Hai hai hai.. aku datang lagi..
selamat membaca yaaaa... 😍😍😍
*
Setelah membersihkan diri dan mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek yang santai, Wildan membaringkan tubuhnya dan menghembuskan nafas kasar seraya menatap langit langit kamarnya.
Fikirannya entah kemana, matanya begitu sendu.
Tiba tiba suara handle pintu di tarik membuat Wildan melihat ke arah pintu, Eky menatap Wildan dan segera masuk. Wildan masih tetap pada posisinya terlentang di atas ranjang nya.
"Belum tidur, kita ngopi dulu yuk "
Eky.
"To the point aja, ada apa?" Wildan menjawab sinis karna dia sangat mengerti bahwa mas nya ini pasti ingin mengatakan sesuatu, atau meminta sesuatu.
Eky terkekeh mendengar ucapan Wildan. merasa bahwa adiknya memang sangat mengerti maksud kedatangannya ini.
"Dia bakalan dateng" Eky.
Wildan langsung tau yang di maksud Eky adalah Fika.
"Gue tau" Wildan menjawab tanpa melihat Eky.
"Minggu depan" Eky masih menatap intens raut wajah adiknya.
"Gue tau" lagi lagi Wildan menjawab itu.
"Terus gimana"
"Apanya?"
"Hubungan kalian"
"Mas jangan ngaco deh, kenapa menanyakan hal yang udah jelas, udah 3 tahun mas" Jawab Wildan sambil bangun dari tidurnya dan duduk di sisi ranjang.
"Mas cuma mau bilang ini sekali aja. Lo nggak akan pernah bisa membuka hati lo sampai kapanpun, sebelum lo menutupnya.
Dan kalau memang hati lo masih terbuka, lo harus memutuskan untuk membukanya lebar atau menutupnya rapat" Ucap Eky.
Wildan hanya diam.
"Kita semua ikut menderita dengan perpisahan kalian, setidaknya biarkan hati kalian memutuskan. agar lo dan dia bisa menerima orang lain yang lebih bisa ngebahagiain kalian" Eky.
Wildan lagi lagi hanya diam.
"Inilah yang gue benci dari sikap lo sejak saat itu. lo jadi patung" batin Eky.
"Yaudah lo istritahat gue balik ke kamar dulu" Eky pun segera keluar dari kamar Wildan.
*
Malam itu Wildan benar benar seakan kembali pada saat dia berpisah dengan Fika.
kembali pada saat dia menyadari tidak akan pernah lagi mendapat kesempatan untuk kembali.
FLASHBACK ON
Setelah pernikahan itu di batalkan, Wildan benar benar mengurung dirinya di Apartmen nya.
Dia sangat kacau, hancur dan tersiksa.
kembali dia menatap foto Fika yang tersenyum menatapnya.
mengingat kembali kata kata cinta yang selalu mereka ucapkan sebagai janji setia.
Dia tidak menemukan keraguan sedikitpun dari manik mata Fika saat mengucapkan cinta.
"Aku tidak akan pernah pergi sebelum kau memintaku pergi mas, dan aku tak akan pernah berhenti mencintaimu sebelum kau berhenti mencintaiku, itu saja janjiku"
Kata kata dari Fika yang dia ucapkan saat Wildan melamarnya terngiang terus di telinga Wildan.
Sore itu Wildan dengan cepag mengambil kunci mobil dan terburu buru keluar dari apartmen nya.
Wildan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju bandara,
karna sebelum itu dia menerima pesan dari seseorang.
"Fika akan berangkat ke Paris sore ini, Jika kau masih mencintainya perjuangkan dia"
itulah pesan yang dia terima.
"Bagaimana jika aku benar benar kehilangan dirimu" batinnya berteriak.
Tibalah Wildan di Bandara, Dia berlari ke arah yang memang Wildan sudah hafal tempat pemberangkatan ke Prancis.
Disana terlihat Pak Gunawan dan Rani juga Nisa hendak kembali. Rupanya Wildan terlambat, Fika sudah pergi.
