggantung nya, kembali mengambil ponsel dan memasukkannya kedalam tas. Vania meninggalkan ruangannya.
"Sus, saya pulang dulu ya" pamit Vania pada suster yang berjaga di poly tempatnya praktek, dan di iyakan oleh suster.
Vania melangkah keluar rumah sakit, dia melambaikan tangan pada taksi yang lewat, Vania hendak pergi ke kantor Wildan. Seperti biasa Vania memang sangat sering ke kantor Wildan, sampai sampai beberapa pegawai mengenal Vania dan mengira Vania adalah kekasih Wildan.
*****
*Sampai segini dulu ya gaeesss.. lagi buntu banget soalnya...
makanya like komen yaaaa... vote juga dehh.. biar aku nya makin semangatt nuliss nya..
😍😍😍😍😍
terimah kasih semuanyaaa.. semoga suka sama ceritanya, aku memang sengaja bikin konfliknya nggak terlalu berat dan cepet selesai gitu..
tetep nantikan yaaaa kelanjutan hubungan mereka... 😍😍😍*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Rita Susilawati
knpa Fika masih ngarep si Wildan sih
jelas2 udh buat malu keluarga masih aja dideketin kyak gx dan cwok lain
2021-12-12
3
Alfin
Namanya juga masih cintaaa
2021-01-19
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟEᷞmͥiͣ M⃠🏚🄷❦⃝ᶠ
fika berhati besar...
2021-01-14
1