Rani menatap tajam ke arah Wildan. Namun dia tak sanggup untuk mengatakan apapun, Dia merasa sangat kecewa Wildan tidak datang saat akad nikah akan di langsungkan, Dia bahkan memutuskan hubungan dengan putrinya. dan membuat putrinya pergi meninggalkannya. Rani saat ini di penuhi dengan emosi.
Rani melewati Wildan begiti saja, matanya yang berurai air mata. Nisa merengkuh kedua bahu tantenya itu dan menuntunnya untuk berjalan keluar dari bandara.
Wildan menghela nafasnya yang seakan tercekat di tenggorokan,
berbeda dengan Rani. Gunawan menepuk bahu Wildan seraya tersenyum. walau tak mengatakan apapun Gunawan rupanya sedikit memberikan kekuatan pada Wildan.
Gunawan meninggalkan Wildan yang masih berdiri terpaku di sana.
Wildan pun tersadar bahwa Fika telah benar benar pegi. Wildan segera menuju loket dan memesan penerbangan selanjutnya menuju Paris, Dan penerbangan selanjutnya masih nanti jam 22.00 wib. Wildanpun mengambil 1 kursi untuk penerbangan ke Paris, dia akan mengejar Fika dan menjelaskan semuanya.
Dengan lemas Wildan mengumpulkan sisa tenaganya untuk kembali kerumahnya. Wildan tidak kembali ke apartmen. Wildan menuju sebuah rumah mewah, rumah yang kemarin Fika datangi.
Wildan membuka pintu itu dengan kunci yang memang sengaja dia siapkan di mobil.
Dia menghembuskan nafasnya perlahan seakan menemukan kembali kekuatan dan ketenangan yang sejak seminggu ini tak ia temukan.
Wildan memandangi rumah impiannya ini dan membuka pintu salah satu kamar di sana.
Wildan kembali menghembuskan nafas nya dengan perlahan. dia memandangi fotonya dan Fika. dua sudut bibirnya pun ia tarik menjadi sebuah lengkung senyuman yang indah.
saat hendak memutar badannya untuk keluar Wildan melihat sebuah kotak berwarna biru gelap.
Wildan sudah tau benda ini dan tetap membukanya untuk memastikan.
Deg.
Cincin indah dengan berlian berwarna putih itu seakan mencabut jantungnya.
Benarkah sudah tak ada lagi kesempatan untuk kembali?
Dia benar benar pergi.
Aku benar benar kehilangannya.
FLASHBACK OFF
Dada Wildan terasa sesak dan jantungnya berdebar, tubuhnya sangat berkeringat .
Dia segera bangkit dan membuka laci nakas di samping tempat tidurnya. Namun ia tak menemukan yang ia cari, Wildan membuka semua laci di kamar itu, lalu dia menemukan yang ia cari segera menyaut air dan meneguknya.
1 tahun ini Wildan memang sudah membaik dia sudah berhenti meminum obat nya, untung saja masih ada stok obat yang ia simpan.
Malam itu Wildan seakan kembali pada saat dia terpuruk kehilangan Fika.
*
Fika dan Steve sedang perjalanan menuju apartmen Fika. Sedangkan Ela di antar Aldo ke butik karna ada beberapa pekerjaan yang harus Ela selesaikan.
"Jadi kapan kita nikah fi?" Steve mulai menggoda Fika dengan pertanyaan yang terlihat bercanda namun setengah serius.
"10 tahun lagi"
"Apa yang kamu tunggu dalam 10 tahun fi?"
"Nunggu lo berhenti bercanda kayak gini Steve" Fika menatap Steve yang masih fokus menyetir.
"Kamu masih belum mau nerima perasaanku fi?" Steve mulai berujar dengan nada serius.
"Steve, aku udah bilang .."
"Ohya kamu jadi pulang kapan fi??" Steve memotong kata kata sebelum Fika menyelesaikannya.
"Dia selalu mengalihkan pembicaraan" batin Fika.
Fika menatap Steve dengan alis berkerut dan bibir cemberut.
Steve melihat Fika tersenyum lalu mencubit bibir Fika dengan gemas.
"Bibir kondisikan fi,,, Kamu mau menggodaku ya..." Steve.
"Iiissssshhhh" Fika memalingkan muka dan menatap jalanan tak lagi mempedulikan Steve dan segala bualannya.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku fi"
"Aku nyamam dengan persahabatan kita Steve" Fika menjawab tanpa melihat kearah Steve.
Steve terlihat cuek dan memang sudah tau itulah yang akan di katakan Fika tadi.
"Kapan kamu ke Indonesia Fi?" Steve juga tau menggubris kata kata Fika.
"Minggu depan Steve, Oh ya aku juga mau bicarain itu. Boleh nggak Steve aku cutinya 1 bulan?" Fika menatap manik Steve dengan tatapan memohon.
"Yah nggakpapa Fi, Asal kamu tetap tanggung jawab sama kerjaan kamu" Steve.
Fika tersenyum.
"Tentu saja, aku akan selesain desain bulan depan dalam seminggu ini"
"Tapi kamu jangan kecapek an fi, santai aja nggakpapa di kerjain di Indonesia juga nggak papa yang penting tepat waktu " Steve menatap Fika dengan penuh perhatian.
"Nggak lah, aku bisa selesain seminggu ini . Aku mau fokus sama keluarga selama aku cuti," Fika.
"Emang kamu mau di omelin mama karna masih nyuruh aku kerja pas di rumah?" Fika kembali berujar.
"Hahaha.. iya iya.. nyerah deh kalau sampe tante ngomel ke aku" Steve tertawa.
"Ohya, kenapa kamu pulang minggu depan? recananya kan masih 2 minggu lagi?" Steve.
"Ia, mama yang minta .. lagian sekalian aku biar bisa bantuin nyiapin acara juga" Fika.
"Gimana kalau kamu ketemu dia fi.?" Steve.
Hening sejenak.
Raut wajah Fika mulai berubah.
"Kami juga pasti akan bertemu Steve, entah kapan pun itu dan aku nggak akan menghindarinya" Fika.
"Kalau dia ngajak balikan? apa kamu akan nerima dia lagi fi?" Steve.
Fika hanya diam.
menemukan jawaban di dalam hatinya yang tak pernah dia ucapkan.
Mana mungkin aku mengharapkan kita bisa kembali? 3 tahun aku menunggu dan mencoba menyembuhkan hatiku tapi dia tidak pernah menemuiku.
"Aku akan menunggu hatimu untukku fi" Steve tersenyum.
Wajahnya semakin tampan Fika menatap Steve dengan tatapan kagum.
"Kenapa?" Melihat tatapan Fika yang begitu intens Steve mulai bertanya tanya.
"Hahahahahahahaha"
Fika tertawa dengan lepas.
"Aku ganteng kan fi? Gimana apa hati kamu udah sedikit terbuka? " Steve.
"Hahahahah" Fika masih tak henti hentinya tertawa, membuat Steve heran di buatnya.
"Segitu gantengnya yaa aku fii" Steve mencubit gemas pipi Fika.
"Aaaww.. sakiiit"
"Lagian kenapa ketawa terus?"
"Wajah udah ganteng tapi nggak senada banget dengan Hellokity di perut kamu ini Steve ... hahahahahah" Fika sambil menyentuh gambar Hellokity di kaos yang di pakai Steve.
Steve pun mengacak ngacak rambut Fika.
Mereka saling tertawa.
Cinta Steve memang begitu tulus.
Dia selalu mencintai Fika dengan caranya, tak memaksa dan tak pernah menyerah.
Seakan Steve tak memerlukan balasan atas cintanya itu. Mungkin dalam kesendiriannya dia lelah menunggu hati Fika yang tak kunjung terbuka untuknya.
Jangan lupa dukung yaaa dengan cara vote lile dan komen seeebanyak banyaknyaaaaa...
terimah kasih yaaa.. 😍😍😍😍😍😍😍🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Nina insiyyah
thor... aku ikutan ngerasain sakit.. kamu pinter banget sih nulis nya..
2022-07-28
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟEᷞmͥiͣ M⃠🏚🄷❦⃝ᶠ
semoga aja mereka kembali
2021-01-13
1
Rahma Afriyeni
semagat y thor,,,,💪💪💪
2021-01-01
1